KELOMPOK MK Komunikasi dan Perilaku Manusia Nathaniel Antonio

  • Slides: 67
Download presentation
KELOMPOK MK “Komunikasi dan Perilaku Manusia” Nathaniel Antonio Parulian, S. Psi, M. I. Kom

KELOMPOK MK “Komunikasi dan Perilaku Manusia” Nathaniel Antonio Parulian, S. Psi, M. I. Kom

Pengantar (1) Setiap dari kita menghabiskan banyak waktu dalam berbagai jenis kelompok – anggota

Pengantar (1) Setiap dari kita menghabiskan banyak waktu dalam berbagai jenis kelompok – anggota keluarga, kelompok sebaya, klub, kelompok kerja atau tim, kelompok agama & sosial. Sebagai individu yang menjadi bagian dalam kelompok, melahirkan: tuntutan, dan proses penyesuaian diri menjadi: lebih berkembang, berubah dan tumbuh.

Pengantar (2) Interaksi komunikasi berbeda antara: individu dalam hubungan dan interaksi yang terjadi dalam

Pengantar (2) Interaksi komunikasi berbeda antara: individu dalam hubungan dan interaksi yang terjadi dalam kelompok. Semakin bertambahnya individu dalam satu wadah, maka dinamika komunikasi akan menjadi kompleks. Didalamnya terkandung: › Beragam persoalan, pekerjaan, pemecahan masalah. › Mengatur peran & tanggung jawab, mempersiapkan pemimpin yang tepat, menciptakan keterpaduan (kohesivitas). › Menghindari tekanan berlebihan kepada individu demi menjaga kecocokan (konformitas).

Kelompok: Fiksi dan Fakta (1) Setiap kelompok memiliki: agenda atau rencana. Keputusan harus dibuat

Kelompok: Fiksi dan Fakta (1) Setiap kelompok memiliki: agenda atau rencana. Keputusan harus dibuat bersama dengan rekomendasi yang telah pasti. Anggota akan menyumbangkan: pendapat dan informasi, serta bersama memulai perencanaan untuk mencapai tujuan bersama.

Kelompok: Fiksi dan Fakta (2) Dalam bentuk abstrak, kita cenderung memberikan penilaian kepada kelompok

Kelompok: Fiksi dan Fakta (2) Dalam bentuk abstrak, kita cenderung memberikan penilaian kepada kelompok sebagai: kumpulan orang yang aktif, antusias, saling mendukung dan mampu bekerjasama secara rasional dan tanpa emosi untuk mencapai tujuan bersama. Namun kenyataannya, kelompok terdiri dari: individu dengan ragam motivasi, emosi, kasih sayang, perspektif dan kebutuhan yang bergabung bersama kedalamnya.

Mengapa Orang Bergabung dalam Kelompok (1) Mengejar kebutuhan individu dalam konteks sosial. Kelompok membantu

Mengapa Orang Bergabung dalam Kelompok (1) Mengejar kebutuhan individu dalam konteks sosial. Kelompok membantu individu dalam memenuhi sejumlah tujuan: bergaul, bersahabat, memperoleh dukungan untuk perubahan dan pengembangan diri, pertumbuhan rohaniah, dan keuntungan ekonomi.

Mengapa Orang Bergabung dalam Kelompok (2) Sejumlah faktor yang mempengaruhi keputusan individu untuk bergabung

Mengapa Orang Bergabung dalam Kelompok (2) Sejumlah faktor yang mempengaruhi keputusan individu untuk bergabung dalam kelompok, diantaranya adalah: › Daya tarik anggota kelompok – fisik, sosial dan daya tarik tugas. › Daya tarik kegiatan dan tujuan kelompok. › Daya tarik manfaat menjadi anggota kelompok tertentu – pribadi, sosial, simbolik, pekerjaan atau keuntungan ekonomi.

Jenis Kelompok (1) Tugas dan dimensi sosial: Produktivitas & Semangat Juang (1) – tujuan

Jenis Kelompok (1) Tugas dan dimensi sosial: Produktivitas & Semangat Juang (1) – tujuan kelompok diciptakan adalah untuk: produktivitas dalam penyelesaian tugas & pekerjaan. Beberapa jenis kelompok yang ber-orientasi pada tugas: › Kelompok duplikasi kegiatan – setiap anggota melakukan pekerjaan yang sama. › Kelompok ban berjalan – setiap anggota bekerja pada bagian yang berbeda dari tugas. › Kelompok penilai , pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan – anggota kelompok mengidentifikasi dan menetapkan diantara jawaban, strategi atau pilihan yang tersedia.

Jenis Kelompok (2) Tugas dan dimensi sosial: Produktivitas & Semangat Juang (2) – ada

Jenis Kelompok (2) Tugas dan dimensi sosial: Produktivitas & Semangat Juang (2) – ada juga kelompok-kelompok yang memiliki tujuan utamanya adalah untuk: menciptakan semangat positif, memfasilitasi para anggota mencapai tujuan orientasi pribadi/orientasi sosial – seperti dukungan interpersonal, dorongan & hiburan pada klub-klub sosial. Moral kelompok yang baik dapat: meningkatkan produktivitas, sebaliknya kelompok yang minim moralnya dapat merusak produktivitas.

