HUBUNGAN MK Komunikasi dan Perilaku Manusia Nathaniel Antonio
HUBUNGAN MK Komunikasi dan Perilaku Manusia Nathaniel Antonio Parulian, S. Psi, M. I. Kom
Pengantar (1) Hubungan merupakan suatu hal yang penting untuk kita, yang perlu untuk dikembangkan dipertahankan. Komunikasi adalah unsur dasar kehidupan sosial – menjadi alat untuk memupuk hubungan yang bersifat produktif dan positif. Konsep komunikasi dan konsep hubungan saling terkait dalam beberapa hal yang mendasar. › Pertama – pengembangan kelompok atau unit sosial (hubungan). › Kedua – hubungan antara orang tua, saudara, teman karib & rekan untuk pembelajaran, pertumbuhan dan pengembangan. › Ketiga – dalam satu hubungan terjadi situasi komunikasi dengan tujuan-tujuan tertentu.
Komunikasi Interpersonal & Hubungan (1) Definisi hubungan sikap yang melibatkan persahabatan, keintiman, emosional atau seksual. Definisi hubungan dari perspektif yang lain, merujuk kepada satu unit sosial dengan satu unit lainnya – guru-siswa, orang tua-anak, dokterpasien, dsb. Hubungan terbentuk ketika terjadi proses pengiriman dan penerimaan pesan secara timbal balik. Hubungan juga terbentuk ketika dua atau lebih individu saling mempertimbangkan dan saling menyesuaikan perilaku verbal dan nonverbal mereka satu sama lain.
Komunikasi Interpersonal & Hubungan (2) Dalam setiap keadaan, ketika kita masuk hubungan dengan orang lain, kita memakai teori pribadi dan representasi yang pernah kita peroleh melalui pengalaman. Sejalan berkembangnya hubungan, terdapat aturan kerjasama dan saling mempengaruhi. Aturan-aturan ini akan mengarahkan, membentuk, dan mengatur unit sosial (hubungan keluarga, masyarakat) sejak tahapan awal hingga keberbagai tahapan pengembangan sampai akhir hubungan.
Jenis Hubungan (1) Hubungan diadik dan triadik (1) – hubungan kita didominasi oleh hubungan dua orang (dyad), seperti: pasangan, sahabat atau rekan kerja. William Wilmot – “Dyadic Communication” memiliki sifat yang unik dalam beberapa hal, antara lain: › Hubungan diadik memiliki tujuan tertentu – hubungan guru-siswa, dokter-pasien, karyawan-majikan. › Hubungan diadik melibatkan sisi yang berbeda dari tiap-tiap individu yang terdapat didalamnya – hubungan antara dosen-mahasiswa berbeda dengan hubungan suami-istri. › Pada hubungan diadik terdapat pola bahasa & komunikasi yang unik yang membedakan dengan hubungan lainnya. Seperti “ungkapan khas” antara sahabat karib, teman/rekan kerja.
Jenis Hubungan (2) Hubungan diadik dan triadik (2) – Hubungan antara tiga orang (triad) memiliki perbedaan dengan hubungan diadik, faktor pembedanya terdapat pada aspek keintiman. Terdapat kemungkinan berkembangnya hubungan yang sangat dekat diantara anggota triad atau pada kelompok yang lebih besar. Terdapat potensi adanya aspek keintiman, karena terdapat interaksi terbatas secara eksklusif diantara dua orang saja. Definisi keintiman kedalaman pengungkapan diri (self-disclosure), seperti perilaku saling menceritakan rahasia yang paling pribadi melalui kegiatan bersama. Perbedaan keintiman antara laki-laki dan perempuan, bahwa laki-laki lebih suka melakukan kegiatan bersama & perempuan lebih senang berbicara bersama.
Jenis Hubungan (3) Hubungan diadik dan triadik (3) – dalam hubungan lebih dari dua orang, perbedaan pendapat diselesaikan dengan pemungutan suara. Dalam hubungan diadik, cara pengambilan keputusan yang paling tepat adalah dengan negosiasi & salah satu pihak memiliki kecenderungan untuk merusak hubungan dengan menarik diri. Dalam hubungan triadik atau hubungan dengan unit-unit sosial yang lebih luas, penarikan diri pada satu orang tidak akan menyebabkan berakhirnya suatu hubungan yang lain. Pada akhirnya terdapat hubungan yang lebih dekat satu sama lain, mempunyai kesepakatan yang lebih besar & pembentukan koalisi.
