PERENCANAAN PETAK PERTEMUAN 3 Lay out jaringan irigasi

  • Slides: 112
Download presentation
PERENCANAAN PETAK PERTEMUAN - 3

PERENCANAAN PETAK PERTEMUAN - 3

Lay out jaringan irigasi Intake bendung Saluran tersier Saluran sekunder Saluran Sekunder Saluran Primer

Lay out jaringan irigasi Intake bendung Saluran tersier Saluran sekunder Saluran Sekunder Saluran Primer In take Bangunan bagi dengan pintu sadap Bangunan sadap Saluran embuang

Dalam mendesain suatu sistem Irigasi, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perencanaannya adalah : Menentukan

Dalam mendesain suatu sistem Irigasi, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perencanaannya adalah : Menentukan daerah yang akan direncanakan sistem irigasinya, kemudian membaginya ke dalam bentuk , dan selanjutnya disajikan dalam bentuk . Menentukan kebutuhan air petak untuk mengetahui debit saluran guna merencanakan dimensi penampang saluran Setelah mengetahui , maka perlu direncanakan guna mengatur debit keluaran dari saluran induk ke saluran anaknya.

TEKNIK PEMBERIAN AIR IRIGASI 1. 2. 3. 4. 5. Pendahuluan Irigasi permukaan (surface irrigation)

TEKNIK PEMBERIAN AIR IRIGASI 1. 2. 3. 4. 5. Pendahuluan Irigasi permukaan (surface irrigation) Irigasi curah (sprinkler irrigation) Irigasi tetes (trickle/drip irrigation) Lain-lain

FUNGSI IRIGASI Fungsi utama: Memenuhi kebutuhan air tanaman Fungsi spesifik: 1. mengambil air dari

FUNGSI IRIGASI Fungsi utama: Memenuhi kebutuhan air tanaman Fungsi spesifik: 1. mengambil air dari sumber (diverting) 2. Membawa/mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian (conveying) 3. mendistribusikan air kepada tanaman (distributing) 4. mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring)

MACAM IRIGASI Menurut sumber airnya: 1. Air permukaan : sungai, danau, waduk 2. Airtanah

MACAM IRIGASI Menurut sumber airnya: 1. Air permukaan : sungai, danau, waduk 2. Airtanah : akuifer Menurut cara pengambilan airnya: 1. Pengambilan gravitasi 2. Pompa

MACAM IRIGASI Menurut cara pengalirannya: 1. Saluran terbuka (open channel) 2. Jaringan pipa (pipe

MACAM IRIGASI Menurut cara pengalirannya: 1. Saluran terbuka (open channel) 2. Jaringan pipa (pipe network) Menurut cara distribusinya: 1. Irigasi permukaan 2. Irigasi curah 3. Irigasi tetes

C. Uraian Materi. Pengelolaan Air Irigasi bertujuan agar pemberian air pada tanaman dapat secara

C. Uraian Materi. Pengelolaan Air Irigasi bertujuan agar pemberian air pada tanaman dapat secara teratur dan sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri, baik tanaman padi, palawija, maupun tebu. Terdapat dua macam tipe irigasi yaitu irigasi langsung dan irigasi tidak langsung. Pemilihan tipe tergantung kondisi sungai dimana akan mengalirkan airnya untuk keperluan irigasi tersebut. Irigasi Langsung : Irigasi yang langsung diberikan airnya melalui bangunan penangkap air seperti bendung, free intake atau sistem pompa.

Irigasi Tidak Langsung, adalah sistem irigasi yang mengatur air nya melalui tampungan dahulu, dan

Irigasi Tidak Langsung, adalah sistem irigasi yang mengatur air nya melalui tampungan dahulu, dan bilamana air tersebut diperlukan barulah dialirkan ke jaringan irigasi, contohnya Bendungan atau Dam/waduk