Jenis Kelompok (3) Tugas dan dimensi sosial: Produktivitas & Semangat Juang (3) – Didalam

Jenis Kelompok (3) Tugas dan dimensi sosial: Produktivitas & Semangat Juang (3) – Didalam setiap kelompok apapun, memerlukan keseimbangan antara kepedulian terhadap produktivitas dan moralitas. Dengan tujuan: agar dapat melaksanakan kegiatan kelompok, mendorong partisipasi penuh, mendorong perasaan positif terhadap anggota kelompok satu sama lain.

Jenis Kelompok (4) Kelompok diciptakan & Kelompok alamiah (1) – kelompok yang diciptakan adalah:

Jenis Kelompok (4) Kelompok diciptakan & Kelompok alamiah (1) – kelompok yang diciptakan adalah: kelompok yang dibentuk untuk tujuan yang spesifik. Misalnya: melayani masyarakat, menyelesaikan suatu program kerja & mendukung kandidat politik.

Jenis Kelompok (5) Kelompok diciptakan & Kelompok alamiah (2) – Selain itu, ada beberapa

Jenis Kelompok (5) Kelompok diciptakan & Kelompok alamiah (2) – Selain itu, ada beberapa kelompok yang muncul dengan sendirinya (emergent) dan terbentuk dari kegiatan spontan individu. Misalnya, kenalan yang menjadi teman mulai bepergian bersama ke berbagai tempat saling membantu sama lain. Dalam kehidupan sehari-hari, ada kelompok yang awalnya bersifat alamiah bergeser menjadi kelompok yang diciptakan. Misalnya, beberapa kenalan memutuskan membentuk sebuah kelompok kerja atau kelompok wisata.

Pengembangan Kelompok (1) Jaringan Komunikasi Kelompok (1) – dalam hubungan dua orang terdapat hanya

Pengembangan Kelompok (1) Jaringan Komunikasi Kelompok (1) – dalam hubungan dua orang terdapat hanya satu hubungan komunikasi timbal balik. Dengan bertambahnya anggota kelompok sebanyak tiga, empat, lima orang, maka: menambah potensi/peluang hubungan komunikasi yang lebih banyak lagi.

Pengembangan Kelompok (2) Jaringan Komunikasi Kelompok (2) – didalam kelompok ilmiah, hubungan pengolahan pesan

Pengembangan Kelompok (2) Jaringan Komunikasi Kelompok (2) – didalam kelompok ilmiah, hubungan pengolahan pesan timbal balik (jaringan) berkembang secara alami & spontan. Jaringan tersebut mulai terbentuk saat: individu bertemu dan berupaya untuk mengenal satu sama lain – jaringan akan bertambah baik, setelah berjalannya waktu. Dalam praktik dikehidupan sehari-hari, ada sejumlah pola hubungan yang terjadi didalam kelompok:

Jaringan Komunikasi Lingkaran (Circle) Dalam jaringan komunikasi lingkaran (circle), setiap anggota kelompok berinteraksi dengan

Jaringan Komunikasi Lingkaran (Circle) Dalam jaringan komunikasi lingkaran (circle), setiap anggota kelompok berinteraksi dengan dua orang. Individu A berinteraksi dengan individu B dan individu E. Individu B berinteraksi dengan individu A dan individu C. Begitu seterusnya.

Jaringan Komunikasi Roda (Wheel) Konfigurasi roda, menggambarkan sebuah situasi dimana seluruh pesan mengalir berasal

Jaringan Komunikasi Roda (Wheel) Konfigurasi roda, menggambarkan sebuah situasi dimana seluruh pesan mengalir berasal dari satu individu, yaitu C. Individu C berinteraksi secara langsung dengan seluruh anggota kelompok. Tidak satu individu-pun yang berinteraksi satu sama lain. secara langsung.

Jaringan Komunikasi Rantai (Chain) Dalam sebuah konfigurasi rantai, anggota-anggota berinteraksi secara serial pada garis

Jaringan Komunikasi Rantai (Chain) Dalam sebuah konfigurasi rantai, anggota-anggota berinteraksi secara serial pada garis lurus.

Jaringan Komunikasi Semua Saluran (All-Channel) Konfigurasi semua-saluran menunjukkan sebuah jaringan, dimana: setiap anggota kelompok

Jaringan Komunikasi Semua Saluran (All-Channel) Konfigurasi semua-saluran menunjukkan sebuah jaringan, dimana: setiap anggota kelompok mengirim pesan dan menerima pesan kepada setiap anggota kelompok lainnya. Peran individu dalam jaringan komunikasi ini bervariasi, ada yang berperan sedikit & ada yang berperan lebih banyak. Peran-peran itu antara lain: pusat jaringan, pinggiran jaringan, atau terisolasi dalam jaringan.

Jaringan Komunikasi Bentuk “Y” Konfigurasi pada jaringan komunikasi dengan bentuk huruf “Y”, memiliki pola

Jaringan Komunikasi Bentuk “Y” Konfigurasi pada jaringan komunikasi dengan bentuk huruf “Y”, memiliki pola komunikasi antara 3 (tiga) orang yang dapat berhubungan dengan orang disampingnya. Hanya ada 2 (dua) orang saja yang dapat berkomunikasi dengan seseorang yang berada disampingnya.