Jenis Hubungan (4) Hubungan sosial dan hubungan berdasarkan tugas (1) – banyak hubungan yang dikembangkan untuk tujuan koordinasi tindakan, penyelesaian tugas, atau pekerjaan yang tidak bisa ditangani sendirian. Hubungan berdasarkan tugas berarti terdapat dua individu yang bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas, seperti: supir-penumpang, pelatih-atlet, ahli terapi-pasien, dsb. Hubungan sosial seperti mendapatkan kenalan baru, meluangkan waktu secara berkala, bercakap-cakap bersama rekan kerja saat jam makan siang dapat menjadi sarana hiburan, keintiman & persahabatan. Hubungan sosial juga dapat menjadi cara untuk menghindari kesepian/isolasi, memperteguh harga diri, memberi & menerima kasih sayang & berbagi pendapat dan pandangan kita dengan orang lain.
Jenis Hubungan (5) Hubungan jangka pendek & hubungan jangka panjang (1) – kebanyakan dari kita umumnya terlibat dalam hubungan jangka panjang dengan keluarga, kerabat, kawan karib, dan teman-teman. Kita juga berperan dalam pembentukan dan pemeliharaan hubungan yang bersifat sementara. Dengan bertukar senyum, bertukar pandangan, lambaian tangan, percakapan dengan pramuniaga toko. Faktor pembeda antara hubungan jangka pendek & hubungan jangka panjang adalah durasi (waktu) hubungan. Semakin lama menjalin suatu hubungan, semakin tumbuh motivasi diri untuk mempertahankannya. Umumnya kita bersedia untuk mempertahankan hubungan yang sudah dibangun tersebut daripada membangun hubungan yang benar-benar baru.
Jenis Hubungan (6) Hubungan jangka pendek & hubungan jangka panjang (2) – hubungan jangka pendek lebih sedikit memiliki konsekuensi & keterlibatan pribadi. Kita kurang terikat dengan identitas tertentu & tidak terlalu dibatasi oleh tindakan masa lalu & penilaian orang lain tentang diri kita. Hubungan selintas & hubungan intim (1) – suatu hubungan dapat dicirikan melalui tingkat “kedalaman” antar individu yang terlibat didalamnya. Hubungan antara kenalan, hubungan antara teman & kolega, dan hubungan antara kawan-kawan karib – adalah urutan “kadar kedekatan” hubungan. Hubungan antara kenalan ditandai dengan pola komunikasi bersifat tidak pribadi atau ritual (basa-basi).
Jenis Hubungan (7) Hubungan selintas & hubungan intim (2) – › Membuka diri (1) – dalam relasi atau hubungan intim individu dapat berbagi pandangan pribadi mereka seputar kehidupan, kematian, penyakit. › Menunjukkan adanya pengungkapan diri, pengungkapan orang lain & pengungkapan topik. › Dengan demikian membuka lebih banyak informasi mengenai pendapat atau keyakinannya. › Tidak melakukan percakapan pada tingkat permukaannya saja. › Tidak membahas isi percakapan yang sama dengan orang lain. › Beberapa fakta penelitian mengenai pengungkapan diri (self-disclosure):
Jenis Hubungan (8) Hubungan selintas & hubungan intim (3) – › Membuka diri (2): Keterbukaan meningkat setelah keintiman meningkat. Keterbukaan meningkat apabila seorang individu dihargai. Keterbukaan meningkat sejalan dengan kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian dalam suatu hubungan. Keterbukaan cenderung bersifat timbal balik. Perempuan lebih terbuka kepada individu yang mereka sukai. Pria mengungkapkan lebih kepada individu yang mereka percayai. Keterbukaan diatur oleh ketentuan yang cocok. Daya tarik berhubungan dengan pengungkapan hal-hal yang positif, tidak untuk pengungkapan negatif.
Jenis Hubungan (9) Hubungan selintas & hubungan intim (4) – › Membuka diri (3): Pengungkapan negatif terjadi dan muncul dengan frekuensi yang lebih besar pada tingkat keintiman tinggi dibandingkan pada tingkat keintiman yang rendah. Kepuasan hubungan tertinggi muncul pada tingkat pengungkapan yang moderat, dibandingkan pada tingkat pengungkapan sangat tinggi maupun sangat rendah. › Hubungan intim memerlukan investasi waktu dan usaha yang besar & tidak bisa didapatkan dengan cara yang lain. › Hubungan intim mendorong kejujuran dan keterbukaan pada tingkat yang lebih tinggi dari hubungan lain
Jenis Hubungan (10) Hubungan selintas & hubungan intim (5) – › Membuka diri (4): James Lynch, mendapatkan temuan melalui sebuah penelitian ketiadaan hubungan intim dapat memiliki konsekuesi medis yang bersifat negatif. › Kehilangan orang yang dicintai merupakan faktor signifikan pada kontribusi kematian usia dini. › Hubungan intim juga bisa dibangun antara manusia dengan hewan peliharaan seperti Anjing – berperan sebagai sahabat & memiliki karakteristik layaknya manusia: penuh perhatian, menarik, bisa dipercaya, setia dan toleran memberikan rasa aman, nyaman dan terteram bagi manusia.