Douglas Dam

Douglas Dam

METODE IRIGASI PERMUKAAN MENGGENANG WILD FLOODING IRIGASI BAWAH PERMUKAAN FURROW METHOD IRIGASI SEMPROTAN CONTOUR

METODE IRIGASI PERMUKAAN MENGGENANG WILD FLOODING IRIGASI BAWAH PERMUKAAN FURROW METHOD IRIGASI SEMPROTAN CONTOUR FARMING CONTROLLED FLOODING FREE FLOODING BORDER STRIPS CONTOUR LATERAL BASIN FLOODING CHECKS OR LEVEES SKEMA METODE IRIGASI ZIG-ZAG METHOD

Cara pemberian air irigasi ada tiga macam, yaitu: Irigasi pada permukaan, Irigasi dari atas

Cara pemberian air irigasi ada tiga macam, yaitu: Irigasi pada permukaan, Irigasi dari atas permukaan (semprotan), dan Irigasi dari bawah permukaan, setiap metode ini ada Irigasi permukaan kelebihan dan kekurangannya. Irigasi permukaan terdiri dari : penggenangan, metode alur, dan metode garis tinggi. Penggenangan terdiri dari penggenangan dengan tidak sengaja, dan penggenangan dengan sengaja Penggenangan dengan sengaja terdiri dari: genangan bebas; sisi garis tinggi, tanggul pembatas, tanggul genangan, kolam genangan, dan zig-zag.

Controlled Flooding pemasukan Pipa beton < 300 m <20 m Free Flooding Contour Laterals

Controlled Flooding pemasukan Pipa beton < 300 m <20 m Free Flooding Contour Laterals a tanggul <20 m Borders strips b Sal. Utama 20 – 30 m Check Flooding Kolam Genangan (Basin flooding) Zig-zag method

Furrow method, adalah suatu model pemberian air dengan cara menekan air ke dalam tanah;

Furrow method, adalah suatu model pemberian air dengan cara menekan air ke dalam tanah; Metode ini banyak dipakai untuk tanaman jagung, tembakau, kacang tanah, ubiubian/kentang, tebu, dan kapas. Pada umumnya irigasi lain hampir semua lahan di basahi dengan air (terendam), namun di dalam metode ini hanya 20% saja yang direndami (basah), jadi evaporasi yang hilang sangat banyak direduksi. Metode furrow ini bervariasi dari 3, 00 m panjangnya untuk kebun sampai 500 meter untuk keperluan tanaman pangan, tetapi umumnya sekitar 100 sampai 200 meter. sedangkan kemiringannya antara 0 – 5%. Furrow method

Irigasi di atas permukaan (semprotan) Metode ini adalah cara pemberian air melalui atas permukaan

Irigasi di atas permukaan (semprotan) Metode ini adalah cara pemberian air melalui atas permukaan tanah melalui semburan air atau semprotan, metode ini telah dikembangkan sejak 1900. Metode ini dilengkapi dengan pipa utama dan pipa distribusi, kadang pipa-pipa ini dapat dipindahkan sesuai dengan keperluan di lahan mana air akan diberikan.

Kondisi untuk irigasi semprotan ini digunakan sebagai berikut; tanah yang porous, tanah yang bergelombang,

Kondisi untuk irigasi semprotan ini digunakan sebagai berikut; tanah yang porous, tanah yang bergelombang, banyak kerikil, tidak tembus air yang dangkal, sudut lereng curam dan mudah tererosi, ketersediaan air permukaan (sumber air) kecil, menghasilkan lebih cepat, SDM tidak perlu yang tinggi.

 Keuntungan lain: pengukuran pemakaian air lebih mudah, tanah tidak perlu diperbaiki, efisiensi tinggi,

Keuntungan lain: pengukuran pemakaian air lebih mudah, tanah tidak perlu diperbaiki, efisiensi tinggi, tekanan yang digunakan relatif kecil, lebih efisien bila sumber pengambilan air sama, dapat dipakai dengan sistem gravitasi bila kondisi topografi memungkinkan, frekuensi pemakaian air kecil, penggunaan pupuk lebih mudah.

Jenis-jenis Semprotan: Semprotan tetap (fixed nozzle pipe); pipa berlobang, (perforated pipe); dan semprotan berputar

Jenis-jenis Semprotan: Semprotan tetap (fixed nozzle pipe); pipa berlobang, (perforated pipe); dan semprotan berputar (rotating sprinkler). Jenis-jenis sistem semprotan: instalasi semi permanen, sistem portable. Pipa cabang yang dapat berpindah, terdiri dari : Semprotan sistem gravitasi & Sistem tetesan.