Pengembangan Kelompok (2) Tahap pengembangan (1) – pengembangan kelompok yang berorientasi pada tugas, menujukkan

Pengembangan Kelompok (2) Tahap pengembangan (1) – pengembangan kelompok yang berorientasi pada tugas, menujukkan bahwa mereka bergerak melalui tahapan sebagai berikut: › Tahap Orientasi – terdiri dari tindakan berkenalan, mengungkapkan titik pandang awal, membentuk jaringan terkait dengan tugas yang harus segera dikerjakan. › Pada tahap awal kerja dalam kelompok ini, diskusi cenderung terpusat pada “pembicaraan ringan” – suasana lingkungan, cuaca & tujuan kelompok. › Tahap Konflik – mulai terjadi: ekspresi diri, sudut pandang yang berbeda antara anggota/sub kelompok & terjadi polarisasi.

Pengembangan Kelompok (3) Tahap pengembangan (2) – › Tahap Pemunculan – permulaan kelompok membentuk

Pengembangan Kelompok (3) Tahap pengembangan (2) – › Tahap Pemunculan – permulaan kelompok membentuk identitasnya sendiri. › Tahap penguatan – jika kelompok mendekati penyelesaian, kerjasama antar individu dalam jaringan meningkat – saling mendukung terhadap pemecahan masalah kelompok. Tidak semua kelompok mengikuti tahapan secara tepat dan berurut, melainkan kelompok akan: berpindah dari satu tahap ke tahap lainnya & kembali lagi, begitu seterusnya.

Pengembangan Kelompok (4) Tahap pengembangan (3) – ada sejumlah faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok

Pengembangan Kelompok (4) Tahap pengembangan (3) – ada sejumlah faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok saat berkembang. Faktor tersebut antara lain: › Jumlah struktur dalam kelompok. › Waktu yang tersedia bagi kelompok untuk: menyelesaikan tugas. › Besaran kelompok. › Sikap dan perasaan anggota kelompok terhadap: tugas, topik, sesama anggota, dan hakikat tugas.

Pengembangan Kelompok (5) Tahap pengembangan (3) – Ciri-ciri tugas berikut bernilai penting bagi kemajuan

Pengembangan Kelompok (5) Tahap pengembangan (3) – Ciri-ciri tugas berikut bernilai penting bagi kemajuan suatu kelompok: › Tingkat kesulitan tugas – jumlah usaha yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. › Keberagaman solusi – jumlah alternatif solusi yang masuk akal yang tersedia untuk memecahkan masalah. › Motivasi & ketertarikan – daya tarik yang dihasilkan oleh tugas.

Pengembangan Kelompok (6) › Tingkat kerjasama yang disyaratkan – tingkat dimana kerja sama dengan

Pengembangan Kelompok (6) › Tingkat kerjasama yang disyaratkan – tingkat dimana kerja sama dengan anggota kelompok yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. › Keakraban – sejauhmana kelompok sudah familiar & memiliki pengalaman dengan tugas tertentu.

Budaya Kelompok: Simbol, Kaidah dan Aturan (1) Ketika jaringan berkembang, berbagai jenis simbol, aturan,

Budaya Kelompok: Simbol, Kaidah dan Aturan (1) Ketika jaringan berkembang, berbagai jenis simbol, aturan, dan hukum muncul melalui proses komunikasi budaya kelompok. Aspek dari budaya kelompok berkembang secara alami – perkembangan istilah bahasa & aturan berpakaian. Simbol, aturan dan kaidah diciptakan untuk: memberi identitas kelompok dan untuk: membedakan sub-kelompok tertentu dari unit kelompok yang lebih besar – contoh: nama tim & logo.

Budaya Kelompok: Simbol, Kaidah dan Aturan (1) Budaya memainkan peranan yang penting dalam dinamika

Budaya Kelompok: Simbol, Kaidah dan Aturan (1) Budaya memainkan peranan yang penting dalam dinamika kelompok, antara lain berperan bagi: pengembangan keteraturan, struktur, dan keterpaduan dalam operasi keseluruhan sistem. Terrence Deal dan Allen Kennedy mereka memaparkan nilai, tokoh-tokoh, dan tata-cara, dan upacara (ritual) setiap kebudayaan.

Budaya Kelompok: Simbol, Kaidah dan Aturan (2) Nilai – adalah: konsep-konsep dasar dan keyakinan

Budaya Kelompok: Simbol, Kaidah dan Aturan (2) Nilai – adalah: konsep-konsep dasar dan keyakinan suatu kelompok. Mereka membentuk jantung budaya kelompok dan menetapkan standar keberhasilan. Nilai inti menujukkan: apa yang dianggap penting bagi sebuah kelompok. Budaya kelompok sering memiliki seorang tokoh yang menjadi: model peran (role model) yang mampu mewujudkan nilai-nilai kelompok. Tokoh-tokoh ini dikenal sebagai: pelopor sebuah kelompok/organisasi yang dianggap sukses mengatasi suatu masa sulit dalam kehidupan kelompok.