Jenis Hubungan (11) Kencan, cinta dan hubungan perkawinan (1) – kencan, cinta dan perkawinan diawali dengan kontak biasa sampai peningkatan keintiman. Michael Beatty pada awal hubungan cinta, pasangan sering mengabaikan atau menghindari diskusi akan potensi masalah dan konflik. Ia berpendapat bahwa, berbicara tentang masalah & mengekspresikan kemarahan akan merusak hubungan.
Jenis Hubungan (12) Kencan, cinta dan hubungan perkawinan (2) – Thomas Edwin berbicara adalah satu kegiatan bersama yang utama dari pasangan perkawinan. Sebagian besar pasangan menghabiskan waktunya untuk berbicara satu sama lain. Dalam interaksi ini tercermin kesulitan dan kekuatan dalam pernikahan, tahap kepuasan dan perselisihan. Pasangan yang lemah dalam keterusterangan dan keterbukaan ketika berurusan satu sama lain, cenderung memutuskan bahwa berpisah (breaking up) adalah satu-satunya jalan keluar terbaik.
Jenis Hubungan (13) Kencan, cinta dan hubungan perkawinan (3) – pasangan yang mampu berkomunikasi satu sama lain tentang hubungan mereka – dapat memuaskan & lebih efektif. Melalui percakapan para pasangan: › Mampu mengatasi atau menangani masalah potensial pada tahap awal hubungan. › Mempunyai bekal pengetahuan bagaimana persepsi & perasaan masing-masing tentang hubungan, pengembangannya & kontribusinya bagi hubungan. › Memiliki kesempatan untuk bekerjasama untuk menghadapi tantangan dan memecahkan masalah. › Mampu memonitor hubungan – melalui proses itu akan membangun keintiman & persahabatan diantara keduanya.
Jenis Hubungan (14) Hubungan keluarga (1) – citra tentang keluarga, didasarkan, dibentuk & dipelihara melalui komunikasi – anggota keluarga dan hubungan keluarga secara simultan saling mempengaruhi. Definisi keluarga terbagi menjadi tiga perspektif: › Definisi struktural – didasarkan pada atau tidak adanya anggota keluarga tertentu (misalnya orang tua & anak-anak) dan pembedaan antara keluarga asal dan keluarga besar. › Definisi tugas psikososial – didasarkan pada menyelesaikan tugas-tugas tertentu secara bersama-sama (misalnya mempertahankan rumah tangga, mendidik anak, dukungan emosional & finansial, dsb). › Definisi transaksional – apakah kelompok intim, melalui perilakunya menghasilkan identitas keluarga dengan ikatan emosional, pengalaman & masa depan.
Jenis Hubungan (15) Hubungan keluarga (2) – Ascan Koerner dan Mary Ann Fitzpatrick ada beberapa keluarga memperlihatkan dua orientasi lain: › Orientasi percakapan – keluarga yang mendorong untuk menyuarakan pendapat mereka tentang berbagai topik – terbangun suasana yang menyenangkan dan bermanfaat. › Orientasi konformitas – keluarga yang menanamkan keseragaman nilai, sikap & keyakinan – terdapat pada struktur keluarga yang memiliki pemahaman tradisional. Kedua orientasi tersebut diatas menghasilkan 4 (empat) jenis keluarga yang berbeda: › Keluarga konsensual – keluarga yang memiliki orientasi tinggi kepada percakapan dan konformitas. Ciri-ciri keluarga konsensual: mementingkan keterbukaan & ide-ide baru, serta keinginan untuk melestarikan hierarki yang ada dalam keluarga.