45 O

45 O

Sprinkler Irrigation

Sprinkler Irrigation

Semprotan dengan sudut kecil Tipe Semprotan Berputar

Semprotan dengan sudut kecil Tipe Semprotan Berputar

Sub surface irrigation, merupakan sistem irigasi melalui bawah permukaan, yang pemberian airnya langsung ke

Sub surface irrigation, merupakan sistem irigasi melalui bawah permukaan, yang pemberian airnya langsung ke akar tanaman, adapun kondisi yang baik untuk metode ini adalah: tanah tak tembus air dengan kedalaman antara 2 sampai 3 meter; pada zona perakaran terdapat tanah lempung (loam) atau lempung pasiran (sandy loam); topografi lahan sama; kemiringan sedang; dan kualitas air irigasi baik.

Ak ar Batas pembasahan Arah Pembasahan tanah Pemberian air lewat bawah permukaan 0, 35

Ak ar Batas pembasahan Arah Pembasahan tanah Pemberian air lewat bawah permukaan 0, 35 – 0, 45 m 1, 00 – 1, 25 m Metode Brujulan Metode Reynoso 0, 35 – 0, 50 m

Countour Farming

Countour Farming

Rice Fields in Bali

Rice Fields in Bali

Rice Harvest, Indonesia

Rice Harvest, Indonesia

Rice Farming, India

Rice Farming, India

Basin Flooding

Basin Flooding

PERTEMUAN KE 4 / 2 sks A. KOMPETENSI Mahasiswa memahami jaringan irigasi. tentang tingkat-tingkat

PERTEMUAN KE 4 / 2 sks A. KOMPETENSI Mahasiswa memahami jaringan irigasi. tentang tingkat-tingkat B. INDIKATOR Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa mampu menjelaskan dengan baik dan benar akan: 01. Irigasi sederhana 02. Irigasi semi teknis 03. Irigasi teknis suatu

C. URAIAN MATERI Tingkatan jaringan Irigasi Di dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya

C. URAIAN MATERI Tingkatan jaringan Irigasi Di dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok, yaitu: Bangunan utama; jaringan pembawa, petak tersier, dan sistem pembuang. Irigasi sederhana, yaitu suatu sistem irigasi di mana pembagian air tidak diukur dan diatur, kelebihan air akan mengalir ke selokan pembuang. Para pemakai air tergabung dalam satu kelompok sosial yang sama; dan tidak melibatkan pemerintah di dalam organisasi jaringan irigasi tersebut. Persediaan air berlimpah, sedangkan kemiringan trase saluran berkisar antara sedang sampai curam.

Irigasi semi teknis, bangunan utama/bendung yang terletak di sungai dilengkapi dengan pintu pengambilan dan

Irigasi semi teknis, bangunan utama/bendung yang terletak di sungai dilengkapi dengan pintu pengambilan dan bangunan ukur, dan kadang-kadang dilengkapi pula dengan bangunan permanen pada jaringan irigasinya. Irigasi teknis, jaringan irigasi ini terdapat pemisahan antara saluran pembawa dan pembuang, setiap bangunan pembagi/sadap selalu dilengkapi dengan alat ukur debit.

S. Amandit Ds. Ambawang Ds. Seruni Ds. Sumpitan Contoh : Irigasi Sederhana

S. Amandit Ds. Ambawang Ds. Seruni Ds. Sumpitan Contoh : Irigasi Sederhana

BA. 0 S. Amandit Ds. Ambawang Ds. Seruni Ds. Sumpitan Contoh : Irigasi Semi

BA. 0 S. Amandit Ds. Ambawang Ds. Seruni Ds. Sumpitan Contoh : Irigasi Semi Teknis