Budaya Kelompok: Simbol, Kaidah dan Aturan (3) Ritus dan ritual adalah: rutinitas kehidupan sehari-hari

Budaya Kelompok: Simbol, Kaidah dan Aturan (3) Ritus dan ritual adalah: rutinitas kehidupan sehari-hari dalam kelompok atau kegiatan yang dilakukan: memperkuat nilai-nilai dalam kelompok. Setiap kelompok hendaknya mengadaptasi ritus dan ritual yang terjadi sejalan dengan perubahan sikap masyarakat tentang berbagai kepercayaan yang berkembang – contoh: kegiatan perploncoan.

Pengambilan Keputusan (1) Kegiatan utama dalam suatu kelompok antara lain: pengambilan keputusan. Jenis keputusan

Pengambilan Keputusan (1) Kegiatan utama dalam suatu kelompok antara lain: pengambilan keputusan. Jenis keputusan yang diambil terdiri dari: keputusan yang bersifat sederhana seseorang yang ditugaskan untuk: membuat jadwal pertemuan, sampai keputusan yang lebih kompleks penyusunan kegiatan & penyusunan kebijakan.

Pengambilan Keputusan (2) Rapat adalah kegiatan pengambilan keputusan kelompok, yang umumnya dilakukan melalui undangan

Pengambilan Keputusan (2) Rapat adalah kegiatan pengambilan keputusan kelompok, yang umumnya dilakukan melalui undangan pertemuan. Perilaku individu akan tampak mengikuti aturan sesuai prosedur atau yang bersifat spontan. Beberapa metode dalam membuat keputusan dalam kelompok, antara lain: konsensus, kompromi, suara mayoritas, keputusan oleh pemimpin dan arbitrase.

Pengambilan Keputusan (3) Konsensus (1) – konsensus atau mufakat adalah: suatu proses yang mengharuskan

Pengambilan Keputusan (3) Konsensus (1) – konsensus atau mufakat adalah: suatu proses yang mengharuskan kelompok sampai pada suatu keputusan bersama yang benar-benar disetujui oleh anggota. Beberapa aturan untuk membantu kelompok untuk mencapai kata mufakat: › Anggota hendaknya menghindari perdebatan. › Kelompok hendaknya menghindari istilah “menang-kalah” dalam penyelesaian sengketa. › Anggota hendaknya tidak ikut dalam kelompok mayoritas hanya untuk menghindari konflik.

Pengambilan Keputusan (4) › Kelompok hendaknya tidak menggunakan banyak aturan untuk pengambilan keputusan. ›

Pengambilan Keputusan (4) › Kelompok hendaknya tidak menggunakan banyak aturan untuk pengambilan keputusan. › Kelompok harus melihat perbedaan pendapat diantara anggota sebagai sesuatu yang alamiah & bermanfaat. › Anggota seharusnya punya pertimbangan awal perihal kesepakatan yang diambil – apakah terlalu cepat atau lambat?

Pengambilan Keputusan (5) Kompromi – adalah: proses negosiasi/perundingan dalam upaya saling memberi & menerima

Pengambilan Keputusan (5) Kompromi – adalah: proses negosiasi/perundingan dalam upaya saling memberi & menerima untuk sampai pada posisi yang mempertimbangkan. Pengambilan keputusan dengan cara kompromi, tidak harus sepenuhnya konsisten dengan pilihan setiap anggota kelompok.

Pengambilan Keputusan (6) Suara mayoritas – adalah: metode untuk sampai pada keputusan kelompok secara

Pengambilan Keputusan (6) Suara mayoritas – adalah: metode untuk sampai pada keputusan kelompok secara matematis. Keputusan dibuat bila didukung oleh: mayoritas anggota. Dalam kelompok yang sangat formal seperti dalam rapat-rapat kerja parlemen, terdapat definisi khusus dalam pengambilan keputusan dengan metode suara mayoritas. Rumus pengambilan keputusan 50% suara + 1 suara atau 2/3 suara.

Pengambilan Keputusan (7) Keputusan oleh Pemimpin – pengambilan keputusan oleh pemimpin melibatkan penetapan resolusi

Pengambilan Keputusan (7) Keputusan oleh Pemimpin – pengambilan keputusan oleh pemimpin melibatkan penetapan resolusi oleh pemimpin kelompok. Keputusan oleh pemimpin seperti ini disebut: proklamasi. Contoh: pemimpin membuat keputusan bahwa acara malam dana, dibatalkan.

Pengambilan Keputusan (8) Arbitrase – adalah: persetujuan melalui perundingan resmi antara pihak yang tidak

Pengambilan Keputusan (8) Arbitrase – adalah: persetujuan melalui perundingan resmi antara pihak yang tidak mampu mencapai keputusan, dengan melibatkan pihak lain. Arbitrase sering digunakan untuk: menyelesaikan konflik antar-kelompok. Misalnya, konflik antara: buruh-pemilik usaha soal kontrak kerja yang tidak mendapatkan titik temu. Ketika menggunakan arbitrase sebagai “jembatan” antara kedua kelompok yang bertikai, umumnya pihak ketiga memiliki aturan khusus yang disepakati bersama oleh kedua belah pihak.