Jenis Hubungan (16) Hubungan keluarga (3) – › Keluarga pluralistik – keluarga yang punya orientasi tinggi kepada percakapan, namun orientasi terhadap konformitasnya rendah. Ciri-ciri keluarga pluralistik: keterlibatan dalam keterbukaan, dan diskusi tidak terbatas diantara semua anggota keluarga tentang berbagai topik. › Keluarga protektif – keluarga yang tingkat orientasi kepada percakapannya rendah, namun konformitasnya tinggi. Ciri-ciri keluarga protektif: menekankan kewenangan orang tua disertai keyakinan mereka untuk menentukan segala jenis keputusan bagi anak-anak mereka. › Keluarga bebas (laisess-faire)- keluarga dengan orientasi percakapan & konformitas yang rendah. Ciri-ciri keluarga bebas: interaksi antara anggota keluarga yang sedikit, tidak terdapat ketertarikan terhadap keputusan dan minat anak-anak mereka.
Jenis Hubungan (17) Hubungan keluarga (4) – Barbara J. Wilson kehidupan keluarga diatur oleh media massa, khususnya televisi. Media massa dianggap memiliki potensi untuk meningkatkan interaksi keluarga dan memupuk kebersamaan keluarga akan menyusun kegiatan mereka disekitar media. Disisi yang lain media massa dapat menciptakan konflik keluarga, seperti dalam menentukan saluran TV yang akan disaksikan. Komunikasi dalam keluarga juga dipengaruhi faktor budaya, suku dan ras – dengan semakin banyak tercampurnya adat kebiasaan antar anggota keluarga, maka akan menciptakan ragam pola-pola komunikasi dalam keluarga.
Pengembangan Hubungan (1) Tahap Pertama: Inisiasi (1) – tahap awal dalam pembentukan hubungan selalu melibatkan inisiasi sosial atau pertemuan. Pada tahap ini, dua atau beberapa orang memperhatikan dan menyesuaikan perilaku satu sama lain. Pesan-pesan awal yang dipakai seorang individu untuk penyesuaian dalam bentuk komunikasi non-verbal – senyum, pandangan sekilas, jabat tangan, gerakan atau penampilan. Jika hubungan berlanjut, akan muncul proses pesan timbal balik secara progresif. Selama tahap awal hubungan, individu umumnya melaksanakan teori pribadi, representasi, dan kebiasaan komunikasi yang dibawa dari pengalaman sebelumnya.
Pengembangan Hubungan (2) Tahap Pertama: Inisiasi (2) – sejalannya berkembangnya komunikasi interpersonal, masing-masing mulai mendapatkan beberapa pengetahuan lain: cara-cara penginderaan, memaknai, beraksi & bereaksi. Secara bertahap melalui penggabungan & mulai muncul aturan bersama bagi hubungan khusus mereka. Sebagian besar manusia ingin dipersepsi oleh orang lain sebagai manusia yang berguna, akibatnya kita mencoba untuk bertindak dengan cara yang kita percaya akan dilihat baik oleh orang lain. Beberapa orang melakukan cara yang sama yang bisa menjalin hubungan baik & mencari orang-orang dengan tipe yang sama untuk diajak bertemu - “dia adalah tipe saya”, dsb.
Pengembangan Hubungan (3) Tahap Kedua: Eksplorasi (1) – tahap kedua pengembangan hubungan dimulai dengan mengeksplorasi potensi orang lain untuk mewujudkan hubungan. Pada tahap ini, kita mengumpulkan informasi tentang gaya, motif, minat, dan nilai dari orang lain – pengetahuan ini berfungsi sebagai dasar untuk penilaian melanjutkan hubungan. Hubungan dimulai untuk mengetahui informasi satu sama lain dengan “pembicaraan kecil” dengan arti yang “tidak kecil”. Kita umumnya akan menggali informasi lawan bicara dengan informasi yang lebih mendalam – namun, kita perlu berhati-hati, dengan topik pembicaraan yang dibahas. Tetapi, tahap eksplorasi adalah tahap hubungan yang menyenangkan – kita dapat mengenal pribadinya melalui topik tertentu yang ia katakan.
Pengembangan Hubungan (4) Tahap Ketiga: Intensifikasi (1) – tahap ketiga dalam hubungan, yang oleh Mark Knapp & Anita Vangelisti diberi istilah: intensifying stage. Pada tahap ini, individu akan menemukan satu keputusan melalui titik puncak hubungan – terus berkembang, memburuk bahkan gagal. Pada tahap ini individu sudah mendapatkan cukup banyak pengetahuan satu sama lain, dan membuat sejumlah aturan dan bahasa bersama. Masing-masing individu cenderung untuk berbagi rahasia lebih dalam yang digunakan sebagai dasar percakapan. Melalui fase hubungan ini, terjadi perilaku secara non-verbal melalui cara yang lebih intim, seperti sentuhan dengan intensitas yang lebih banyak/sering.