BA. 0 BA. 1 BA. 2 S. Amandit BA. 3 BAm. 1 BSu. 1

BA. 0 BA. 1 BA. 2 S. Amandit BA. 3 BAm. 1 BSu. 1 BAm. 2 BSu. 2 BS. 2 Ds. Ambawang BAm. 3 BSu. 3 Ds. Seruni Ds. Sumpitan Contoh : Irigasi Teknis

Klasifikasi jaringan irigasi Teknis Bangunan Utama Kemampuan bangunan dalam mengukur & mengatur debit Bangunan

Klasifikasi jaringan irigasi Teknis Bangunan Utama Kemampuan bangunan dalam mengukur & mengatur debit Bangunan permanen Baik Semi teknis Bangunan permanen/semi permanen Sederhana Bangunan sementara Sedang Jelek Sal pembawa & pembuang jadi satu Saluran pembawa & pembuang terpisah Sal pembawa dan pembuang tidak sepenuhnya terpisah Petak tersier Dikembangkan sepenuhnya Belum dikembangkan atau densitas bangunan tersier jarang Efisiensi 50 – 60% 40 – 50% < 40% Sampai 2000 ha < 500 ha Ukuran Tidak ada batasan Jaringan & saluran Belum ada jaringan terpisah yang dikembangkan

Lay out jaringan irigasi Intake bendung Saluran tersier Saluran sekunder Saluran Sekunder Saluran Primer

Lay out jaringan irigasi Intake bendung Saluran tersier Saluran sekunder Saluran Sekunder Saluran Primer In take Bangunan bagi dengan pintu sadap Bangunan sadap Saluran embuang

Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut: 1. cara penyiapan lahan

Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut: 1. cara penyiapan lahan 2. kebutuhan air untuk tanaman/konsumtif 3. perkolasi dan rembesan 4. pergantian lapisan air 5. curah hujan efektif. Kebutuhan total air di sawah (GFR) mencakup faktor 1 sampai 4. Kebutuhan bersih air di sawah (NFR) juga termasuk curah hujan efektif. Besarnya kebutuhan air di sawah untuk tanaman ladang dihitung seperti pada perhitungan kebutuhan air untuk padi. Ada berbagai harga yang dapat diterapkan untuk kelima faktor di atas.

 • Keseimbangan air yang masuk dan keluar dari suatu lahan digambarkan seperti :

• Keseimbangan air yang masuk dan keluar dari suatu lahan digambarkan seperti : • Agar terjadi keseimbangan air di suatu lahan pertanian maka : Kebutuhan Air Irigasi (IR) Jumlah Air Hujan (R) Air Bagi Kebutuhan Tanaman (ET) Air Hujan (R) Air Untuk Mengolah Tanah (Pd) Air Yang Merembes (P & I ) Air Bagi Tanama n (ET) Air Irigasi (IR) Air Bagi Pengolah an Tanah (Pd) Air Merembes (Perkolasi dan Infiltrasi P & I)

Akibat operasi, evaporasi dan perembesan, sebagian dari air yang dibagikan akan hilang sebelum mencapai

Akibat operasi, evaporasi dan perembesan, sebagian dari air yang dibagikan akan hilang sebelum mencapai tanaman padi. Kehilangan air akibat evaporasi dan perembesan kecil saja dibanding kehilangan akibat operasi. Hanya tanah yang lulus air saja yang akan memerlukan perhitungan tersendiri. Untuk tujuan-tujuan perencanaan, kehilangan air di jaringan irigasi tersier dianggap 15 - 22, 5% antara bangunan sadap tersier dari sawah (atau e= = 0, 775 -0, 85)

Kehilangan yang sebenarnya di dalam jaringan bisa jauh Iebih tinggi, khususnya pada waktu kebutuhan

Kehilangan yang sebenarnya di dalam jaringan bisa jauh Iebih tinggi, khususnya pada waktu kebutuhan air rendah. Walaupun demikian, tidak disarankan untuk merencanakan jaringan saluran dengan efisiensi yang rendah itu. Setelah beberapa tahun diharapkan efisiensi akan dapat dicapai dengan cara memperbaiki cara operasi.

