BUDAYA MASYARAKAT MK Komunikasi dan Perilaku Manusia Nathaniel
BUDAYA & MASYARAKAT MK “Komunikasi dan Perilaku Manusia” Nathaniel Antonio Parulian, S. Psi, M. I. Kom
Hakikat Kebudayaan (1) Definisi “budaya” secara umum sebagai persamaan kata bagi negeri atau bangsa. Istilah kebudayaan juga digunakan untuk merujuk kepada: kualitas atau atribut yang diinginkan. Contoh: seseorang yang menggunakan “bahasa jalanan”, kebiasaan makan sembarangan, tidak mengerti adat dan seni sebagai seseorang yang “tidak berbudaya” Pengertian “budaya” tidak menunjuk kepada: › Sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki oleh seseorang. › Bukan sesuatu yang terpikir sebagai hal positif atau negatif. › Bukan sesuatu apapun di antara objek yang dapat disentuh, dapat diperiksa secara fisik, atau diletakan didalam sebuah map.
Hakikat Kebudayaan (2) Definisi “Budaya” sebagai sesuatu gagasan atau konsep “Budaya merupakan: keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat & kemampuan lain serta kebiasaan yang dipelajari & diperoleh dari anggota dari sebuah masyarakat” (E. B Taylor, 1871). Definisi “Budaya” dari sudut pandang komunikasi “Kombinasi yang kompleks dari: simbol-simbol umum, pengetahuan, cerita rakyat, adat, bahasa, pola pengolahan informasi, ritual, kebiasaan & pola perilaku yang berkaitan dengan pemberian identitas bersama kepada sebuah kelompok orang tertentu, pada satu titik waktu tertentu.
Hub. antara Komunikasi dan Budaya (1) Semua sistem sosial (hubungan, keluarga, kelompok, organisasi dan masyarakat): berkembang dan memelihara budaya & melakukannya melalui komunikasi. Budaya hubungan: › Muncul secara alami dari waktu kewaktu yang memiliki makna yang unik bagi individu-individu yang terlibat dalam hubungan. › Setiap simbol yang diciptakan memiliki makna dan arti penting, disebabkan oleh: sejarah komunikasi di antara mereka. Budaya kelompok/organisasi: › Terdapat kata-kata khusus atau frasa-frasa tertentu, pendekatan kepemimpinan, norma perilaku, atau kesepakatan berpakaian. › Hal tersebut sebagai hasil dari: komunikasi dan adaptasi mutualistik di antara para anggota.
Hub. antara Komunikasi dan Budaya (2) Budaya masyarakat: › Simbol-simbol dari sebuah masyarakat berupa simbol budaya yang paling mungkin dapat kita lihat. › Contoh: bahasa lisan & tertulis, tempat, orang, gagasan, dokumen, lagu, peristiwa bersejarah, monumen, figur pahlawan, gaya arsitek, dongeng/cerita rakyat. › Bendera kebangsaan mengindikasikan penandaan wilayah, mewakili lokasi geografis, simbol ideologi & agama, simbol kebersamaan dan kesatuan penduduk. › Pola komunikasi verbal dan non-verbal yang sama, orientasi keagamaan, politik, gender, perkawanan, pola asuh, suku & sisi kehidupan sosial lainnya juga menjadi bagian dari budaya di setiap masyarakat.
Hub. antara Komunikasi dan Budaya (3) Budaya yang terdapat pada hubungan, kelompok, organisasi atau masyarakat melayani fungsi yang sama terkait komunikasi: › Menghubungkan individu satu sama lain. › Menciptakan konteks untuk interaksi dan negosiasi antar anggota. › Memberikan dasar bagi identitas bersama. Ketiga aspek diatas memperlihatkan posisi komunikasi dan budaya. › Budaya adalah “hasil tambahan” dari kegiatan komunikasi yang berlangsung dalam hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat. › Kita tidak akan dapat mengembangkan sebuah budaya bersama tanpa adanya kapasitas bahasa simbolis manusia. › Tanpa komunikasi & teknologi, menjadi tidak mungkin untuk menyampaikan unsur-unsur budaya dari satu tempat ke tempat lain atau satu generasi ke generasi berikutnya.