Pengembangan Hubungan (5) Tahap Keempat: Formalisasi (1) – hubungan berupa pengakuan sah yang mengingat individu – seperti ikatan pertunangan/pernikahan, hubungan karyawan-majikan, mitra bisnis melalui perjanjian hukum. Pada tahap ini, masing-masing pihak berpartisipasi dalam membangun aturan hubungan & pola percakapan yang disepakati. Hubungan antar individu akan memiliki ciri khasnya sendiri & membedakan pola hubungan individu dengan orang lain. Pada fase ini, proses awalnya sangat menggairahkan, namun terjadi pola komunikasi yang berulang – baik positif, maupun negatif. Pasangan 1 – akan menikmati sapaan dengan cara yang sama setiap hari, ketika memulai hari. Pasangan 2 – yang sedang berada dalam pertengkaran, akan mengulangi sapaa yang sama “kenapa kamu selalu terlambat? ” dst.
Pengembangan Hubungan (6) Tahap Kelima: Redifinisi (1) – setiap individu mengalami pertumbuhan & perkembangan, termasuk menciptakan tekanan yang ada dalam suatu hubungan. Akibatnya, sering munculnya kebutuhan untuk mendefinisi ulang beberapa aturan bersama dalam hubungan. Contoh situasi – pasangan yang selalu datang terlambat dalam setiap pertemuan, akan memecahkan masalahnya dengan membuat satu kesepakatan untuk bertemu disebuah lokasi. Contoh situasi lain – seorang majikan dengan seorang pekerja yang selalu datang terlambat, akan memberikan teguran resmi & memberikan peringatan jika tidak ada perubahan perilaku, maka ia berada dalam situasi membahayakan.
Pengembangan Hubungan (7) Tahap Keenam: Deteriorisasi (1) – proses kerusakan hubungan bisa terjadi tanpa disadari – memiliki keputusan untuk “menempuh jalan masing-masing” baik fisik maupun simbolik. Ciri-ciri kerusakan hubungan pada tahap ini, antara lain: aturan, kata-kata, gerak atau isyarat yang dulu digunakan bersama kini surut ditandai dengan penarikan diri. Apabila dalam satu hubungan terdapat ciri-ciri tersebut peluang berakhirnya suatu hubungan, akan lebih besar. Masing-masing individu kurang menanggapi perilaku aksi-reaksi satu terhadap yang lain. Akibatnya pemutusan perjanjian untuk mengakhiri hubungan.
Pengembangan Hubungan (8) Tahap Keenam: Deteriorisasi (2) – Steve Duck mengindentifikasi empat fase dalam proses pemutusan hubungan: › Fase “Self-Talk” (bercakap dengan diri sendiri): Fokus pada perilaku pasangan lain Mengevaluasi sumbangan & kecukupan kita sendiri dalam hubungan. Menonjolkan hal-hal negatif dari hubungan Menimbang penarikan diri. Mengidentifikasi aspek positif dari hubungan alternatif. › Fase Komunikasi Interpersonal: Memutuskan untuk menghadapi masalahnya secara terbuka. Berhadapan Negosiasi dan diskusi. Menjajaki kemungkinan perbaikan & rekonsiliasi. Menaksir biaya penarikan diri atau pengurangan keintiman. Pemisahan.
Pengembangan Hubungan (9) Tahap Keenam: Deteriorisasi (3) – › Fase Komunikasi Kelompok dan Komunikasi Sosial: Sepakat dengan pasangan seperti bagaimana cara berhubungan satu sama lain setelah putusnya hubungan. Memulai diskusi dalam kelompok sosial. Membangun dan menyebar cerita yang menyelamatkan diri sendiri & cenderung menyalahkan pasangan serta berhitung tentang apa yang telah terjadi. Mempertimbangkan dan berurusan dengan efek terhadap kelompok sosial kita yang lain. › Fase Membangun Opini dan Komunikasi Publik: “Pemulihan” Memutar ulang, menganalisis, dan moralisasi. Mendistribusikan cerita versi kita sendiri tentang perpisahan kepada publik.
Pola Hubungan (1) Pola hubungan adalah hasil sari aturan bersama yang telah dikembangkan diantara individu yang terlibat didalamnya. Iklim Suportif dan Defensif (1) – orientasi individu dalam hubungan dan pola mereka berkomunikasi satu sama lain, akan menciptakan iklim komunikasi. Iklim dan perilaku individu terdiri dari 2 (dua) jenis: suportif (medukung) atau defensif (pembelaan/bertahan). Ada sejumlah perilaku komunikasi yang cenderung untuk menciptakan iklim defensif dalam hubungan: › Mengevaluasi – menilai perilaku yang lain. › Mengendalikan – mengendalikan & mengatur perilaku orang lain. › Mengembangkan strategi – merancang teknik, agenda tersembunyi, dan membuat gerakan-gerakan untuk digunakan dalam hubungan. › Tetap netral – menyendiri dan terpisah jauh dari ikatan perasaan dan keprihatinan orang lain.
Pola Hubungan (2) Iklim Suportif dan Defensif (2) – › Menunjukkan keunggulan – memperlihatkan dan mengekspresikan diri sebagai yang lebih berharga daripada yang lain. › Menyampaikan kepastian – menganggap dan bertindak seolah-olah paling yakin dalam pengetahuan & persepsi. Perilaku berikut dianggap sebagai kontribusi terhadap iklim yang mendukung: › Menggambarkan – memilih menggambarkan, daripada menilai atau mengevaluasi perilaku orang lain. › Berorientasi pada satu masalah – fokus pada masalah khusus untuk dipecahkan. › Bersikap spontan – berurusan dengan situasi yang berkembang tanpa agenda tersembunyi. › Berempati - mengerti berbagai hal dari sudut pandang orang lain.
Pola Hubungan (3) Iklim Suportif dan Defensif (3) – › Penegasan kesetaraan – melihat diri dan menyajikan diri sebagai sama dengan orang lain. › Menyampaikan profesionalisme – mempertahankan tingkat ketidakpastian dan perkiraan dalam pikiran dan keyakinan kita. Ketergantungan dan ketidaktergantungan (1) – hubungan ketergantungan muncul dalam suatu hubungan untuk mendapatkan dukungan, uang, pekerjaan, atau pengarahan. Seorang individu memiliki kebutuhan dan tujuan khusus yang harus dipenuhi – anak -orang tua. Hubungan ketergantungan memiliki dampak & akibat terhadap individu dalam aspek politik, jenis kelamin, dan agama atau ketika individu mencoba untuk memutuskan tempat makan atau tempat tinggal. Individu yang tergantung akan ikut pada pendapat orang lain, yakni kepada siapa ia bergantung.
Pola Hubungan (4) Ketergantungan dan ketidaktergantungan (2) – selain ketergantungan , terdapat pola hubungan yang lain: counter-dependent atau ketidak-ketergantungan. Ciri-ciri individu yang tidak tergantung pada orang lain, yakni: tidak setuju. Artinya, apapun yang disarankan oleh lawan bicara, kita tidak menyetujuinya & akan menolaknya. Pada situasi yang lain, kita akan mengikuti saran dari lawan bicara kita – untuk menghindari konflik. Jadi, ketergantungan & ketidaktergantungan mengarahkan, membentuk, membayangi isi percakapan dalam suatu hubungan.
Pola Hubungan (5) Spiral Kemajuan dan Spiral Kemunduran (1) – spiral kemajuan (progressive spiral) adalah aksi-reaksi dalam sebuah hubungan secara konsisten mengalami kemajuan pada tahap keselarasan dan kepuasan. Pada spiral kemajuan, proses timbal balik pengolahan pesan dari tiap-tiap individu mengantarkan pengalaman masing-masing kearah yang positif. Bentuk proses timbal balik, dibangun oleh dirinya sendiri & menjadi sumber tumbuhnya kesenangan dan penghargaan bagi masing-masing individu. Sementara itu, spiral kemunduran (regressive spiral) sebagai proses berkurangnya kepuasan dan keselarasan, terjadinya ketidaknyamanan, berjarak, bahkan frustrasi. Baik spiral kemajuan atau spiral kemunduran, didorong oleh momentum yang mereka ciptakan sendiri.
Pola Hubungan (6) Spiral Kemajuan dan Spiral Kemunduran (2) – dalam perjalanan waktu, spiral sebagai ciri suatu hubungan dapat berubah fungsi antara progresif & regresif. Maka, agar sebuah hubungan dapat mempertahankan kekuatan, momentum dan keberlanjutan, fase-fase progresif harus lebih besar atau hidup lebih lama daripada dari periode progresif.
Faktor yang Mempengaruhi Pola Hubungan (1) Tahap dan Konteks Hubungan (1) – pola komunikasi dalam suatu hubungan sangat bervariasi dari satu tahap ke tahap lainnya. Individu yang bertemu pertama kali memiliki pola interaksi secara berbeda dengan orang yang telah hidup bersama selama beberapa tahun. Pola percakapan interpersonal, tergantung pada konteks dimana percakapan itu berlangsung individu akan cenderung untuk bertindak dan bereaksi secara berbeda saat berada di kedai makanan, bercakap-cakap di restoran premium, atau saat rapat bisnis dengan pimpinan.
Faktor yang Mempengaruhi Pola Hubungan (2) Kebutuhan Interpersonal dan Gaya (1) – kebutuhan interpersonal dan gaya individu memberikan pengaruh kepada komunikasi dalam hubungan. William Schutz berpendapat bahwa individu memiliki keinginan sangat mendasar terhadap jenis hubungan sosial - untuk memberi dan memberi kasih sayang, ikut serta dalam kegiatan orang lain & orang lain ikut serta dalam kegiatan kita, mengendalikan atau dikendalikan oleh orang lain. Contoh situasi – seseorang akan merasa nyaman dalam posisi kepemimpinan yang dominan, dan seseorang yang lain akan amat ikhlas untuk mengikuti. Pada sisi yang lain, dua orang yang bekerja atau hidup dengan status sosial sama tinggi/sama rendah, memiliki potensi konflik didalam hubungan. Gaya interpersonal juga memiliki pengaruh dalam membentuk pola komunikasi dalam suatu hubungan.
Faktor yang Mempengaruhi Pola Hubungan (3) Gaya eksternalisasi bagi mereka yang memiliki sifat ceria/periang mampu mengelola pemikiran dan memiliki kepribadian yang pasif, akan perasaannya secara terus terang dan mudah dikendalikan oleh pihak lain untuk tegas. memenuhi keinginannya. Jika mereka menginginkan sesuatu, Jika merasa marah, mereka biarkan orang lain tahu. Jika merasa mendapat keuntungan mereka juga akan mengatakannya. Menunjukkan penampilan menerima, ingin selalu bersesuaian. Jika mereka marah, jarak tampak dari apa yang ia katakan. Jika mereka tidak ingin mengikuti permintaan, mereka hampir tidak Cenderung menyerap pesan-pesan verbal & non-verbal orang lain. mereka akan memintanya. Gaya Internalisasi bagi individu yang Jika mereka tidak setuju, mereka jarang mengatakannya. Jika mereka merasa dimanfaatkan, mereka punya beban untuk mengatakan membiarkan situasinya berlanjut, “tidak”. dibandingkan menentangnya secara terbuka.
Faktor yang Mempengaruhi Pola Hubungan (4) Kekuasaan (1) – seorang individu dipekerjakan oleh orang lain, dengan hubungan asimetrik (tidak setara), dalam hal kekuasaan aktual yang dimiliki kedua belah pihak dalam situasi pekerjaan. Terjadi ketidak-seimbangan pengendalian terhadap sumber daya dan pengambilan keputusan – hubungan majikan-karyawan, dosen-mahasiswa, dsb. Kekuasaan terjadi apabila, seseorang dari hubungan memiliki kendali atas sisi-sisi tertentu dari kehidupan individu lainnya. Sementara itu, hubungan antar-kawan sebaya, atau sejawat terdapat hubungan simetrik (setara).
Faktor yang Mempengaruhi Pola Hubungan (5) Konflik (1) – definisi konflik terdapat ketidakcocokan kepentingan antara dua orang atau lebih sehingga terjadi perebutan diantaranya dampak dalam dinamika komunikasi. Alan Sillars berpendapat bahwa ketika seseorang terlibat dalam situasi konflik, maka ia cenderung mengembangkan teori pribadi untuk menjelaskan situasi. Teori pribadi ini pada gilirannya memiliki pengaruh besar, tentang bagaimana individu saling berhubungan satu sama lain. Sillars menemukan bahwa ada 3 (tiga) strategi komunikasi umum yang digunakan dalam resolusi konflik: › Pasif-metode tidak langsung – menghindari orang-orang dan situasi yang menghasilkan konflik. › Metode distributive – memaksimalkan keuntungan seseorang, dan kerugian orang lain. › Metode integratif – bersama-sama meraih hasil positif, baik untuk setiap individu maupun untuk hubungan.
Faktor yang Mempengaruhi Pola Hubungan (6) Manajemen Konflik (1) – › Manajemen konflik yang tidak produktif , terdiri dari penghindaran, non- negosiasi, redefinisi, pemaksaan, minimasi, menyalahkan, peredam, karung goni, manipulasi, dan penolakan pribadi. Penghindaran dapat berupa emosional atau intelektual. Disini seseorang menginggalkan konflik secara psikologis dengan tidak menanggapi argumen, atau masalah yang dikemukakan. Non-negosiasi dilakukan dalam bentuk memaksakan pendapatnya sampai pihak lain menyerah. Redefinisi sumber yang dituduh sebagai penyebab konflik, diredifinisi, sehingga seakan-akan tidak ada konflik sama sekali. Pemaksaan seseorang yang berusaha memaksakan keputusan atau cara berpikir mereka dengan menggunakan kekuatan fisik. Pihak yang “menang” adalah pihak yang paling banyak menggunakan kekuatan.
Faktor yang Mempengaruhi Pola Hubungan (7) Manajemen Konflik (2) – › Manajemen konflik yang tidak produktif : Minimasi mengatasi konflik dengan menganggapnya remeh, penyebab dan akibatnya bukan hal yang penting. Menyalahkan individu menerapkan strategi bertengkar dengan “menyalahkan” orang lain. Peredam contoh sikap: menangis, menjerit atau berteriak dengan tidak terkendali, sesak napas, dsb. Hal-hal itu menjadi suatu kesulitan bagi orang lain, apakah strategi memenangkan pertengkaran atau benar-benar reaksi sesungguhnya. Karung goni teknik dengan menggunakan tindakan menimbun kekecewaan & kemudian menumpahkannya kepada lawan saat terjadi pertengkaran.
Faktor yang Mempengaruhi Pola Hubungan (8) Manajemen Konflik (3) – › Manajemen konflik yang tidak produktif : Manipulasi salah satu pihak berusaha mengalihkan konflik dengan bersikap menghilangkan kecurigaan dengan berusaha mempengaruhi tujuannya agar pihak lain membentuk kerangka berpikir yang reseptif dan damai sebelum menyatakan ketidak setujuan. Penolakan pribadi bersikap dingin & acuh tak acuh, berusaha menjatuhkan moral pihak lain dengan cara tidak memberi perhatian & berharap membuat pihak lain bertanya-tanya mengenai kehadiran dirinya.
Faktor yang Mempengaruhi Pola Hubungan (9) Manajemen Konflik (4) – › Manajemen konflik yang produktif , terdiri dari berkelahi secara sportif, bertengkar secara aktif, bertanggung jawab atas pikiran & perasaan kita sendiri, langsung & spesifik dan gunakan humor untuk meredakan ketegangan. Berkelahi secara sportif kita hendaknya mengetahui “garis batas” khususnya untuk hubungan yang sudah berlangsung lama untuk menghindari semakin parah kemarahan & permusuhan. Bertengkar secara aktif jangan meninggalkan rumah selama pertengkaran, melainkan harus dihadapi secara aktif oleh kedua belah pihak. Bertanggung jawab bertanggung jawab atas perasaan & katakanlah secara tegas.
Faktor yang Mempengaruhi Pola Hubungan (10) Manajemen Konflik (5) – › Manajemen konflik yang produktif : Langsung & spesifik pusatkan konflik yang terjadi saat ini, tidak mengungkit masalah yang terjadi sebelumnya, & pusatkan kepada orang yang menjadi lawan pertengkaran (tidak melibatkan orang tua, anak, atasan, dsb). Gunakan humor gunakan humor yang bersifat untuk meredakan ketegangan, bukan humor yang bersifat sarkastik atau menyindir. Hal ini dapat memperparah dan memperkuat konflik.
Implikasi dan Aplikasi (1) Menjadi kompeten dalam komunikasi interpersonal memerlukan pemahaman dan penerapan komunikasi dan hubungan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari. Menggunakan pengetahuan kita demi kepuasan interpersonal dan efektivitas dari sudut pandang kita sendiri maupun dari sudut pandang lawan bicara kita. Kesadaran diri dalam hubungan dapat memberikan kontribusi terhadap kompetensi interpersonal. Empati & menghormati pendapat, pengetahuan, dan perspektif orang lain umumnya meningkatkan kualitas hubungan dan interaksi komunikasi. Mendengarkan, mengamati, dan menafsirkan adalah penting untuk kemampuan komunikasi dalam hubungan. Salah satu manfaat mempelajari komunikasi adalah berguna untuk menganalisis hubungan kita dan membantu orang lain memahami komunikasi mereka sendiri dalam hubungan.
- Slides: 47