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhanb maksimum air irigasi pada suatu proyek

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhanb maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor–faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah : a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan

Faktor waktu Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah: - Tersedianya

Faktor waktu Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah: - Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap tanah - Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk menanam padi sawah atau padi ladang kedua - Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1, 5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan di seluruh petak tersier. Perlu diingat bahwa transplantasi (pemindahan bibit ke sawah) mungkin sudah dimulai setelah 3 sampai 4 minggu di beberapa bagian petak tersier di mana pengolahan sudah selesai.

Jumlah air Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan

Jumlah air Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah. Rumus berikut dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air untuk penyiapan lahan.

PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm Sa = Derajat kejenuhan tanag setelah,

PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm Sa = Derajat kejenuhan tanag setelah, penyiapan lahan dimulai, % Sb = Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai, % N = Porositas tanah dalam % pada harga rata-rata kedalaman tanah d = kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan mm Pd = Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan, mm F 1 = Kehilangan air di sawah selama 1 hari, mm Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak kebutuhan air untuk penyiapan lahan diambil 200 mm. Ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. Pada permulaan transplantasi tidak akan ada lapisan air yang tersisa di sawah. Setelah transplantasi selesai, lapisan air di sawah akan ditambah 50 mm. Secara keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan menjadi 250 mm untuk menyiapkan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transpantasi selesai.

Bila lahan telah dibiarkan beda selama jangka waktu yang lama (2, 5 bulan atau

Bila lahan telah dibiarkan beda selama jangka waktu yang lama (2, 5 bulan atau lebih), maka laposan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm, termasuk yang 50 mm untuk penggenangan setelah transplantasi. Untuk tanah-tanah ringan dengan laju perkolasi yang lebih tinggi, harga-harga kebutuhan air untuk penyelidikan lahan bisa diambil lebih tinggi lagi. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan sebaiknya dipelajari daerah-daerah di dekatnya yang kondisi tanahnya serupa dan hendaknya didasarkan pada hasil-hasil penyiapan di lapangan. Walau pada mulanya tanah-tanah ringan mempunyai laju perlokasi tinggi, tetapi laju ini bisa berkurang setelah lahan diolah selama beberapa tahun

Untuk perhitungan kebutuhan irigasi /konsumtif , menggunakan metode van de Goor dan Zijlstra (1968).

Untuk perhitungan kebutuhan irigasi /konsumtif , menggunakan metode van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam liter/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut : IR = M ek/ (ek – 1) Dimana : IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/ hari M = Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensari kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan M = Eo + P, mm/ hari Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1, 1 x ETo selama penyiapan lahan, mm/ hari P = Perkolasi k = MT/S T = jangka waktu penyiapan lahan, hari S = Kebutuhan air, , untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni 200 + 50 = 250 mm.

Tabel A. 2. 1. Kebutuhan air irigasi (IR)

Tabel A. 2. 1. Kebutuhan air irigasi (IR)

3. Kebutuhan air konsumtif Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut ETc = Kc x

3. Kebutuhan air konsumtif Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut ETc = Kc x ETo Dimana ETc = evapotranspirasi tanaman, mm/ hari Kc = Koefisien tanaman ETo = evapotransirasi tanaman acuan, mm/ hari

III. PENGAMATAN & PENGUKURAN • • Pengamatan & pengukuran evapotranspirasi umumnya dilakukan menggunakan panci

III. PENGAMATAN & PENGUKURAN • • Pengamatan & pengukuran evapotranspirasi umumnya dilakukan menggunakan panci evaporasi (evaporation pan). Panci evaporasi dibuat untuk meniru (simulate) kondisi evaporasi permukaan air bebas. Panci evaporasi dapat dipasang dengan posisi di atas permukaan tanah, di dalam tanah, dan mengambang di atas air. Ukuran panci standar di USA: Diameter 122 cm (4 ft) dan kedalaman 25, 4 cm (10”). Jumlah penguapan permukaan air yang luas seperti permukaan danau adalah 0, 7 kali hasil yg didapat dengan alat ini.

