MATERI AIR TANAH A PENGERTIAN DAN CEKUNGAN AIR

  • Slides: 71
Download presentation
MATERI AIR TANAH

MATERI AIR TANAH

A. PENGERTIAN DAN CEKUNGAN AIR TANAH 1) Pengertian 2) Cekungan Air Tanah

A. PENGERTIAN DAN CEKUNGAN AIR TANAH 1) Pengertian 2) Cekungan Air Tanah

TERMINOLOGI AIRTANAH DAN AIR BAWAH TANAH Zona tepat di bawah permukaan tanah, di mana

TERMINOLOGI AIRTANAH DAN AIR BAWAH TANAH Zona tepat di bawah permukaan tanah, di mana sebagian diisi dengan udara dan sebagian dengan air yang terperangkap oleh molekul. Dibagi lagi menjadi (1) Lapisan kelengasan tanah, (2) lapisan antara, dan (3) kapiler. Meinzer (1923)

PETA HIDROGEOLOGI

PETA HIDROGEOLOGI

B. DESKRIPSI AIR TANAH 1) Siklus Hidrogeologi 2) Neraca Air (Water Balance ) 3)

B. DESKRIPSI AIR TANAH 1) Siklus Hidrogeologi 2) Neraca Air (Water Balance ) 3) Pergerakan Air Tanah 4) Aliran Air Tanah 5) Munculan Air Tanah 6) Lapisan Akuifer dan Karst

NERACA AIR TANAH

NERACA AIR TANAH

NERACA AIR KONDI ALAM DAN KONDISI SETELAH TERJADI PENGEMBANGAN Paradigma baru: Neraca Airtanah Konstan

NERACA AIR KONDI ALAM DAN KONDISI SETELAH TERJADI PENGEMBANGAN Paradigma baru: Neraca Airtanah Konstan dan Nir Aliran Permukaan Buatan (Zero Artificial Run Off) Couse note for ITB student. Permission for other uses to Prof. Deny Juanda Puradimaja

Faktor yang mengontrol aliran airtanah ( FAKTOR TOPOGRAPHI DAN GEOLOGI) 1. Topografi: • Airtanah

Faktor yang mengontrol aliran airtanah ( FAKTOR TOPOGRAPHI DAN GEOLOGI) 1. Topografi: • Airtanah akan mengalir ke arah elevasi yang lebih rendah. • Airtanah bebas (air tanah tak tertekan). 2. Geologi: • Airtanah akan mengalir mengikuti lapisan batuan dengan nilai permeabilitas dan konduktivitas hidrolik yang besar. Aliran didalam suatu unisotropik akuifer dengan hidrolik konduktifitas horisontal sepuluh kali dari yang vertikal

Flow Net • Flow-net (jaring aliran airtanah) adalah penampang 2 dimensi yang terdiri dari

Flow Net • Flow-net (jaring aliran airtanah) adalah penampang 2 dimensi yang terdiri dari garis ekuipotensial dan garis aliran airtanah (keduanya harus tegak lurus). h = 40 m Penampang jaring aliran airtanah pada medium homogen isotropik garis aliran garis ekuipotensial h = 100 m n

Flow Net • Penampang jaring aliran airtanah melalui bagian bawah dinding bendungan (dam) pada

Flow Net • Penampang jaring aliran airtanah melalui bagian bawah dinding bendungan (dam) pada medium homogen isotropik Dam z = h 1 reservoar h = h 2 z = h 2 ketinggian h = h 1 garis aliran garis ekuipotensial z=0

Impermeable boundaries (batas tanpa aliran) • Tidak ada aliran melalui batas • Garis ekuipotensial

Impermeable boundaries (batas tanpa aliran) • Tidak ada aliran melalui batas • Garis ekuipotensial tegak lurus batas • Garis aliran sejajar batas Persamaan matematis: atau Garis aliran Garis ekuipotensial

Constant head boundaries (batas head tetap) • Hydraulic head tetap • Garis ekuipotensial sejajar

Constant head boundaries (batas head tetap) • Hydraulic head tetap • Garis ekuipotensial sejajar batas • Garis aliran tegak lurus batas Persamaan matematis:

Water table boundaries (batas muka airtanah bebas) • Pressure head ( ) = 0

Water table boundaries (batas muka airtanah bebas) • Pressure head ( ) = 0 Persamaan matematis:

Discharge melalui Flow Net n Penampang jaring aliran airtanah pada medium homogen isotropik h

Discharge melalui Flow Net n Penampang jaring aliran airtanah pada medium homogen isotropik h h - dh ds=dm A ds B E F d. Q dm D C H G d. Q h = 40 m h = 100 m d. Q m : streamtubes/flowtubes H : total penurunan head n : pembagian head pada flow net