Hub. antara Komunikasi dan Budaya (4) Perilaku komunikasi perseorangan kita berkembang saat kita beradaptasi kepada tuntutan budaya. Komunikasi dan budaya saling mempengaruhi secara resiprokal (timbal balik) membentuk pola-pola komunikasi kita.
Karakteristik Budaya (1) Karakteristik umum sebuah budaya di rumuskan menjadi beberapa bagian: › Budaya itu kompleks dan ber-segi banyak. › Budaya sebagai sesuatu yang tidak terlihat. › Budaya bersifat subjektif. › Budaya mengalami banyak perubahan sepanjang waktu.
Budaya itu Kompleks dan Bersegi Banyak (1) Kompleksitas budaya memiliki potensi masalah paling banyak dalam kehidupan bermasyarakat. Potensi masalah dalam bentuk: perbedaan bahasa! Perbedaan bahasa dalam setiap kebudayaan sering melibatkan: kebiasaan sosial, kehidupan keluarga, pakaian, kebiasaan makan, struktur kelas, orientasi politik, agama, adat istiadat, filosofi ekonomi, kepercayaan dan sistem nilai. Unsur-unsur budaya tidak terisolasi, tetapi saling mempengaruhi dengan cara -cara yang halus.
Budaya itu Kompleks dan Bersegi Banyak (2) Nilai dari budaya suatu masyarakat mempunyai dampak kepada ekonomi, serta sekaligus mempengaruhi & di pengaruhi oleh: kebiasaan masyarakat, agama dan kehidupan keluarga, adat, teknologi yang tersedia, dan kondisi sosial. Terdapat pola yang sama pada kompleksitasa dan asosiasi kebudayaan, jika di telaah dari komunikasi verbal & non-verbal, antara lain: bentuk salam, gerak isyarat, tema & bentuk percakapan, baju, kebiasaan bahasa, praktik berpacaran, kontak mata, penggunaan ruang & orientasi waktu, peran gender, orientasi individu kepada seseorang yang lebih tua, sikap kerja. Kesemuanya itu disebut: ragam dimensi budaya.
Budaya itu Kompleks dan Bersegi Banyak (3) Meski setiap budaya itu unik dalam beberapa hal, tiap kebudayaan memiliki pola umum dalam kesamaan & perbedaannya. Dalam hal orientasi terhadap praktik komunikasi, budaya dapat di jelaskan dalam tiga bentuk orientasi: › Budaya konteks tinggi dan konteks rendah. › Orientasi individu dan orientasi kolektif. › Perspektif waktu monokronik dan polikronik.
Budaya itu Kompleks dan Bersegi Banyak (4) Budaya konteks tinggi dan konteks rendah (1) – Edward Hall, mendefinisikan “konteks” sebagai: informasi yang mengelilingi peristiwa, dan menyatu dengan makna peristiwa. Ia berpendapat: budaya dunia & praktik komunikasi individu merentang dari: konteks tinggi ke konteks rendah. Ciri-ciri kebudayaan dengan masyarakat yang memiliki “konteks tinggi” antara lain: › Adanya tumpang tindih yang luas antara hubungan pribadi, hubungan sosial, dan hubungan pekerjaan. › Banyak kegiatan komunikasi sehari-hari yang tidak membutuhkan banyak latar belakang informasi. › Tiap orang bekerjasama & menghabiskan banyak waktu saling mengetahui aspek kehidupan satu sama lain.
Budaya itu Kompleks dan Bersegi Banyak (5) Budaya konteks tinggi dan konteks rendah (2) – › Banyak hal dari percakapan sudah bisa dipercaya begitu saja, berdasarkan: kekayaan informasi & sejarah komunikasi hubungan satu sama lain termasuk isyarat-isyarat non-verbal. › Negara penganut budaya “konteks tinggi” Jepang, Arab dan Mediterania. Ciri-ciri kebudayaan dengan masyarakat yang memiliki “konteks rendah” cenderung: bertanya secara langsung tentang pengalaman, sikap dan keyakinan orang lain. › Negara penganut budaya “konteks rendah” Amerika Utara, Jerman, Swiss, Skandinavia dan negara-negara Eropa Utara.