III. PENGAMATAN & PENGUKURAN a. c. b. Gambar 2 a. Panci evaporasi Kelas A,

III. PENGAMATAN & PENGUKURAN a. c. b. Gambar 2 a. Panci evaporasi Kelas A, 2 b. Panci evaporasi Sunken Colorado, 2 c. Instalasi panci evaporasi dg anemometer

IV. PERHITUNGAN • Persamaan untuk menghitung ETo adalah: • Dimana: ETo = Evapotranspirasi K

IV. PERHITUNGAN • Persamaan untuk menghitung ETo adalah: • Dimana: ETo = Evapotranspirasi K pan = koefisien panci Untuk panci kelas A, koef. berkisar 0, 35 – 0, 85, rata-rata = 0, 70 Untuk panci Sunken Colorado, koef. Berikisar 0, 45 – 1, 10, rata-rata = 0, 80 E pan = evapotranspirasi panci

σ=konstanta Boltzman Ta=suhu absolut ed=tekanan uap sebenarnya (mm Hg) ea=tekanan uap jenuh suhu rerata

σ=konstanta Boltzman Ta=suhu absolut ed=tekanan uap sebenarnya (mm Hg) ea=tekanan uap jenuh suhu rerata harian (mm Hg) Ea=evaporasi (mm H 2 O/hari) Δ=kemiringan kurva tekanan uap jenuh pada suhu absolut (mm Hg/o. F) grafik-1 W=kecepatan angin (mil/hari)

PERKOLASI DAN INFILTRASI Laju perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah-tanah lempung berat

PERKOLASI DAN INFILTRASI Laju perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah-tanah lempung berat dengan karakteristik pengelolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dan infiltrasi dapat mencapai 1 -3 mm/ hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan; laju perkolasi bisa lebih tinggi. Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dianjurkan pemakaian nya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.

PENGGANTIAN LAPISAN AIR A. Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air menurut

PENGGANTIAN LAPISAN AIR A. Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan B. Jika tiak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3, 3 mm/ hari selama ½ Bulan) selama sebulan dua bulan setelah transplantasi.

CURAH HUJAN EFEKTIF Untuk irigasi pada curah hukan efektif bulanan diambil 70 persen dari

CURAH HUJAN EFEKTIF Untuk irigasi pada curah hukan efektif bulanan diambil 70 persen dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun Di mana : Re = Curah hujan efektif, mm/ hari R (setengah bulan) 5 = curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun/ mm

MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI Metode Φ-indeks Pada metode Φ-indeks diasumsikan nilai ft tidak bervariasi terhadap

MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI Metode Φ-indeks Pada metode Φ-indeks diasumsikan nilai ft tidak bervariasi terhadap waktu. Gambar 11. ilustrasi pengembangan metode Φ-indeks

IV. MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI Menentukan nilai Φ-indeks Persamaan yang digunakan: Vol. limpasan langsung =

IV. MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI Menentukan nilai Φ-indeks Persamaan yang digunakan: Vol. limpasan langsung = Vol. hujan efektif VLL = Pef. A

IV. MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI Contoh 3: Sebuah daerah tangkapan hujan dengan luas (A) 0,

IV. MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI Contoh 3: Sebuah daerah tangkapan hujan dengan luas (A) 0, 25 km 2 terjadi hujan dengan profil sebagai berikut: Waktu (jam) Curah hujan (mm) 1 7 2 18 3 25 4 12 5 10 6 3 Jika volume limpasan langsung (VLL) adalah 8. 250 m 3, tentukan nilai Φ-indeks.

IV. MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI Penyelesaian: Tinggi limpasan langsung ( Pef) dalam mm: VLL/A =

IV. MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI Penyelesaian: Tinggi limpasan langsung ( Pef) dalam mm: VLL/A = 8. 250/0, 25 x 106 = 0, 033 m = 33 mm Nilai Φ-indeks ditentukan dengan cara cobabanding. Pemisalan 1: Misal 3 mm/jam < Φ-indeks < 7 mm/jam Φ-indeks=[(7+18+25+12+10)-33]/5=7, 8 mm/jam Anggapan tidak benar, Φ-indeks > 7 mm/jam