Rembesan (Seepage) • Penampang jaring aliran airtanah melalui bagian bawah dinding bendungan (dam) pada

Rembesan (Seepage) • Penampang jaring aliran airtanah melalui bagian bawah dinding bendungan (dam) pada medium homogen isotropik Dam z = h 1 h = h 2 z = h 2 ketinggian reservoar z=0

 • Hukum Darcy: dh 1 : head drop sepanjang dl 1 dh 2

• Hukum Darcy: dh 1 : head drop sepanjang dl 1 dh 2 : head drop sepanjang dl 2 dh 1 = dh 2 a = b cos 1 dan c = b cos 2 b/dl 1 = 1/sin 1 dan b/dl 2 = 1/sin 1

Mataair Panas dan Rembesan Minyak akifer batugamping Air panas dan minyak di sekitar mataair

Mataair Panas dan Rembesan Minyak akifer batugamping Air panas dan minyak di sekitar mataair panas aliran air panas Mataair panas dengan rembesan minyak aliran air panas

Mataair Panas dan Semburan Gas akifer batuan beku andesit aliran air panas Mataair panas

Mataair Panas dan Semburan Gas akifer batuan beku andesit aliran air panas Mataair panas Kedondong dengan endapan besi oksida Kolam lumpur sebagai lokasi semburan gas lokasi keluaran gas

TIPE MATAAIR Mataair rekahan pada akifer batuan intrusif pada akifer batugamping Mataair depresi Mataair

TIPE MATAAIR Mataair rekahan pada akifer batuan intrusif pada akifer batugamping Mataair depresi Mataair rekahan pd akifer intrusi andesit pada akifer lava

PERISTILAHAN Produktivitas Akifer : Lapisan batuan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah

PERISTILAHAN Produktivitas Akifer : Lapisan batuan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang ekonomis. Akitar : Lapisan batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah terbatas Akiklud: Lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat mengalirkan. Akifug: Lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air (Kedap Air) Couse note for ITB student. Permission for other uses to Prof. Deny Juanda Puradimaja

TERMINOLOGI LAPISAN AKIFER DAN BUKAN AKIFER • Akifer (Aquifer) : Lapisan yang dapat menyimpan

TERMINOLOGI LAPISAN AKIFER DAN BUKAN AKIFER • Akifer (Aquifer) : Lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang ekonomis. Contoh : Pasir, kerikil, batupasir, batu gamping rekahan. • Akiklud (Aquiclude) (<10 -6 cm/detik): Lapisan yang mampu menyimpan air, tetapi tidak dapat mengalirkan air dalam jumlah yang berarti, misalnya lempung, serpih, tuf. • Akifug (Aquifug) : Lapisan batuan yang kedap air, tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air, misalkan batuan kristalin, batuan metamorf. • Akitar (Aquitard) : Lapisan batuan yang dapat menyimpan air dan mengalirkan dalam jumlah yang terbatas, misalnya lempung pasiran.

TIPE AKIFER Tiga tipe akifer menurut Hidrodinamika : • Akifer Tertekan (Confined Aquifer) •

TIPE AKIFER Tiga tipe akifer menurut Hidrodinamika : • Akifer Tertekan (Confined Aquifer) • Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) • Akifer Bocor (Leaky Aquifer)

AKIFER TERTEKAN (CONFINED AQUIFER) Akifer yang bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan bersifat

AKIFER TERTEKAN (CONFINED AQUIFER) Akifer yang bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan bersifat akifug atau akiklud Akiklud: Lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat mengalirkan. Akifug: Lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air (Kedap Air)

AKIFER BEBAS (UNCONFINED AQUIFER) Akifer yang dibatasi oleh lapisan impermeabel di bagian bawahnya tetapi

AKIFER BEBAS (UNCONFINED AQUIFER) Akifer yang dibatasi oleh lapisan impermeabel di bagian bawahnya tetapi pada bagian atasnya tidak ada lapisan penutup Couse note for ITB student. Permission for other uses to Prof. Deny Juanda Puradimaja

AKIFER BOCOR (LEAKY AQUIFER) Akifer yang dibatasi oleh lapisan semi permeabel di bagian atas

AKIFER BOCOR (LEAKY AQUIFER) Akifer yang dibatasi oleh lapisan semi permeabel di bagian atas dan atau di bagian bawahnya Akitar : Lapisan batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah terbatas Akiklud: Lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat mengalirkan. Couse note for ITB student. Permission for other uses to Prof. Deny Juanda Puradimaja

HETEROGENITAS & ISOTROPIK Akifer berdasarkan karakteristik kehomogenan batuan dan sifat isotropiknya : Akifer Homogen

HETEROGENITAS & ISOTROPIK Akifer berdasarkan karakteristik kehomogenan batuan dan sifat isotropiknya : Akifer Homogen Isotropik Homogen Anisotropik Akifer Heterogen Anisotropik (Kruseman G. P & de Ridder, 1994)

Identifikasi Hidrodinamik Suatu Akifer (S. Mandel, 1981)

Identifikasi Hidrodinamik Suatu Akifer (S. Mandel, 1981)

PARAMETER HIDROLIK BATUAN 1. 2. 3. 4. 5. Porosity (n): Ratio of void volume

PARAMETER HIDROLIK BATUAN 1. 2. 3. 4. 5. Porosity (n): Ratio of void volume (Vv) to total volume (VT) in a rock or unconsolidated material, n=Vv/VT. [dimensionless] Permeability: in fluid mechanics and the earth sciences (commonly symbolized as κ, or k) is a measure of the ability of a porous material (often, a rock or unconsolidated material) to transmit fluids (millidarcy (m. D) (1 darcy =approx 10− 12 m 2). Hydraulic Conductivity (K): Constant of proportionality defining the specific discharge of a porous medium under a unit hydraulic gradient, q=K*I [dimensi K --- L/T] Hydraulic Gradient (i): Hydraulic head loss per distance, i=dh/dl. [dimensionless] Specific Discharge (q): Flow rate per unit cross-sectional area of aquifer, q=Q/A. Also known as Darcy velocity or Darcy flux given by the product of hydraulic conductivity and hydraulic gradient, q=K*i. [L/T] 1. Porositas (n): Rasio perbandingan volume void (Vv) terhadap volume total (VT) dalam batuan atau material yang tidak dikonsolidasi, n = Vv / VT. [tanpa dimensi] 2. Permeabilitas: dalam mekanika fluida dan ilmu bumi (umumnya dilambangkan sebagai κ, atau k) adalah ukuran kemampuan material berpori (sering, batu atau materi yang tidak dikonsolidasi) untuk mengalirkan aliran (millidarcy (m. D) (1 darcy = diperkirakan 10− 12 m 2). 3. Hidraulik Konduktivitas (K): Suatu Konstanta proporsional yang mendefinisikan debit persatuan luas dari media berpori untuk unit gradien hidrolik, q = K * I [dimensi K --- L / T] 4. Gradien Hidraulik (i): Hilangnya energi hidrolik per jarak, i = dh / dl. [tanpa dimensi] 5. Spesifik Debit (q): Adalah laju aliran per unit luas penampang akifer, q = Q / A. Juga dikenal sebagai kecepatan Darcy dari konduktivitas hidrolik dan gradien hidrolik, q = K * i [L / T]

PARAMETER HIDROLIK BATUAN 1. Specific Storage (Ss): Volume of water released from storage from

PARAMETER HIDROLIK BATUAN 1. Specific Storage (Ss): Volume of water released from storage from a unit volume of aquifer per unit decline in hydraulic head. [1/L] 2. Specific Yield (Sy): Volume of water released from storage by an unconfined aquifer per unit surface area of aquifer per unit decline of the water table. [dimensionless] 3. Storativity (S): Volume of water released from storage by a confined aquifer per unit surface area of aquifer per unit decline in hydraulic head normal to surface, S=Ssb. [dimensionless] 4. Transmissivity (T): The product of hydraulic conductivity and saturated thickness, T=K*b. [L 2/T] 1. Tampungan Spesifik (Ss): Volume air yang dikeluarkan dari tampungan dari suatu unit volume dari aquifer per unit penurunan dari hidraulik head. [1 / L] 2. Specific Yield (Sy): Volume air yang dikeluarkan dari tampungan oleh aquifer bebas per satuan luas permukaan aquifer per unit penurunan dari muka air tanah. [tanpa dimensi] 3. Storativity (S): Volume air yang dikeluarkan dari tampungan oleh akuifer tertekan per unit luas permukaan aquifer per unit penurunan hidraulik head normal ke permukaan, S = Ssb. [tanpa dimensi] 4. Transmissivity (T): Hasil perkalian antara konduktivitas hidrolik dengan ketebalan jenuh, T = K * b. [L 2 / T]

POROSITAS • Perbandingan antara volume ruang antar butir terhadap volume total batuan. • Porositas

POROSITAS • Perbandingan antara volume ruang antar butir terhadap volume total batuan. • Porositas tergantung pada kebundaran, sorting dan kompaksi. Batuan dengan butir yang semakin membundar dan sorting yang baik menyebabkan porositas yang besar, sedang kompaksi akan memperkecil porositas.

PERMEABILITAS • Kemampuan material batuan untuk mengalirkan air (fluida). • Batuan dengan porositas yang

PERMEABILITAS • Kemampuan material batuan untuk mengalirkan air (fluida). • Batuan dengan porositas yang besar, mampu menyimpan air, tapi belum tentu mampu mengalirkan air (permeabel), contohnya batu lempung. Tapi sebaliknya batuan yang permeabel tentu mempunyai porositas. • Permeabilitas tergantung pada sifat cairan pori (viskositas), rasio ruang antar butir, bentuk dan susunan pori batuan atau struktur tanah. Parameter Permeabilitas ada dua : • Konduktivitas Hidrolik (K), satuan cm/s atau m/s. Nilai K tidak konstan, tergantung pada media dan fluida (viskositas dan densitas fluida yang tergantung pada tekanan dan temperatur) • Permeabilitas Intrinsik (k), satuannya cm 2 atau m 2. Nilai k hanya tergantung pada sifat fisik batuan/tanah.

PERMEABILITAS • Hubungan antara Konduktivitas Hidrolik (K) dengan Permeabilitas Intrinsik (k) adalah : Dimana

PERMEABILITAS • Hubungan antara Konduktivitas Hidrolik (K) dengan Permeabilitas Intrinsik (k) adalah : Dimana : K = Konduktivitas Hidrolik (L/t) k = Permeabilitas Intrinsik (L 2) = Berat unit cairan (m/L 3) = Viskositas (m/L 2)

TRANSMISIVITAS (T) • Nilai permeabilitas tiap satu meter akifer, menggambarkan kemampuan akifer untuk membawa

TRANSMISIVITAS (T) • Nilai permeabilitas tiap satu meter akifer, menggambarkan kemampuan akifer untuk membawa air secara kuantitatif. T=K. d dimana : T = Transmisivitas K = Konduktivitas Hidrolik d = Tebal akifer

STORATIVITAS (S) • Spesifik Lapangan (Sy) untuk unconfined aquifer atau volume air yang dapat

STORATIVITAS (S) • Spesifik Lapangan (Sy) untuk unconfined aquifer atau volume air yang dapat dikeluarkan dari akifer tertekan. • Dengan kata lain, Storativitas merupakan volume air yang dapat dikeluarkan dari akifer per unit kemiringan permukaan potensial muka airtanah per satuan luas akifer. • Akifer Tertekan (Confined Aquifer) S : 0, 001 – 0, 00001 Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) S : 0, 3 - 0, 01 • Rendahnya nilai S untuk akifer tertekan menggambarkan bahwa akifer tersebut mempunyai kemiringan permukaan potensial airtanah yang cukup terjal sekalipun akibat sedikit saja menurunnya muka airtanah.

C. KUALITAS AIR TANAH 1) Klasifikasi Air Tanah 2) Standar Kualitas Air Tanah Klasifikasi

C. KUALITAS AIR TANAH 1) Klasifikasi Air Tanah 2) Standar Kualitas Air Tanah Klasifikasi air berdasarkan TDS Indikator Kualitas (sifat fisik-kimia) airtanah • • • • Bau, Warna, Rasa Kekeruhan (turbidity) Temperatur (o. C) Kesadahan/ hardness (o. G) p. H p. E (Eh): potensial redoks (m. V, Volt) TDS (Total Dissolved Solid/ Padatan (ion) terlarut) TSS (Total Suspended Solid/ Padatan tersuspensi) DHL (Daya Hantar Listrik m. S/cm 2) DO/ BOD / COD Salinitas

DIAGRAM PIPER FASIES AIRTANAH • Natrium kalium bikarbonat air dingin pada akifer batuan intrusif

DIAGRAM PIPER FASIES AIRTANAH • Natrium kalium bikarbonat air dingin pada akifer batuan intrusif • Kalsium bikarbonat air dingin pada akifer batuan volkanik • Natrium kalium klorida air panas pada dari akifer batuan sedimen • Natrium dan magnesium bikarbonat air panas pada akifer batuan intrusif

STANDAR KUALITAS AIR TANAH § Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang

STANDAR KUALITAS AIR TANAH § Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air § Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

C. POTENSI AIR TANAH 1) Metode Pendugaan Air Tanah 2) Metode Geolistrik POTENSI AIRTANAH

C. POTENSI AIR TANAH 1) Metode Pendugaan Air Tanah 2) Metode Geolistrik POTENSI AIRTANAH ? ? �Metode Penginderaan Jauh �Metode Geolistrik

Metode-metode Investigasi Airtanah [sumber : Purnama, Setyawan. 2000] Investigasi dari atas pemukaan tanah terdiri

Metode-metode Investigasi Airtanah [sumber : Purnama, Setyawan. 2000] Investigasi dari atas pemukaan tanah terdiri dari: Metode Geologi �Metode Penginderaan Jauh �Metode Geofisika : �Metode Geolistrik : metode ini pada prinsipnya adalah dengan mengidentifikasi adanya perbedaan tahanan (resisttensi) jenis batuan apabila ia dialiri arus listrik. Metode ini sangat populer digunakan dalam study air tanah. �Metode Refraksi Seismik : yaitu dengan mengalirkan getaran dari permukaan bumi dan mengukur waktu tempuh getaran pada setiap lapisan batuan. �Metode Gravitasi : yaitu dengan mengukur perbedaan kerapatan (density) permukaan bumi untuk mengetahui struktur geologinya. �Metode Magnetik : yaitu dengan mengukur kontras-kontras magnetik yang berkaitan dengan air tanah.

Metode-metode Investigasi Airtanah(2) Investigasi airtanah di bawah permukaan juga terdiri dari beberapa metode, yaitu

Metode-metode Investigasi Airtanah(2) Investigasi airtanah di bawah permukaan juga terdiri dari beberapa metode, yaitu : • Pengeboran (a) Log geologi (b) Log waktu pengeboran • Pengukuran muka air tanah • Logging Geofisika (Logging resistivity dan Logging spontaneous potential) • Logging radiasi (logging gamma-alami, logging gamma-gamma dan logging neutron) • Pengukuran suhu air • Logging kapiler • Logging konduktivitas cairan

Penginderaan jauh (remote sensing) • Citra foto udara pankromatik akan membantu interpretasi relief dan

Penginderaan jauh (remote sensing) • Citra foto udara pankromatik akan membantu interpretasi relief dan litologi. • Citra RADAR dengan panjang gelombang tertentu akan memberikan informasi mengenai kondisi air tanah hingga kedalaman tertentu. • Citra LANDSAT secara umum hanya memberikan informasi mengenai obyek – obyek permukaan bumi yang berhubungan dengan kondisi air tanah yang mempengaruhinya.

geolistrik • mengidentifikasi jenis batuan yang mencari perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah

geolistrik • mengidentifikasi jenis batuan yang mencari perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC ke dalam tanah. üPengukuran potensial üPengukuran arus listrik

Mencari potensi air tanah dengan metode Geolistrik? Survei geolistrik tahanan jenis Untuk mengetahui resistivitas

Mencari potensi air tanah dengan metode Geolistrik? Survei geolistrik tahanan jenis Untuk mengetahui resistivitas bawah permukaan bumi Nilai resistivitas material Nilai resistivitas <<<, kandungan air >>>

METODE GAYA BERAT What is Gravity? Gravity Gravis Gayaberat Heavy Gravimetry F( r )=G(m

METODE GAYA BERAT What is Gravity? Gravity Gravis Gayaberat Heavy Gravimetry F( r )=G(m 1. m 2)/r 2 F r F 11/24/2020 measurement of gravity (Newton Law) magnitude of gravity acceleration : g( r )=G(m 2/r 2 ) = F( r)/m 1 49 Teknik Eksplorasi dan Investigasi Air Tanah

What is gravity? Observed Gravity: gobs = g 0 +g 2 g 0 =

What is gravity? Observed Gravity: gobs = g 0 +g 2 g 0 = G (m 0/r 02) effect of m 0 (assumed as point mass) g 2 = G (m 2/r 22) effect of m 2 (as anomaly) Mass = volume x density =Vx 11/24/2020 50 Teknik Eksplorasi dan Investigasi Air Tanah

 What is gravity anomaly g (+) X(m or km) g (+) g=V 2(

What is gravity anomaly g (+) X(m or km) g (+) g=V 2( 2 - 0)/r 22 =V 2 /r 22 = 2 - 0 11/24/2020 Gravity anomaly is direct proportional with density contrast and Green’s function Teknik Eksplorasi dan Investigasi Air 51 Tanah

Keunggulan : 1. Sistem Bacaan digital Penuh 2. Dapat melakukan Levelling Sendiri 3. Akurasi

Keunggulan : 1. Sistem Bacaan digital Penuh 2. Dapat melakukan Levelling Sendiri 3. Akurasi Tinggi 0. 5 Gal 4. Automatic Lock Spring system 5. Repeatibility yang tinggi 6. Sebelum Level Alat tidak dapat Membaca Graviton Keunggulan : 11/24/2020 Gravimeter Lacoste&Romberg Tipe G dilengkapi Alliod Sistem 1. Sistem Bacaan digital 2. 3. Akurasi Tinggi 1 – 5 Gal Repeatibility yang tinggi Teknik Eksplorasi dan Investigasi Air Tanah 52

Keunggulan : 1. Sistem Bacaan digital Penuh 2. Dapat melakukan Levelling Sendiri 3. Akurasi

Keunggulan : 1. Sistem Bacaan digital Penuh 2. Dapat melakukan Levelling Sendiri 3. Akurasi Tinggi 1 Gal 4. Automatic Lock Spring system 5. Sebelum Level Alat tidak dapat Membaca Scintrex Auto. Grav CG-5 dilengkapi Sistem Feedback faktor dan Interface Komputer untuk mengamati perubahan Tide Gravimeter Lacoste&Romberg Tipe G 11/24/2020 Teknik Eksplorasi dan Investigasi Air Tanah 53

Contoh Titik Ukur Gayaberat 11/24/2020 Teknik Eksplorasi dan Investigasi Air Tanah 54

Contoh Titik Ukur Gayaberat 11/24/2020 Teknik Eksplorasi dan Investigasi Air Tanah 54

UNIT OF GRAVITY Gravity g(x, y, z) is acceleration in Systeme International d’Unites (SI)

UNIT OF GRAVITY Gravity g(x, y, z) is acceleration in Systeme International d’Unites (SI) is ms-2 1 ms-2 = 106 ms-2 = 109 nms-2 After Galileo : 1 Gal = 1 cms-2 = 10 -2 ms-2 (SI) Gravity anomaly : m. Gal (in exploration) 1 m. Gal = 10 -3 Gal (in 4 D survey) 1 Gal = 10 -3 m. Gal = 10 -6 Gal called as microgravity = 10 -8 ms-2 (SI) 11/24/2020 55 Teknik Eksplorasi dan Investigasi Air Tanah

METODOLOGI PENELITIAN KONSEP GEOLISTRIK Hukum Ohm V = I R “beda potensial (potential drop)

METODOLOGI PENELITIAN KONSEP GEOLISTRIK Hukum Ohm V = I R “beda potensial (potential drop) akibat suatu beban berbanding lurus dengan arus listrik yang dialirkan” R = resistansi (hambatan/tahanan) >> satuan ohm Resistivitas (hambatan jenis/tahanan jenis) >> >> besaran untuk mengkarakterisasi sifat kelistrikan suatu material >> satuan ohm meter

METODOLOGI PENELITIAN RESISTIVITAS BATUAN Interval resistivitas batuan >> Perak alami (1. 6 x 10

METODOLOGI PENELITIAN RESISTIVITAS BATUAN Interval resistivitas batuan >> Perak alami (1. 6 x 10 -8) – Belerang alami (1. 0 x 1016) ohm meter Faktor-faktor yang mempengaruhi resistivitas batuan: • Faktor yang mempengaruhi resistivitas formasi batuan: sementasi, formasi, temperatur, salinitas • Faktor geologi: 1. asal-usul batuan (resistivitas rendah pada batuan sedimen dan batuan beku atau metamorf yang sudah terfrakturasi) 2. umur batuan (resistivitas rendah pada batuan umur muda, batuan umur tua sudah termineralisasi sekunder maupun terkompaksi >> porositas turun) 3. tekstur batuan

METODOLOGI PENELITIAN Konsep Resistivitas Semu • Konsep pengukuran geolistrik menggunakan elektroda tunggal untuk arus

METODOLOGI PENELITIAN Konsep Resistivitas Semu • Konsep pengukuran geolistrik menggunakan elektroda tunggal untuk arus (C) dan potensial (P) • Resistivitas Semu >> memperkirakan nilai resistivitas medium homogen berdasarkan hasil pengukuran geolistrik sederhana, dengan K = faktor geometri • Resistivitas semu sebagai fungsi jarak antar elektroda secara kualitatif memberikan informasi mengenai resistivitas sebagai fungsi kedalaman (variasi vertikal) pada titik yang ditinjau.

METODOLOGI PENELITIAN KONFIGURASI ELEKTRODA R = V/I R : Hambatan V : Tegangan I

METODOLOGI PENELITIAN KONFIGURASI ELEKTRODA R = V/I R : Hambatan V : Tegangan I : Arus Pole-pole Schlumberger KONFIGURASI ELEKTRODA WENNER Dipole-Pole Dipole-Dipole Wenner

METODOLOGI PENELITIAN TEKNIK PENGUKURAN GEOLISTRIK 1. Mapping/ Constant Separation Traversing (CST)/ teknik profiling Mengukur

METODOLOGI PENELITIAN TEKNIK PENGUKURAN GEOLISTRIK 1. Mapping/ Constant Separation Traversing (CST)/ teknik profiling Mengukur variasi resistivitas secara lateral >> konfigurasi Wenner cocok digunakan 2. Sounding atau Vertical Electrical Sounding (VES) Mengukur variasi resistivitas untuk kedalaman tertentu >> konfigurasi Schlumberger lebih cocok digunakan 3. Teknik Tomografi/ Electrical Resistivity Imaging • Pengukuran Geolistrik dengan sistem multielektroda dan multi-core cable (alat geolistrik digital yang dikontrol oleh mikroprosesor) • dapat memperoleh variasi resistivitas secara vertikal maupun lateral • hasilnya berupa penampang profil 2 dimensi dalam bentuk kontur.

TEKNIK PENGUKURAN GEOLISTRIK Contoh Sistem multielektroda dan representasi data dalam bentuk 2 D dengan

TEKNIK PENGUKURAN GEOLISTRIK Contoh Sistem multielektroda dan representasi data dalam bentuk 2 D dengan konfigurasi Wenner

TEKNIK PENGUKURAN GEOLISTRIK • Sistem pengukuran automatic resistivity imaging 2 dimensi: 1. Multi-electrode 2.

TEKNIK PENGUKURAN GEOLISTRIK • Sistem pengukuran automatic resistivity imaging 2 dimensi: 1. Multi-electrode 2. Multi-core cable 3. Automatic electrode switching 4. Digital recording • Karakteristik resistivity-tomografi 1. Sistem pengukuran otomatis >> protocol/ control file 2. Perangkat pemodelan inversi 2 D >> RES 2 DINV 3. Pengembangan aplikasi >> time lapse measurements (pengukuran berulang/ periodik) 4. pemantauan/ monitoring

CONJUNCTIVE USE • Teknik ini melibatkan penggunaan dua atau lebih sumber irigasi untuk mendapatkan

CONJUNCTIVE USE • Teknik ini melibatkan penggunaan dua atau lebih sumber irigasi untuk mendapatkan sistem irigasi yang berkelanjutan dan untuk memenuhi permintaan tanaman. • Di bidang pertanian, pengairan sawah telah menjadi masalah utama • Untuk mengurangi masalah ini, penggunaan air conjuctive dibuat

Conjunctive Use of Water ( Air Permukaan dan Air Tanah) • • • Dapat

Conjunctive Use of Water ( Air Permukaan dan Air Tanah) • • • Dapat menangani keamanan pasokan makanan dan air bersama terkait dengan masalah pemenuhan kebutuhan air irigasi melalui penggunaan air permukaan dan air tanah Penggunaan air permukaan dan air tanah mengacu pada alokasi optimal air tanah bersama dengan air permukaan didalam sistem irigasi Pengelolaan sumber air permukaan dan air tanah dengan cara yang terkoordinasi sedemikian rupa sehingga hasil dari sistem tersebut selama beberapa waktu melebihi jumlah dari hasil masing komponen secara terpisah dari sistem yang dihasilkan dan operasi yang tidak terkoordinasi. Inflow Air tanah - dari sungai, danau, lahan basah dan air laut Inflow Air permukaan - dari mata air, rembesan dan aliran bawah tanah

CONJUNCTIVE USE DIPERLUKAN UNTUK : • • • Untuk mencegah kelangkaan air yang terjadi

CONJUNCTIVE USE DIPERLUKAN UNTUK : • • • Untuk mencegah kelangkaan air yang terjadi di wilayah yang terpencil ke sungai atau sumber air serupa lainnya Menciptakan pemerataan air ke semua wilayah Untuk mengurangi intrusi air laut Untuk memenuhi permintaan tanaman secara berkelanjutan Untuk mendapatkan hasil yang dapat diandalkan di tempat-tempat di mana kita memiliki air asin

Interaksi Pasokan Air Permukaan, Atmosfer Tanah dan Zona Tidak Jenuh, serta Model Aliran Air

Interaksi Pasokan Air Permukaan, Atmosfer Tanah dan Zona Tidak Jenuh, serta Model Aliran Air Tanah

Keuntungan menggunakan Air Permukaan dan Air Tanah • Menggunakan airtanah sangat membantu untuk mengurangi

Keuntungan menggunakan Air Permukaan dan Air Tanah • Menggunakan airtanah sangat membantu untuk mengurangi kebutuhan puncak pada irigasi, dimensi dari saluran dan biaya pembangunan nya • Pasokan dari air tanah memastikan penjadwalan irigasi yang tepat, meningkatkan beberapa tanaman dan menabur secara awal meskipun jika curah hujan tertunda • Meningkatnya pasokan air ke daerah-daerah ujung areal sehingga meningkatkan pemerataan dan keandalan • Eksploitasi air tanah menurunkan permukaan air dan mengurangi bahaya pemborosan air dan berakibat pembuangan air • Outflow dari air permukaan dan air bawah permukaan diminimalkan yang mengakibatkan penurunan puncak banjir • Peningkatan efisiensi dari suatu sistim karena adanya daur ulang air irigasi • Kebutuhan untuk melakukan lapisan kanal berkurang karena rembesan dari kanal mengisi kembali air tanah

Kendalam Mengimplementasikan Program Conjunctive Use Kemungkinan penurunan kualitas air tanah karena masuknya garam yang

Kendalam Mengimplementasikan Program Conjunctive Use Kemungkinan penurunan kualitas air tanah karena masuknya garam yang tercuci dari tanah, yang mungkin cukup ditandai sebagai hasil daur ulang di dalam zona depresi dan atau migrasi dataran tinggi dan lateral dari air asin ke zona air tawar sebagai respons terhadap pemompaan Meningkatkan konsumsi daya untuk mempertahankan pemompaan dari sumur, kemungkinan tidak tersuplai air tanah karena kegagalan daya pada periode kritis, dan penurunan efisiensi pompa karena fluktuasi yang besar. Operasional, pengawasan dan kontrol penggunaan konjungtif dan proyek pengisian ulang buatan lebih kompleks Kesulitan administratif dalam melibatkan tingkat air yang dapat diterima dan setara, memberikan motivasi dan keengganan untuk menerima penggunaan air tanah ketika air permukaan tersedia.

ELEMEN DALAM CONJUNCTIVE USE MEMBUTUHKAN FASILITAS SEBAGAI BERIKUT : 1. DISTRIBUSI AIR 2. RECHARGE

ELEMEN DALAM CONJUNCTIVE USE MEMBUTUHKAN FASILITAS SEBAGAI BERIKUT : 1. DISTRIBUSI AIR 2. RECHARGE BUATAN 3. PEMOMPAAN AIR TANAH ADA 3 KOMPONEN DARI PERENCANAAN MENGAPLIKASIKAN CONJUNCTIVE USE 1. AIR PERMUKAAN DAN JARINGANNYA 2. SUPLAI AIR TANAH DAN POTENSINYA 3. AREAL LAHAN PERTANIAN YANG AKAN DIAIRI PENGELOLAAN AIR DARI SUDUT SUPLAI • Pasokan air tawar yang melimpah • Belum ada tanda-tanda pengurangan air permukaan tetapi • Meningkatkan risiko polusi • Abstraksi air tanah tak terkendali • Potensi risiko pengurangan imbuhan PENGELOLAAN AIR DARI SUDUT KEBUTUHAN / DEMAND • Kurangnya kesadaran tentang masalah air • Salah satu yang paling sedikit mengembangkan daerah • Kurangnya infrastruktur yang memadai • Meningkatnya permintaan air tawar • Meningkatkan populasi • Meningkatkan urbanisasi • Intensifikasi pertanian

Dasar Pilihan Pengelolaan Air untuk Konsensus • • • Pendekatan pengelolaan luas wilayah sungai

Dasar Pilihan Pengelolaan Air untuk Konsensus • • • Pendekatan pengelolaan luas wilayah sungai Pengembangan penggunaan konjungtif air-air permukaan dan Pengelolaan Kebijakan pembangunan regional dan strategi penggunaan air Keterlibatan yang efektif dari semua pemangku kepentingan Menyeimbangkan kualitas dan kuantitas air TANTANGAN PENGGUNAAN CONJUNCTIVE USE DARI AIR PERMUKAAN DAN AIR TANAH • Perlu Studi Sistem Saluran dengan waktu serta mencoba untuk menggabungkan dampak yang mungkin terjadi - Bagian saluran (Masalah Manajemen dan Rehabilitasi) - Pola tanam - Tingkat irigasi • Memahami tingkat irigasi dan hasil yang sesuai • Membuat Pemodelan terpadu untuk iklim tropis dan intensitas pola tanam untuk keseluruhan area. • Meningkatkan Produktivitas air irigasi • Bagaimana mengatasi hambatan sosial dan ekonomi untuk merasionalisasi pemilik tanah, saluran dihulu, biaya air dan investasi awal • Perlu rekayasa air dan pengembangan pertanian yang terintegrasi • Pengelolaan lahan dan air termasuk pertimbangan menggunakan air tanah. • Dalam kepentingan jangka panjang terutama menghadapi kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi • Mengelola / mengurangi masalah penebangan air, salinitas dan suplai minim di daerah ujung ekor dari setiap saluran