Peran dan Tanggung Jawab (1) Dalam kelompok informal yang kecil, peran dan tanggung jawab

Peran dan Tanggung Jawab (1) Dalam kelompok informal yang kecil, peran dan tanggung jawab anggota berasal dari: hasil kesepakatan informal & umumnya tidak disampaikan dalam bentuk verbal. Sementara dalam kelompok yang lebih besar, peran dan tanggung jawab tiap individu disampaikan secara eksplisit (terbuka). Benne dan Sheats membagi tiga jenis peran yang berkembang dalam kelompok sepanjang waktu perjalanannya, antara lain: › Peran yang terkait dengan penyelesaian tugas. › Peran yang terkait untuk membangun dan mendukung kelompok. › Peran-peran individualistis.

Peran dan Tanggung Jawab (2) Peran ber-orientasi tugas (1) › Inisiator-kontributor – menyarankan atau

Peran dan Tanggung Jawab (2) Peran ber-orientasi tugas (1) › Inisiator-kontributor – menyarankan atau mengusulkan ide-ide baru, atau mengubah cara-cara menangani masalah atau tujuan kelompok. › Pencari informasi – meminta klarifikasi mengenai saran yang telah dibuat dalam hal kecukupan faktual dan untuk keabsahan informasi & fakta -fakta terkait masalah yang sedang dibahas.

Peran dan Tanggung Jawab (3) Peran ber-orientasi tugas (1) › Pencari opini – meminta

Peran dan Tanggung Jawab (3) Peran ber-orientasi tugas (1) › Pencari opini – meminta klarifikasi mengenai: nilai yang terkait dengan apa yang sedang ditangani kelompok, tentang nilai yang dikandung dalam saran yang diusulkan, atau tentang nilai dalam saran-saran alternatif. › Pemberi informasi – memberi fakta atau generalisasi yang “absah” atau fakta berdasar pengalamannya sendiri terkait masalah kelompok.

Peran dan Tanggung Jawab (4) Peran ber-orientasi tugas (2) › Elabolator – menjabarkan saran-saran

Peran dan Tanggung Jawab (4) Peran ber-orientasi tugas (2) › Elabolator – menjabarkan saran-saran melalui contoh-contoh dalam memberikan pembenaran kepada saran-saran yang dibuat sebelumnya & mencoba memahami bagaimana sebuah ide atau saran akan berhasil diterapkan jika diadopsi oleh kelompok. › Koordinator – menunjukkan atau menjelaskan hubungan antar berbagai ide, saran, yang dibuat atau saran-saran alternatif. › Orienter – mendefinisikan posisi kelompok sehubungan dengan tujuannya dengan merangkum apa yang telah terjadi, menunjukkan poin-poin yang telah disepakati, arah-tujuan, atau mengangkat pertanyaan tentang arah diskusi yang sedang dilakukan kelompok.

Peran dan Tanggung Jawab (5) Peran ber-orientasi tugas (3) › Evaluator-kritik – mengarahkan penyelesaian

Peran dan Tanggung Jawab (5) Peran ber-orientasi tugas (3) › Evaluator-kritik – mengarahkan penyelesaian tugas kelompok. › Teknisi-prosedural – mempercepat gerakan kelompok dengan melakukan apa-pun untuk kelompok, melakukan tugas rutin (menyebarkan materi, mengatur barang-barang, dsb). › Perekam – mencatat saran-saran, membuat rekaman keputusan kelompok, atau menuliskan hasil diskusi.

Peran dan Tanggung Jawab (6) Pembangunan kelompok & peran dukungan (1) – › Encourager

Peran dan Tanggung Jawab (6) Pembangunan kelompok & peran dukungan (1) – › Encourager – memuji, memberikan persetujuan, dan menerima kontribusi yang lain. › Harmonizer – menengahi perbedaan anggota lain, berupaya untuk mendamaikan perbedaan pendapat, mengurangi ketegangan dalam konflik melalui lelucon. › Kompromis – berupaya keluar dari konflik internal dengan menawarkan persetujuan bersama, mengakui kesalahan atau bergerak ke posisi yang lain. › Penjaga gerbang/ekspenditur – berupaya menjaga saluran komunikasi tetap terbuka dengan mendorong atau memfasilitasi partisipasi orang lain atau dengan mengatur arus komunikasi.

Peran dan Tanggung Jawab (7) Pembangunan kelompok & peran dukungan (2) › Pengingat standar

Peran dan Tanggung Jawab (7) Pembangunan kelompok & peran dukungan (2) › Pengingat standar – memperlihatkan standar evaluasi dan standar kualitas bagi proses-proses dalam kelompok. › Kelompok pengamat – menyimpan catatan mengenai berbagai aspek proses kelompok, lalu memanfaatkan dan menginterpretasi data, untuk diusulkan sebagai evaluasi kelompok terhadap prosedurnya sendiri. › Pengikut – bergerak sejalan dengan gerakan kelompok, kurang lebih bersikap pasif dalam menerima gagasan orang lain, tampil sebagai penonton dalam diskusi kelompok atau pengambil keputusan.