IV. MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI Pemisalan 2: Misal 7 mm/jam < Φ-indeks < 10 mm/jam

IV. MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI Pemisalan 2: Misal 7 mm/jam < Φ-indeks < 10 mm/jam Φ-indeks = [(18+25+12+10)-33]/4 = 8 mm/jam Anggapan benar, 7 mm/jam < Φ-indeks < 10 mm/jam Φ-indeks = 8 mm/jam

Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak tersier. Petak ini menerima air

Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam satu petak, jenis tanaman dan topografi. Di daerah -daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya maksimum 50 ha, tapi dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai seluas 75 ha, disesuaikan dengan kondisi topografi dan kemudahan eksploitasi dengan tujuan agar pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan lebih mudah

Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1. 500 m, tetapi dalam kenyataan kadang-kadang panjang

Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1. 500 m, tetapi dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2. 500 m. Panjang saluran kuarter lebih baik di bawah 500 m, tetapi prakteknya kadang-kadang sampai 800 m. Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua petak primer.

Saluran • • Jaringan irigasi teknis yang selanjutnya disebut jaringan irigasi merupakan sekumpulan bangunan-bangunan

Saluran • • Jaringan irigasi teknis yang selanjutnya disebut jaringan irigasi merupakan sekumpulan bangunan-bangunan bagi, sadap, bangunan silang, pelengkap, saluran pembawa, saluran dan bangunan pembuang yang terdapat dalam suatu lahan, yang petak sawahnya memanfaatkan air dari sumber yang sama. Peta ikhtisar adalah suatu peta di mana terlihat susunan suatu jaringan irigasi mulai dari bendung sampai saluran pembuang. Di dalam peta ikhtisar tersebut diperlihatkan: (1) bangunan utama, (2) jaringan dan trase saluran irigasi, (3) jaringan dan saluran pembuang), (4) petak tersier, petak sekunder, dan petak primer, (5) lokasi-lokasi bangunan (bagi, sadap, silang), (6) batas-batas daerah irigasi, (7) daerah yang tidak diairi (desa, makam, gedung-gedung), (8) jaringan dan trase jalan, dan (9) daerah-daerah yang tidak dapat diairi (tanah jelek, rawa, bukit, dll).

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI 1. Prinsip Teknik Irigasi, pemisahan : jaringan saluran pembawa/irigasi jaringan saluran

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI 1. Prinsip Teknik Irigasi, pemisahan : jaringan saluran pembawa/irigasi jaringan saluran pembuang Saluran pembawa / irigasi Mengalirkan air dari sumber air sampai ke lahan sawah Saluran pembuang Mengalirkan kelebihan air dari sawah ke selokan pembuang atau sungai yang selanjutnya dan berakhir di laut

2. Prinsip penataan sistim Irigasi Saluran Irigasi harus : – lebih tinggi dari lahan

2. Prinsip penataan sistim Irigasi Saluran Irigasi harus : – lebih tinggi dari lahan yang akan dialiri dan diupayakan dapat menjangkau areal sawah seluas-luasnya – Diupayakan sependek mungkin, hal ini akan mencegah berkurangnya tekanan atau energi dan biaya pembangunan – Mengikuti garis kontur agar tetap memperoleh ketinggian Saluran tersier harus mampu : – Mengalirkan air ke petak-petak tersier sehingga dapat menggenangi persawahan Saluran Pembuang harus mampu : – Menampung dan menyalurkan kelebihan air dari petak persawahan dengan lancar, termasuk air hujan

3. Bangunan dan Fungsi dalam sistim Irigasi : Bangunan Irigasi dibagi menjadi : a.

3. Bangunan dan Fungsi dalam sistim Irigasi : Bangunan Irigasi dibagi menjadi : a. Bangunan Utama b. Jaringan Irigasi :

Lay out jaringan irigasi Intake bendung Saluran tersier Saluran sekunder Saluran Sekunder Saluran Primer

Lay out jaringan irigasi Intake bendung Saluran tersier Saluran sekunder Saluran Sekunder Saluran Primer In take Bangunan bagi dengan pintu sadap Bangunan sadap Saluran embuang

Petak irigasi • Petak tersier, suatu lahan seluas maksimum 60 ha, yang berisikan petak-petak