Budaya itu Kompleks dan Bersegi Banyak (6) Orientasi Individu dan Orientasi Kolektif (1) – perbedaannya adalah pada “bentuk perhatian dan kesejahteraan”. Ciri-ciri budaya yang memiliki “Orientasi Individu”: › Menekankan kepentingan hasrat perseorangan. › Kepentingan individu adalah yang paling utama. › Adanya kompetisi dan mampu bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri. › Indikator kesuksesannya “maju menaiki tangga sosial” Ciri-ciri budaya yang memiliki “Orientasi Kolektif”: › Tujuan kelompok adalah yang paling tinggi. › Bertanggung-jawab kepada & untuk keseluruhan kelompok. › Taat kepada nilai-nilai dan aturan-aturan kelompok.
Budaya itu Kompleks dan Bersegi Banyak (7) Waktu monokronik dan Polikronik (1) – “Waktu monokronik” orientasi individu yang memberi perhatian dan melakukan satu hal dalam satu waktu. Ciri-ciri budaya yang menganut “Waktu monokronik”: › Waktu dianggap sebagai suatu komoditas. › Waktu dianggap sebagai suatu yang: harus dihitung, diatur, dialokasikan & dibelanjakan. › Terbagi menjadi penggalan-penggalan kegiatan, jadwal atau agenda yang amat sangat penting, layaknya uang. › Pengelolaan waktu terhadap kegiatan pribadi & pekerjaan. › Negara penganut “Waktu monokronik” AS, Swiss, Jerman & negara- negara Skandinavia.
Budaya itu Kompleks dan Bersegi Banyak (8) Waktu Monokronik dan Polikronik (1) – “Waktu polikronik” merujuk kepada individu yang memberi perhatian dan melakukan banyak hal dalam satu waktu. Ciri-ciri budaya yang menganut “Waktu polikronik”: › Lebih banyak menggunakan waktu “Pendekatan” yang “Mengalir” › “Penundaan” waktu bukan menjadi suatu masalah. › Negara penganut “Waktu polikronik” negara-negara Timur Tengah.
Budaya itu Tidak Terlihat (1) Budaya kita ada dan telah ada tiap orang dilingkungan kita, mampu mengingatnya, namun sedikit yang merenungkannya. Budaya sering kali tidak diperhatikan, padahal memiliki banyak pengaruh. Budaya mampu “meresap” ke-dalam: hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat. Contoh: penggunaan bahasa Indonesia yang kita terima begitu saja atau bentuk kebudayaan dalam hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang mengarahkan dan membentuk hidup kita.
Budaya itu Tidak Terlihat (2) Tiga faktor yang cenderung membuat kita menjadi peduli terhadap keberadaan dan hakikat budaya kita: › Pelanggaran atas konvensi budaya – ketika seseorang dalam sebuah budaya melanggar praktik atau standar budaya yang sudah mapan. › Pelanggaran itu cenderung menarik perhatian. › Contoh: dalam ritual jabat tangan sangat lemah atau menggam terlalu kuat menciptakan perhatian tambahan. › Contoh lain: ketika kita/ seseorang “merasa bahwa ada sesuatu yang salah” terhadap interaksi komunikasi dengan lawan bicara kita.
Budaya itu Tidak Terlihat (3) › Pelanggaran atas konvensi budaya – ketika seseorang dalam sebuah budaya melanggar praktik atau standar budaya yang sudah mapan. › Pelanggaran itu cenderung menarik perhatian. › Contoh: dalam ritual jabat tangan sangat lemah atau menggam terlalu kuat menciptakan perhatian tambahan. › Contoh lain: ketika kita/ seseorang “merasa bahwa ada sesuatu yang salah” terhadap interaksi komunikasi dengan lawan bicara kita.
Budaya itu Tidak Terlihat (4) › Kontak lintas budaya – adanya kehadiran dampak dari budaya kita adalah: ketika kita menghadapi orang-orang dari budaya lain dan mendapati perbedaan besar perilaku diantara mereka dan kita. › Contoh: v Tutur kata dan cara berpakaian seseorang yang tinggal di perkotaan, akan terlihat mencolok bagi mereka yang tinggal dipinggiran kota. v Sebaliknya, perilaku verbal maupun non-verbal dari orang-orang yang tinggal dipinggiran kota, akan tampak aneh bagi para penduduk kota.
Budaya itu Tidak Terlihat (5) › Kontak lintas budaya – dari keadaan tersebut “ada sesuatu yang salah” dan membuat kita merasa tidak nyaman, padahal kita tidak tahu persis hal apa yang mengganggu kita. › Analisis ilmiah – cara ini menjadi cara ketiga, dalam memberikan kesadaran akan budaya kita melalui: mempelajari deskripsi budaya kita atau deskripsi budaya orang lain.
Budaya itu Subjektif (1) Kita tumbuh dan menggunakan budaya kita secara apa adanya, tanpa menyadari sifat subjektifnya. Umumnya bagi orang-orang yang ada didalam kebudayaan memiliki pemikiran yang: rasional dan bisa sangat dimengerti terhadap kebudayaannya masing-masing. Tetapi tidak demikian bagi “orang luar”, ada anggapan “seharusnya” didalamnya. Contoh: dalam bertatap mata, berjabat tangan, melambaikan tangan pada kenalan, dsb.
Budaya itu Subjektif (2) Budaya adalah cara. Leluhur kita menciptakan budaya dalam cara-cara tertentu. Kita datang untuk menerima kebenarannya dalam cara yang sama sebagaimana orang lain telah datang untuk menerima kebenaran budaya mereka – melalui komunikasi. Sehingga bahwa pola-pola, kode-kode dan kenyataan budaya yang kita gunakan dan kita terima begitu saja adalah: bukan keharusan ‘benar’ atau ‘salah’.
Budaya itu Subjektif (3) Thomas Donaldson – › Nilai-nilai utama yang mencerminkan tradisi budaya diseluruh dunia: Penghargaan kepada martabat manusia: kita hendaknya mengakui nilai yang dimiliki seseorang sebagai manusia adanya, bukan sebagai perkakas (tools). Penghargaan atas hak asasi: bagaimana individu dan komunitas harus memperlakukan orang-orang melalui cara menghargai hak asasi mereka. Kewargaan yang baik: anggota dari sebuah komunitas harus bekerja sama untuk mendukung dan memperbaiki pranata ke mana komunitas bergantung.
Budaya Berubah Sepanjang Waktu (1) Saat kita berpartisipasi didalam sejumlah hubungan, kelompok atau organisasi, umumnya kita membawa serta pengaruh budaya. Dorongan bagi perubahan budaya dimana kita menjadi bagiannya = agen perubahan budaya. Perubahan budaya dapat terjadi dalam 2 (dua) bentuk: › Perubahan secara evolusioner – perubahan yang tak mungkin dihindarkan, butuh proses dan waktu yang lebih lama. › Perubahan secara revolusioner – perubahan yang secara sengaja dilakukan, perubahan yang terjadi membutuhkan waktu yang relatif lebih cepat.
Budaya Berubah Sepanjang Waktu (2) Contoh – praktik diskriminasi sudah menjadi bagian dari budaya dalam masyarakat. Diskriminasi tidak hanya mempercepat dan mengarahkan perubahan budaya dalam masyarakat keseluruhan, tapi memberi pengaruh terhadap budaya hubungan, kelompok dan organisasi.
Budaya Berubah Sepanjang Waktu (3) Sebuah kata peringatan – upaya mengenali dan mengklasifikasi budaya lewat persamaan dan perbedaan, › Secara akademis, memiliki tujuan memahami sifat dan proses melalui mana budaya berkembang dan berubah. › Secara praktis, tujuannya memahami dan berfungsi efektif dalam konteks lintas budaya. Kenyataannya terdapat stereotip budaya yang sangat nyata! › Adanya generalisasi berlebihan tentang individu, regional, agama, atau etnis tertentu. Apa yang dapat dikatakan suatu kelompok tidak berlaku sepenuhnya bagi masing-masing anggota kelompok itu.
Budaya Berubah Sepanjang Waktu (4) Sebuah kata peringatan – ada baiknya untuk mengingatkan diri tentang keragaman yang kita temukan dalam budaya kita sendiri, lalu mengakui adanya tingkat keragaman yang sama besarnya pada budaya orang lain.
Peran Komunikasi Bermedia (1) Beberapa dari pesan yang dimediasikan berkaitan dengan budaya kita dalam hubungan, kelompok dan organisasi. Dalam hubungan tujuan kita dilayani oleh telepon seluluer, email dan foto. Dalam kelompok tujuan itu diraih melalui naskah tercetak, lencana atau lambang.
Peran Komunikasi Bermedia (2) Dalam organisasi budaya organisasi ditampilkan dalam bentuk brosur, newsletter, dan produk audio-video lewat promosi iklan yang bertujuan mempengaruhi calon konsumen. Dalam masyarakat menyumbang kontribusi budaya yang sangat besar melalui: media massa (buku, surat kabar, radio, televisi, dan film) dalam mengemas dan mengirimkan informasi budaya lewat perpustakaan dan museum. Dalam masyarakat juga peristiwa olahraga dimedia massa memberi ilustrasi dalam menyampaikan pesan budaya ada “kisah-kisah heroik dan dramatis” didalamnya, seperti: euforia pemenang dan kemurungan yang kalah.
Peran Komunikasi Bermedia (3) Permainan video game mampu menyajikan pesan budaya. Melalui tombol “reset” pemain memiliki awal baru tanpa ada konsekuensi apapun. Melalui tombol “pause” digunakan untuk jeda permainan & permainan yang dilakukan dapat dilanjutkan kembali sebuah “kemewahan” yang tidak dapat ditemui dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Peran Komunikasi Bermedia (4) Media massa, berperan dalam komersialisasi simbol budaya, melalui bentuk -bentuk: Orang – tokoh, sosok. Karakter-karakter fiktif – big bird, spiderman, mickey mouse. Tempat atau lokasi – disney world, central park, las vegas, new york, paris.
Peran Komunikasi Bermedia (5) Pesan melalui media adalah sejenis cermin budaya, dimana setiap individu harus beradaptasi lewat masalah, nilai, kepribadian, dan citra. Komunikasi bermedia berkontribusi terhadap stabilitas dan keteraturan sistem sosial.
Adaptasi Budaya (1) Adaptasi budaya melibatkan persoalan sosialisasi dan persuasi. Faktor sosialisasi, melalui: pembelajaran representasi pribadi, peta gagasan, aturan-aturan, citra hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat dimana kita menjadi anggotanya. Faktor persuasi, melalui: kita memberikan pengaruh dalam bentuk pengetahuan terhadap nilai dan aturan kepada orang lain.
Adaptasi Budaya (2) Proses pembelajaran adaptasi budaya, bersifat alamiah melalui serapan budaya – baik hubungan, kelompok dan organisasi dimana kita terlibat. Selain itu terdapat, kesulitan dan masalah bagi kita sebagai bagian dari budaya kita sendiri untuk menyesuaikan ulang terhadap budaya lain.
Adaptasi Budaya (3) Kesulitan dan masalah itu disebut dengan “kejutan budaya” (culture shock). Kejutan budaya = bentuk perasaan tanpa pertolongan, tersisihkan, menyalahkan orang lain, sakit hati, dan merasa ingin pulang kerumah. Kejutan budaya ditandai dengan beragam jenis gejala psikologis frustrasi, marah, cemas, perasaan tanpa pertolongan, kesepian, ketakutan dirampok dan ditipu.
Adaptasi Budaya (4) Edward Hall mendefinisikan “kejutan budaya”: peralihan atau distorsi dari isyarat-isyarat yang akrab ditemui dirumah atau daerah asal ke isyarat-isyarat asing diluar rumah.
Adaptasi Budaya (5) Tahap adaptasi budaya – ada 4 (empat) tahap yang umumnya dilakukan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan kebudayaan: › Tahap 1 – periode “bulan madu” saat-saat dimana individu menyesuaikan diri dengan: budaya baru, merasa senang dengan kehadiran orang-orang, lingkungan dan situasi yang baru. › Tahap 2 – periode “perubahan daya tarik” disebabkan kenyataan dan keadaan dilingkungan yang baru semakin “tampak” terjadi perubahan daya tarik yang menyebabkan frustrasi, cemas dan permusuhan.
Adaptasi Budaya (6) › Tahap 3 – periode “proses penyesuaian kembali” ditandai dengan mulai mengembangkan cara-cara mengatasi frustrasi dan cara menghadapi tantangan di situasi dan lingkungan yang baru. › Tahap 4 – periode “proses lanjutan penyesuaian kembali” ada beberapa potensi atau kemungkinan yang terjadi: Pertama memperoleh kembali kenyamanan dan keseimbangan, mengembangkan hubungan yang penuh makna dan penghargaan bagi budaya baru.
Adaptasi Budaya (7) Pertama memperoleh kembali kenyamanan dan keseimbangan, mengembangkan hubungan yang penuh makna dan penghargaan bagi budaya baru. Kedua tidak sepenuhnya bisa menerima budaya baru , tetapi bisa menemukan cara untuk mengatasi persoalan, guna meraih tujuan. Ketiga menemukan cara “melakukan yang terbaik” disertai ketegangan dan ketidaknyamanan, gagal dalam meraih kelanjutan tahapan atau mengundurkan dari situasi itu.
Adaptasi Budaya (8) Contoh: dinamika adaptasi seseorang. Ketika seseorang : 1. Menyesuaikan diri dengan budaya dan masyarakat baru – terdapat perbedaan secara geografis, iklim, ritual, adat istiadat, gaya hidup, bahasa, tanpa rekan, tanpa potensi kembali dalam waktu dekat ke negeri asal. 2. Berpindah dari satu area ke area yang lain. 3. Memasuki hubungan dan pekerjaan yang baru. 4. Menemukan diri dalam situasi yang baru.
Adaptasi Budaya (9) Peristiwa-peristiwa tersebut, menciptakan pengalaman baru yang menegangkan. Kita akan menjalani tahapan penyesuaian diri yang sama terhadap: orang baru, harapan & simbol baru, serta realitas budaya baru.
Adaptasi Budaya (10) Antusiasme awal disebuah negeri, komunitas, pekerjaan, organisasi, hubungan atau situasi baru mengarahkan kepada: frustrasi, kekecewaan, depresi. Hal itu sebabkan: situasi baru tidak sama seperti yang dibayangkan sebelumnya. Secara bertahap: › Mulai beradaptasi. › Mengembangkan pemahaman baru. › Menerapkan keahlian dalam hubungan, kelompok atau organisasi. Kadang kita menunjukkan kecocokan, walau sebenarnya tak pernah betul nyaman.
Komunikasi Antar Budaya (1) Pemahaman arti komunikasi antar budaya dapat diringkas menjadi: › Situasi komunikasi yang menampilkan simbol, makna, pilihan, pola budaya tertentu & hal itu menjadi bagian penting selama masa hidup. › Dua individu dari dua latar kebudayaan yang berbeda, saling mengeksplorasi, negosiasi dan akomodasi tentang berbagai hal seperti: tingkat pengetahuan, latar belakang, orientasi waktu, pandangan politik, pola gerak isyarat, bentuk salam, orientasi keagamaan, kemampuan bahasa, dsb. › Bentuk indentifikasi terhadap: penampilan, pakaian, perhiasan, postur, cara berjalan secara bertahap akan menemukan “persamaan” dan “perbedaan” kebudayaan.
Komunikasi Antar Budaya (2) Joseph De Vito, merumuskan panduan untuk menghindari hambatan dalam komunikasi antar budaya: › Kenali perbedaan budaya – carilah nilai-nilai kesamaan & jadikan kesamaan itu dalam interaksi. › Mengakui perbedaan – hindari stereotip dan penyamarataan (generalisasi).
Komunikasi Antar Budaya (3) › Percaya bahwa setiap orang memiliki makna. › Waspada terhadap aturan yang berlaku – menghindari asumsi pribadi, adalah yang paling benar. › Peka terhadap kebiasaan dan aturan budaya – pahami bahwa budaya adalah sesuatu yang menyenangkan & berusaha tidak melakukan evaluasi negatif. › Jaga diri dari “kejutan budaya” – pelajari, pahami, perbanyak membaca, berbicara dengan orang-orang dari budaya tersebut, atau riset melalui media massa.
Masyarakat: Sistem Budaya dan Komunikasi yang Kompleks Sistem masyarakat adalah sistem sosial yang kompleks, terdiri dari berbagai macam keragaman, dipisahkan secara geografis, saling ketergantungan satu sama lain, dan memiliki tujuan yang saling terkait. Istilah masyarakat – dibuat, didefinisikan dipertahankan melalui komunikasi.
Jaringan Nasional (1) Jaringan nasional adalah: jalur didalam suatu masyarakat yang menghubungkan individu, kelompok maupun organisasi satu sama lain. Fungsi jaringan nasional antara lain: › Menyediakan sarana penyampaian informasi kepada anggota masyarakat. › Memfasilitasi koordinasi kegiatan dari individu, kelompok dan organisasi dalam suatu masyarakat. › Menyediakan saluran untuk menentukan keputusan secara kolektif.
Jaringan Nasional (2) Pada masyarakat demokratis, terdapat individu yang dipilih untuk mewakili kelompok atau organisasi tertentu. Perwakilan seseorang dapat dilakukan pada level provinsi atau regional, bahkan mewakili negara. Hal yang dilakukan antara lain: mendiskusikan kepentingan umum, menentukan prioritas, membuat keputusan untuk masyarakat secara keseluruhan. Menghasilkan rekomendasi, kebijakan, dan hukum & disebarkan kepada seluruh anggota masyarakat melalui: berita di media massa, kampanye dan publikasi pemerintah, saluran website, dsb.
Jaringan Internasional (1) Jaringan internasional membuat “sambungan” diantara berbagai masyarakat. Bentuk jaringan internasional antara lain: kontak pribadi oleh wisatawan, tenaga layanan luar negeri, duta PBB atau perwakilan lembaga atau organisasi internasional. Bentuk lain yang lebih spesifik program pemberitaan dan hiburan internasional, transaksi perbankan internasional, propaganda pemerintah dan operasi intelijen.
Jaringan Internasional (2) Fungsi-fungsi yang dilayani oleh jaringan internasional meliputi: › Menyediakan akses informasi kepada masyarakat yang memerlukan. › Mengidentifikasi dan beradaptasi terhadap kebutuhan dan tantangan lingkungan dan komunitas dunia. › Membekali berbagai sarana melalui informasi & disampaikan ditengah-tengah masyarakat. › Memudahkan koordinasi ragam kebutuhan, kegiatan, dan pandangan dari berbagai masyarakat. › Membuka peluang adanya kerjasama internasional.
Komunikasi Internasional (1) Marshall Mc. Luhan, menggambarkan masa depan warga dunia akan dihubungkan secara bersama-sama dalam bentuk : “Komunitas Dunia” atau “Desa Global”. Dunia disatukan melalui jaringan komunikasi yang besar “Dunia Informasi”, sebagai perluasan dan pertumbuhan jumlah masyarakat informasi yang semakin “canggih”. Hal tersebut terbukti dari: sistem distribusi informasi internasional melalui satelit dan bentuk-bentuk rekaman media audio visual.
Komunikasi Internasional (2) Saat ini hubungan internasional formal & informal serta kepariwisataan adalah kontributor penting dalam komunikasi global. Terbukti dari peningkatan aliran informasi di seluruh dunia mempengaruhi terpaan budaya, perspektif dan pimpinan masyarakat.
Kompleksitas yang Berlimpah (1) Efek “melting pot” atau budaya campuran pencampuran perbedaan budaya menjadi ancaman terhadap ke-khas-an hubungan, kelompok, organisasi, budaya dan masyarakat. Imperialisme budaya Amerika terjadi bagi negara yang kurang terindustrialisasi dan memiliki ideologi yang berbeda, ada potensi keterhubungan antara warganya dengan akses siaran-siaran TV Amerika, dan majalah pria dewasa “Playboy”. Peristiwa tersebut menimbulkan pertanyaan sekaligus ancaman bagi kita.
Kompleksitas yang Berlimpah (2) Pertanyaan dan ancaman berupa: pelestarian identitas budaya, integritas politik atau ideologinya, serta nilai-nilai tradisionalnya. Hal yang dapat dilakukan antara lain melalui: peningkatan pemahaman dan kerjasama internasional tanpa perlu mengorbankan integritas individu, budaya dan kemandirian dalam komunikasi lintas budaya. Bidang komunikasi internasional dan hubungan intenasional memberikan bukti nyata: lebih banyak komunikasi tidak membuat segalanya jauh lebih baik.
- Slides: 55