Peran dan Tanggung Jawab (8) Peran individu (1) › Penyerang – bekerja dengan cara-cara

Peran dan Tanggung Jawab (8) Peran individu (1) › Penyerang – bekerja dengan cara-cara negatif, menjatuhkan status orang lain, memperlihatkan sikap tidak sepakat terhadap nilai-nilai, perasaan dan tindakan orang lain, menyerang kelompok atau masalah yang sedang berjalan, canda-tawa secara agresif, iri terhadap kontribusi orang lain, berusaha menonjolkan jasa-jasanya sendiri. › Penghalang – cenderung negatif dan melawan dengan keras kepala, tidak setuju & menentang tanpa alasan atau diluar jangkauan akal sehat. Mencoba mempertahankan atau membawa kembali suatu masalah setelah kelompok menolaknya.

Peran dan Tanggung Jawab (9) Peran individu (2) › Pencari pengakuan – berusaha menarik

Peran dan Tanggung Jawab (9) Peran individu (2) › Pencari pengakuan – berusaha menarik perhatian & berjuang untuk ditempatkan pada posisi “inferior”. › Pengaku dosa – memanfaatkan kesempatan untuk menyampaikan perasaan pribadi yang bukan kepentingan kelompok. › Penguasa – mencoba untuk menegaskan otoritas atau superioritas dengan memanipulasi kelompok atau anggota tertentu dari kelompok.

Peran dan Tanggung Jawab (10) Peran individu (3) › Pencari bantuan – upaya untuk

Peran dan Tanggung Jawab (10) Peran individu (3) › Pencari bantuan – upaya untuk membangkitkan tanggapan “simpati” dari anggota kelompok lainnya atau dari seluruh kelompok. › Pembela kepentingan khusus – berbicara atas nama “pemilik usaha kecil”, “masyarakat akar rumput” & diselubungi prasangka atau stereotip sesuai dengan kepentingannya sendiri.

Kepemimpinan (1) Pemimpin adalah: sosok yang paling banyak menyedot perhatian. Peran dasar seorang pemimpin:

Kepemimpinan (1) Pemimpin adalah: sosok yang paling banyak menyedot perhatian. Peran dasar seorang pemimpin: mengkoordinasikan kegiatan dalam kelompok & individu. Setiap pemimpin berkontribusi kepada: tujuan kelompok secara keseluruhan. Pola kepemimpinan dalam kelompok hasil dari kebutuhan, preferensi & gaya komunikasi tiap-tiap individu dalam kelompok. Kepemimpinan adalah elemen penting dalam melaksanakan fungsi sehari-hari: perancangan, penerapan, pengawasan, kebijakan – untuk mewujudkan koordinasi kegiatan dalam kelompok.

Fungsi Kepemimpinan: Baird dan Weinberg Fungsi pemeliharaan kelompok: › Mempromosikan partisipasi. › Mengatur interaksi.

Fungsi Kepemimpinan: Baird dan Weinberg Fungsi pemeliharaan kelompok: › Mempromosikan partisipasi. › Mengatur interaksi. › Mempromosikan kepuasan kebutuhan. Fungsi Prestasi kelompok: › Menginformasikan. › Merencanakan. › Mengorientasikan. › Meningkatkan kerjasama. › Mengintegrasikan. › Menengahi konflik. › Mewakili. › Melindungi hak-hak individu. › Memberikan contoh perilaku. › Memikul tanggung jawab atas kegagalan kelompok. › Mempromosikan pengembangan kelompok. › Menyelaraskan. › Memperjelas. › Mengevaluasi. › Membangkitkan semangat.

Kepemimpinan (2) Pendekatan atau teori kepemimpinan – pemimpin yang efektif merencanakan & membantu organisasi

Kepemimpinan (2) Pendekatan atau teori kepemimpinan – pemimpin yang efektif merencanakan & membantu organisasi atau kelompok mencapai tujuan mereka. Membantu setiap individu untuk: menyelesaikan tugas serta memahami kendala yang mereka hadapi. › Sudut pandang kehadiran seorang pemimpin yang baik - Kepemimpinan adalah kemampuan yang diwarisi dari orang-tuanya kualitas kepemimpinan melekat didalam kepribadiannya. Perspektif ini kerap digunakan untuk: menjaga kelompok untuk tetap berada posisi kepemimpinan.

Kepemimpinan (3) › Pendekatan gaya kepemimpinan - gaya kepemimpinan terdiri dari tiga jenis: otokratis,

Kepemimpinan (3) › Pendekatan gaya kepemimpinan - gaya kepemimpinan terdiri dari tiga jenis: otokratis, demokratis/partisipatoris, laissez-faire. Otokratis v Menggunakan otoritas untuk mengarahkan kegiatan kelompok. v Pemimpin secara ketat mengontrol informasi didalam kelompok. v Menugaskan peran dan tanggung jawab kepada anggota. v Memiliki sistem pertanggung jawaban yang resmi. • Demokratis/partisipatoris v Membawa anggota untuk terlibat didalam pengambilan keputusan. v Terbuka dalam berbagi informasi.

Kepemimpinan (4) › Pendekatan gaya kepemimpinan - • Demokratis/partisipatoris v Peran dan tanggung jawab

Kepemimpinan (4) › Pendekatan gaya kepemimpinan - • Demokratis/partisipatoris v Peran dan tanggung jawab ditentukan oleh kelompok. • Laissez-faire v Gaya kepemimpinan “lepas-tangan”. v Tidak ada kewenangan yang dipaksakan pimpinan.

Kepemimpinan (5) Cecil dan Gibb (1969) – berpendapat bahwa gaya kepemimpinan demokratis dianggap efektif

Kepemimpinan (5) Cecil dan Gibb (1969) – berpendapat bahwa gaya kepemimpinan demokratis dianggap efektif apabila: › Tidak ada anggota kelompok yang merasa dirinya lebih mampu mengatasi persoalan daripada kelompok yang lain. › Bila metode komunikasi yang tepat belum diketahui & belum dipahami. › Bila semua anggota kelompok mempertahankan hak-hak individual mereka.

Kepemimpinan (6) › Gaya kepemimpinan otorkratis dianggap efektif apabila: Kecepatan, efisiensi dalam pekerjaan jauh

Kepemimpinan (6) › Gaya kepemimpinan otorkratis dianggap efektif apabila: Kecepatan, efisiensi dalam pekerjaan jauh lebih penting daripada perundingan – dalam situasi darurat & anggota memerlukan arahan dari pemimpin. › Kesimpulan - tidak ada gaya kepemimpinan yang ideal bagi semua kelompok, melainkan kesesuaian gaya kepemimpinan tergantung pada sifat & tujuan kelompok itu sendiri.

Kepemimpinan (7) › Pendekatan kontekstual (1) – kepemimpinan dianggap sebagai hasil dari: kemampuan individu

Kepemimpinan (7) › Pendekatan kontekstual (1) – kepemimpinan dianggap sebagai hasil dari: kemampuan individu (bakat&belajar), tujuan kelompok, tekanan dari luar terhadap kelompok & cara-cara para anggota dalam kelompok berbicara, bekerja atau berhubungan satu sama lain. › Bormann dan Bormann – berpendapat, kepemimpinan adalah cara seseorang untuk menjadi pimpinan & tergantung kepada apa yang mereka pikirkan mengenai kelompok – menunjukan potensi, keterampilan & bakat-bakatnya.

Kepemimpinan (8) Masalah pengikut dan anggota (1) – menjadi seorang peserta didalam suatu kelompok

Kepemimpinan (8) Masalah pengikut dan anggota (1) – menjadi seorang peserta didalam suatu kelompok melibatkan inisiasi kedalam pola dan budaya komunikasi. Sebagai contoh: keanggotaan kita dalam kelompok (keluarga) – banyak memerlukan: kompromi, akomodasi dan pencocokan. Banyak pembelajaran tentang aturan-aturan keluarga.

Kepemimpinan (9) Masalah pengikut dan anggota (2) – Masuk kekelompok tertentu setiap individu harus

Kepemimpinan (9) Masalah pengikut dan anggota (2) – Masuk kekelompok tertentu setiap individu harus patuh dengan aturan dan realitas kelompok agar bisa diterima & berfungsi secara efektif sebagai anggota. Dengan demikian, setiap individu memerlukan penyesuaian diri dengan situasi terhadap aturan yang dibuat oleh orang lain. Tujuannya menghindari adanya proses komunikasi yang kurang kreatif & kurang aktif yang menyebabkan individu mengalami frustrasi.

Keterpaduan (1) Keterpaduan (kohesivitas) (1) – merujuk kepada loyalitas kelompok. Keterpaduan kesatuan & komitmen

Keterpaduan (1) Keterpaduan (kohesivitas) (1) – merujuk kepada loyalitas kelompok. Keterpaduan kesatuan & komitmen anggota terhadap kesejahteraan kelompok. Keterpaduan mendorong produktivitas individu yang lebih baik – kerja-sama sesama anggota kelompok, berbagi beban kerja & menggunakan waktu secara efisien.

Keterpaduan (2) Keterpaduan (kohesivitas) (2) – Kelompok yang padu memiliki moralitas yang lebih tinggi

Keterpaduan (2) Keterpaduan (kohesivitas) (2) – Kelompok yang padu memiliki moralitas yang lebih tinggi – terdapat nilai-nilai positif yang menjadi bagian dari kelompok: memberi perhatian, saling menghargai, berbagi kesuksesan & kegagalan. Kelompok yang padu memiliki komunikasi yang efektif dan efisien – keterbukaan & saling menerima sesama anggota. Keterpaduan/ketidak-terpaduan dipupuk melalui: proses komunikasi & mempengaruhi pola dan kualitas komunikasi didalam kelompok.

Keterpaduan (3) Gejala keterpaduan yang terlalu kecil: kebosanan dan ketidakpedulian (1) – gejala yang

Keterpaduan (3) Gejala keterpaduan yang terlalu kecil: kebosanan dan ketidakpedulian (1) – gejala yang tampak: keterlibatan yang kurang, tidak adanya antusiasme, dan minimnya pertanyaan yang diajukan. Rapat berlangsung tenang-membosankan anggota rapat berperilaku sopan tetapi apatis.

Keterpaduan (4) Gejala keterpaduan yang terlalu tinggi: sindrom berpikir kelompok (groupthink syndrome) (1) –

Keterpaduan (4) Gejala keterpaduan yang terlalu tinggi: sindrom berpikir kelompok (groupthink syndrome) (1) – dalam kelompok yang sangat padu, atau sangat kohesif, tekanan untuk setuju dengan kelompok menjadi sangat kuat. Sebuah norma, standar penerimaan, atau menghindari ketidaksetujuan bisa berkembang. Pendapat yang bertentangan dengan pandangan mayoritas bisa tidak diperhatikan dan/atau secara tidak sengaja diabaikan.

Keterpaduan (5) Gejala keterpaduan yang terlalu tinggi: sindrom berpikir kelompok (groupthink syndrome) (2) –

Keterpaduan (5) Gejala keterpaduan yang terlalu tinggi: sindrom berpikir kelompok (groupthink syndrome) (2) – sindrom berpikir kelompok atau group-think terjadi karena: anggota menempatkan nilai utama pada loyalitas dan menjadikan dirinya sebagai pemain tim. Salah satu karakteristik groupthink yang membuatnya sangat merepotkan adalah: bahwa proses itu sering terjadi tanpa kesadaran peserta/anggota.

Keterpaduan (6) › Tanda bahaya berpikir kelompok (group-think warning signs) : Menilai terlalu tinggi

Keterpaduan (6) › Tanda bahaya berpikir kelompok (group-think warning signs) : Menilai terlalu tinggi kekuatan & moralitas kelompok – beranggapan bahwa kelompok tidak memperhitungkan pihak lain & apa yang dilakukan kelompok dalam mengejar tujuan dijalan yang benar. Berpikiran tertutup – mengabaikan atau mengalihkan pandangan alternatif.

Keterpaduan (7) › Tanda bahaya berpikir kelompok (group-think warning signs) : Menekankan kesesuaian –

Keterpaduan (7) › Tanda bahaya berpikir kelompok (group-think warning signs) : Menekankan kesesuaian – pengaruh secara halus maupun yang tidak begitu halus bagi kesepakatan diantara anggota kelompok & kurangnya kemauan untuk mengakui atau mendiskusikan perbedaan pendapat. Konsekuensi dari group-think bisa mencakup: survei yang tidak lengkap terhadap alternatif atau pilihan, gagal menilai resiko sebuah pilihan, enggan untuk menilai ulang alternatif yang telah ditolak secara dini, miskin pencarian informasi, bias dalam proses pemilihan informasi yang tersedia, dan lalai menyukseskan rencana yang berpeluang dilaksanakan.

Konflik dalam Kelompok (1) Konflik berkaitan dengan ketidaksetujuan terhadap: tujuan kelompok, peran atau tanggung

Konflik dalam Kelompok (1) Konflik berkaitan dengan ketidaksetujuan terhadap: tujuan kelompok, peran atau tanggung jawab anggota, pengambilan keputusan, alokasi sumber daya, dinamika kelompok, dan hubungan antara individu tertentu. Tetapi tanpa adanya konflik: menurunnya kualitas, kebhinekaan, pertumbuhan & keunggulan bagi individu, hubungan atau kelompok. Dengan mengerti & memahami konflik maka kita bisa mengidentifikasi asal muasal konflik menentukan potensi konflik untuk membentuk kontribusi yang positif & mengelolanya secara produktif.

Konflik dalam Kelompok (2) Dengan menggunakan pendekatan ketegasan & kesediaan kerjasama untuk memecahkan konflik

Konflik dalam Kelompok (2) Dengan menggunakan pendekatan ketegasan & kesediaan kerjasama untuk memecahkan konflik dalam kelompok, akan menghasilkan 5 (lima) gaya yang berbeda dari penyelesaian/pemecahan konflik: › Gaya kompetitif – tinggi dalam ketegasan, rendah dalam kerjasama. Gaya ini digunakan untuk mengalahkan orang lain. › Gaya akomodatif – rendah dalam ketegasan, tinggi dalam kerjasama. Gaya ini memiliki ciri-ciri yang tidak menuntut dan mendukung. › Gaya menghindar – rendah dalam ketegasan, rendah dalam kerjasama. Gaya ini memiliki ciri-ciri seperti sikap acuh tak acuh.

Konflik dalam Kelompok (3) › Gaya kolaboratif – tinggi dalam ketegasan, tinggi dalam kerjasama.

Konflik dalam Kelompok (3) › Gaya kolaboratif – tinggi dalam ketegasan, tinggi dalam kerjasama. Gaya ini memiliki ciri-ciri aktif dan intergratif dalam pemecahan masalah. › Gaya kompromis – moderat dalam ketegasan, moderat dalam kerjasama. Gaya ini memiliki ciri-ciri “persetujuan bersyarat”.

Kelompok yang Dimediasikan Melalui perkembangan teknologi komunikasi interaksi kelompok berlangsung melalui saluran yang dimediasikan.

Kelompok yang Dimediasikan Melalui perkembangan teknologi komunikasi interaksi kelompok berlangsung melalui saluran yang dimediasikan. Cara diskusi yang dimediasikan sanggup menghubungkan orang-orang secara bersamaan dilokasi yang berbeda-beda menciptakan potensi pemahaman yang sama & meluasnya interaksi antar kelompok-kelompok baru. Contoh: video conference, grup email/whats-app, dll.