Petak irigasi • Petak tersier, suatu lahan seluas maksimum 60 ha, yang berisikan petak-petak kuarter yang luasnya maksimum 10 ha, yang mengambil air dari satu pintu bangunan sadap. Petak tersier ini dilengkapi pula dengan boks-boks tersier, kuarter, saluran pembawa tersier, kuarter, cacing, saluran pembuang, serta bangunan silang seperti yang ada di jaringan irigasi. • Petak sekunder, terdiri dari kumpulan petak-petak tersier yang mengambil air dari satu pintu di bangunan bagi. Luas petak sekunder ini tidak terbatas tergantung dari topografi lahan yang ada. Salurannya sering terletak di punggung medan, sehingga air tersebut dapat dialirkan ke dua sisi saluran.

 • Petak primer, terdiri dari beberapa petak sekunder yang airnya mengambil dari sumber

• Petak primer, terdiri dari beberapa petak sekunder yang airnya mengambil dari sumber air (sungai) berupa bendung, bendungan, rumah pompa, dll. Bila satu bendung terdapat dua pintu (intake) kiri dan kanan, maka terdapat dua petak primer. Saluran primer diusahakan sejajar dengan kontur atau garis tinggi.

S. Amandit Ds. Ambawang Ds. Seruni Ds. Sumpitan Contoh : Peta Topografi

S. Amandit Ds. Ambawang Ds. Seruni Ds. Sumpitan Contoh : Peta Topografi

PERENCANAAN PETAK IRIGASI • • Siapkan peta topografi skala 1: 10. 000; 1 :

PERENCANAAN PETAK IRIGASI • • Siapkan peta topografi skala 1: 10. 000; 1 : 15. 000; 1: 20. 000 Tentukan letak bendung di sungai , berikan nama bendung sesuai dengan nama sungai; contoh untuk sungai Amandit, nama bendungnya Bendung Amandit 0, atau BA. 0. Tarik saluran pembuang di lembah atau saluran pembuang alami dengan warna merah. Tarik saluran induk sejajar garis tinggi (kontur), setiap 1 km turunkan sekitar 40 – 50 cm, dengan warna biru. Nama saluran induk sesuai dengan nama sungai, contoh saluran Induk Amandit.

 • • • Tarik saluran sekunder melalui punggung atau tegak lurus kontur, namakan

• • • Tarik saluran sekunder melalui punggung atau tegak lurus kontur, namakan saluran ini dengan nama kampung yang dilewati atau yang dekat dengan saluran sekuder tersebut, contoh kampung yang dekat/dipotong saluran adalah kampung/desa Ambayang, maka namanya: saluran sekunder Ambayang. Ukur luas petak tersier maksimun 60 ha, namakan petak tersier sesuai dengan nama saluran sekunder. Contoh Ambayang (Am) 1 kiri untuk sebelah kiri dan untuk sebelah kanan atau Am 1 kn, pada bangunan sadap Ambayang 1, atau BAm. 1 Setiap saluran yang diambil dari sumber air (sungai, waduk, situ, danau) merupakan saluran induk (primer), baik diambil di bagian kiri ataupun bagian kanan sungai.

 • • Saluran sekunder merupakan cabang dari saluran induk, atau dapat juga cabang

• • Saluran sekunder merupakan cabang dari saluran induk, atau dapat juga cabang dari saluran sekunder lainnya Saluran muka merupakan saluran tersier yang airnya dari bangunan sadap namun airnya baru dapat digunakan setelah melewati daerah tertentu. Bangunan sadap adalah bangunan yang memberikan air irigasi langsung dari bangunan tersebut. Bangunan bagi adalah bangunan yang membagikan airnya untuk saluran sekunder lainnya.

BA. 0 BA. 1 S. Amandit BA. 2 BA. 3 BAm. 1 BSu. 1

BA. 0 BA. 1 S. Amandit BA. 2 BA. 3 BAm. 1 BSu. 1 BAm. 2 BSu. 2 Ds. Ambawang BAm. 3 BSu. 3 Ds. Seruni Ds. Sumpitan Contoh : Irigasi Teknis

Jaringan irigasi utama Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan ke

Jaringan irigasi utama Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya