ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRI KADEK

  • Slides: 47
Download presentation
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRI KADEK EKA SWEDARMA DEPARTEMEN KEPERAWATAN FK UNUD

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRI KADEK EKA SWEDARMA DEPARTEMEN KEPERAWATAN FK UNUD

KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRI • Kegawat daruratan psikiatri adalah tiap gangguan dalam berpikir, perasaan atau

KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRI • Kegawat daruratan psikiatri adalah tiap gangguan dalam berpikir, perasaan atau tingkah laku yang memerlukan intervensi pengobatan secepatnya • Suatu kegawat daruratan psikiatri adalah tiap gangguan dalam pikiran, perasaan atau tindakan dimana diperlukan intervensi teraupetik yang segera

PEMBAHASAN • GADUH GELISAH : RISIKO PERILAKU KEKERASAN • PENELANTARAN DIRI : RISIKO BUNUH

PEMBAHASAN • GADUH GELISAH : RISIKO PERILAKU KEKERASAN • PENELANTARAN DIRI : RISIKO BUNUH DIRI • SINDROM PUTUS ZAT

EPIDEMIOLOGI • Perbandingan laki-laki & perempuan sama • Lebih banyak pada orang yang tidak

EPIDEMIOLOGI • Perbandingan laki-laki & perempuan sama • Lebih banyak pada orang yang tidak menikah dibanding dengan yang menikah • 20% klien: perilaku percobaan bunuh diri bahkan menurut Kneisl; Wilson & Trigoboff (2004) 38% klien di departemen emergency psikiatri beresiko bunuh diri • 10%: kekerasan • Diagnosis tersering: gangguan mood (termasuk gangguan depresif & episode manik), skizofrenia & ketergantungan alkohol • 40% membutuhkan perawatan di RS

PEMERIKSAAN DI RUANG GAWAT DARURAT PERTIMBANGKAN • Apakah aman jika klien berada di ruang

PEMERIKSAAN DI RUANG GAWAT DARURAT PERTIMBANGKAN • Apakah aman jika klien berada di ruang gawat darurat? • Apakah masalahnya adalah organik atau fungsional atau suatu kombinasi? • Apakah klien psikotik? • Apakah klien berhubungan dengan bunuh diri atau pembunuhan? • Sampai derajat mana klien mampu merawat dirinya sendiri?

BUNUH DIRI ? ? ? • Tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat

BUNUH DIRI ? ? ? • Tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan • Kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres tinggi dan menggunakan koping maladaptif • Tindakan merusak integritas diri atau mengakhiri kehidupan

EPIDEMIOLOGI – BUNUH DIRI • Di Amerika Serikat 31. 000 orang pertahun • Kasus

EPIDEMIOLOGI – BUNUH DIRI • Di Amerika Serikat 31. 000 orang pertahun • Kasus yang sering dilaporkan & dikategorikan sebagai kecelakaan • Perbandingan angka percobaan & rasio keberhasilannya 1020 : 1 • Rasio percobaan laki-laki : perempuan 1 : 3 keberhasilan laki -laki dan perempuan 3 : 1 • Kasus meningkat dengan bertambahnya usia; dan merupakan penyebab kematian tertinggi pada pria dewasa dan mahasiswa • Paling umum dilakukan dengan minum obat-obatan; yang berakibat fatal umumnya melalui penembakan • Kebanyakan penderita depresi (Tomb, 2004)

MENGENALI PASIEN YANG BERPOTENSI BUNUH DIRI • Klien pernah mencoba bunuh diri (terlihat di

MENGENALI PASIEN YANG BERPOTENSI BUNUH DIRI • Klien pernah mencoba bunuh diri (terlihat di ruang gawat darurat, bangsal perawatan, dsb) • Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan maupun tidak, atau berupa ancaman : ”Kamu tidak akan saya ganggu lebih lama lagi” (sering dikatakan pada keluarga) • Secara obyektif terlihat adanya mood yang depresif atau cemas • Baru mengalami kehilangan yang bermakna (misalnya pasangan, pekerjaan, harga diri) • Perubahan perilaku yang tidak diduga : menyampaikan pesan, pembicaraan serius dan mendalam dengan kerabat, membagi-bagikan harta/barang miliknya • Perubahan sikap yang mendadak : tiba-tiba gembira, marah atau menarik diri

RENTANG MENGHARGAI-MERUSAK DIRI (Stuart & Sundeen, 1987; Keliat, B. A. , 1994) Respon Adaptif

RENTANG MENGHARGAI-MERUSAK DIRI (Stuart & Sundeen, 1987; Keliat, B. A. , 1994) Respon Adaptif Menghargai Respons Maladaptif Berani ambil risiko dalam mengembangkan diri Merusak diri sendiri secara tidak langsung Bunuh diri

SIRS (SUICIDAL INTENTION RATING SCALE) (Stuart & Sundeen, 1987; Keliat, B. A. , 1994)

SIRS (SUICIDAL INTENTION RATING SCALE) (Stuart & Sundeen, 1987; Keliat, B. A. , 1994) SKOR 0 Tidak ada ide bunuh diri yang lalu & sekarang SKOR 1 Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri SKOR 2 Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri SKOR 3 Mengancam bunuh diri, misalnya “tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri” SKOR 4 Aktif mencoba bunuh diri

PROSEDUR PENILAIAN • Bina hubungan selama wawancara yang sifatnya mendukung dan tidak menghakimi •

PROSEDUR PENILAIAN • Bina hubungan selama wawancara yang sifatnya mendukung dan tidak menghakimi • Selidikilah adanya ide-ide bunuh diri melalui pertanyaan yang lebih spesifik, misal ”Apakah kamu merasa sedih? ” ”Apakah kamu pernah berpikir untuk mengakhiri hidup? ” “Bagaimana caranya? ” • Setelah terjadi suatu percobaan bunuh diri yang serius, tunggulah sampai klien cukup siap untuk bekerjasama di dalam pemeriksaan. Tanyakan mengenai hal bunuh diri (Tomb, 2004)

HAL-HAL YANG HARUS DIPELAJARI MENGENAI KASUS BUNUH DIRI • Maksud dan tujuan pasien-mengapa ingin

HAL-HAL YANG HARUS DIPELAJARI MENGENAI KASUS BUNUH DIRI • Maksud dan tujuan pasien-mengapa ingin mati? • Apakah rencana bunuh diri telah dibuat-semakin spesifik rencana yang dibuat semakin besar untuk melakukannya • Metode-semakin mematikan teknik yang dibuat semakin serius rencananya • Adanya faktor-faktor psikiatrik dan organik, misal depresi psikotik, gangguan proses pikir, penggunaan sedatif tanpa resep, kondisi organik • Tentukan apakah perilaku tersebut akibat peranan impulsif atau dengan rencana • Apakah pencetus krisis telah terlewati • Buatlah daftar kehilangan yang dialami • Apakah klien memiliki rencana untuk masa depannya? • Apakah klien mempunyai keluarga yang mempedulikannya atau dukungan lainnya? • Apakah klien berpikir bahwa dia akan melakukan bunuh diri?

FAKTOR RISIKO INDIVIDUAL • Rasa putus asa • Gangguan psikiatrik, terutama • Gangguan mood

FAKTOR RISIKO INDIVIDUAL • Rasa putus asa • Gangguan psikiatrik, terutama • Gangguan mood mayor • Alkoholisme • Skizofrenia • • • Kesehatan yang menurun Intoksikasi; penggunaan (penyalahgunaan) alkohol dan obat-obatan Pengendalian impuls yang terganggu karena apapun; hostilitas Riwayat percobaan bunuh diri, terutama dengan usaha serius Jenis percobaan bunuh diri yang dilakukan. Peringatan yang diberikan? Pertolongan tersedia tepat pada waktunya? Adanya riwayat bunuh diri dalam keluarga Duda/janda, bercerai, berpisah, hidup sendiri, pengangguran, pensiun Pasien medis yang mengalami dialisis ginjal Ketidakstabilan atau stres dalam keluarga, dukungan lingkungan kurang Perubahan status sosial----naik atau turun Kehilangan atau penolakan yang dialami baru-baru ini Kematian orang tua selama masa kanak-kanak

FAKTOR RISIKO LAIN • Masa liburan, musim semi, masa perayaan • Pengukuran biokimia yang

FAKTOR RISIKO LAIN • Masa liburan, musim semi, masa perayaan • Pengukuran biokimia yang memungkinkan potensi bunuh diri : • Penurunan cairan serebrospinal 5 -HIAA (5 Hydroxyindoleacetic) dan HVA (Homovanillic acid) • Peningkatan MHPG (Methoxy-hydroxyphenyl-glycol) • Penurunan rasio NE/E (norepinefrin/epinefrin) di dalam urin • Peningkatan aktifitas adrenal, DST (Dexamethasone Suppression Test) positif (Tomb, 2004).

TINGKATAN MEMATIKAN DARI METODA BUNUH DIRI (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004) • METODA YANG

TINGKATAN MEMATIKAN DARI METODA BUNUH DIRI (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004) • METODA YANG KURANG MEMATIKAN (less lethal methods) • • Memotong nadi pergelangan Mengalirkan gas di rumah Meminum obat tanpa resep (kecuali aspirin dan acetaminophen (Tylenol)) Tranquilizers • METODA YANG SANGAT MEMATIKAN (highly lethal methods) • • • Tembak Terjun Gantung Tenggelam Racun carbon monoksida Barbiturat dan minum pil tidur Aspirin dosis tinggi dan acetaminophen (Tylenol) Menabrak mobil Terpapar suhu dingin yang ekstrem Antidepressants

NURSING SELF-AWARENESS An Attitude Inventory for Working with Suicidal Clients • Untuk meningkatkan kesadaran

NURSING SELF-AWARENESS An Attitude Inventory for Working with Suicidal Clients • Untuk meningkatkan kesadaran diri tentang pengelolaan kecemasan diri • Untuk meningkatkan kesadaran diri pada perasaan diri sendiri tentang perusakan diri pada masyarakat • Untuk meningkatkan kesadaran diri tentang kemarahan diri sendiri • Untuk meningkatkan kesadaran diri tentang kontrol diri (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

MEMULAI PERAWATAN KLIEN RISIKO BUNUH DIRI • Keputusan dirawat di RS harus dibicarakan dengan

MEMULAI PERAWATAN KLIEN RISIKO BUNUH DIRI • Keputusan dirawat di RS harus dibicarakan dengan klien secara tegas dan penuh optimis • Pastikan keamanan fisik dalam perawatan di RS melalui tindakan pencegahan bunuh diri yang sesuai (misal pengawasan ketat, tanpa isolasi, tidak ada barang-barang yang membahayakan) • Klien dengan risiko kecil dapat berobat jalan bila ada keluarga yang dipercaya untuk mengawasi –nilailah dukungan mereka

PRINSIP-PRINSIP PENGOBATAN • Kenali dan obati kondisi-kondisi psikiatrik dan medis • Kembangkan ikatan terapeutik

PRINSIP-PRINSIP PENGOBATAN • Kenali dan obati kondisi-kondisi psikiatrik dan medis • Kembangkan ikatan terapeutik dengan klien • Klien yang ingin bunuh diri biasanya bersikap ambivalen tentang kematian. Ungkapkan ambivalen tersebutperlihatkan bukti-bukti bahwa mereka ingin hidup. Berikan harapan yang jelas. Buat rencana yang spesifik dengan dan untuk klien. Mintalah kedewasaan mereka, bukan sikap regresinya • Klien sering bingung dan memiliki fokus pikir yang sempithadapkan pada hal-hal realita • Jangan mengecilkan keseriusan klien dalam usaha bunuh diri

PRINSIP-PRINSIP PENGOBATAN • Jangan pernah setuju untuk merahasiakan rencana bunuh diri • Bantulah klien

PRINSIP-PRINSIP PENGOBATAN • Jangan pernah setuju untuk merahasiakan rencana bunuh diri • Bantulah klien melewati masa berduka dan kehilangan • Jangan memberi alasan untuk membenarkan gejala-gejala yang dialami klien • Potensi untuk bunuh diri dapat berubah dengan cepat. Nilailah kembali kondisi pikiran klien dengan sering • Gunakan sumber daya dari komunitas • Jangan kehilangan kontak dengan klien. Pantaulah dengan teliti selama musim liburan di rumah • Bersikap aktif, tetapi tetap menuntut klien bertanggung jawab atas hidupnya

PETUNJUK UMUM UNTUK DEPARTEMEN EMERGENSI • 38% klien di departemen emergency psikiatri beresiko bunuh

PETUNJUK UMUM UNTUK DEPARTEMEN EMERGENSI • 38% klien di departemen emergency psikiatri beresiko bunuh diri. • Klien membutuhkan tenaga profesional, bukan pendekatan hukuman • Cegah klien tinggal sendiri atau berdekatan dengan benda-benda yang dapat digunakan untuk tindakan kekerasan

PROTOKOL PENCEGAHAN BUNUH DIRI • Basic Suicide Precautions • Maximum Suicide Precautions

PROTOKOL PENCEGAHAN BUNUH DIRI • Basic Suicide Precautions • Maximum Suicide Precautions

Basic Suicide Precautions • • • Tempatkan klien di ruang terbuka kecuali jika ditemani

Basic Suicide Precautions • • • Tempatkan klien di ruang terbuka kecuali jika ditemani staf atau keluarga. Cek dimana klien berada dan pastikan aman tiap 15 menit Temani klien saat minum obat. Lihat barang-barang klien untuk yang potensial dapat melukai. Teliti kondisi klien, dan katakan untuk mendampingi klien saat klien bekerja. Cek seluruh bawaan pengunjung. Ijinkan klien memiliki peralatan makan, tapi pastikan apakah gelas atau alat lain ada yang hilang ketika mengumpulkannya. Ijinkan pengunjung & hubungan telepon kecuali jika klien tidak menghendaki. Cek bahwa pengunjung tidak meninggalkan barang-barang berbahaya di ruangan. Jalankan protokol ini sampai dihentikan oleh psikiater. Informasikan pada klien alasan & detail aturan yang diterapkan. Penjelasan ini harus dibuat oleh dokter dan perawat serta dokumentasikan.

Maximum Suicide Precautions • Berikan supervisi 1 : 1. perawat harus tetap berada di

Maximum Suicide Precautions • Berikan supervisi 1 : 1. perawat harus tetap berada di ruangan dalam jangkauan klien setiap saat. Ketika klien menggunakan kamar mandi, pintunya harus terbuka. Seorang staf harus duduk disamping tempat tidur klien pada malam hari. • Jangan ijinkan klien untuk ditinggal pada pelaksanaan tes atau pelaksanaan tindakan. • Lihat dengan seksama barang bawaan klien dan amankan barang-barang yang membahayakan, seperti pil, korek api, sabuk, tali sepatu, BH/kutang, pisau cukur/silet, jepitan, cermin taua benda dari kaca (bola lampu pijar), kawat/kabel, benda-benda kecil. • Jika aturan ini diterapkan setelah klien dirawat dalam tempo yang lama, selidikilah dengan seksama kondisi ruangannya. • Cek pengunjung jangan sampai meninggalkan benda-benda berbahaya di ruangan. • Layani kebutuhan makan klien dalam tempat makan isolasi yang terbuat dari bahan bukan kaca atau logam. • Utamakan penjelasan pada klien apakah dia boleh melakukan sesuatu serta alasannya. Dokumentasikan. • Jangan menghentikan aturan ini tanpa saran dari psikiater.

IDENTIFIKASI HASIL EVALUASI • Mengungkapkan pikiran melukai diri • Mengakui bahwa telah berperilaku melukai

IDENTIFIKASI HASIL EVALUASI • Mengungkapkan pikiran melukai diri • Mengakui bahwa telah berperilaku melukai diri jika hal itu terjadi • Mampu mengidentifikasi pemicu masalah pribadi • Belajar untuk mengidentifikasi dan mentoleransi perasaan tidak nyaman • Memilih alternatif yang tidak melukai diri • Berusaha mengidentifikasi stressor • Kooperatif dengan intervensi untuk menghilangkan pikiran bunuh diri dan kontrol perilaku (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

TEORI BIOPSIKOSOSIAL • Penyebab kekerasan, DEBAT: NATURE vs NURTURE? ? ? • Ekspresi agresif

TEORI BIOPSIKOSOSIAL • Penyebab kekerasan, DEBAT: NATURE vs NURTURE? ? ? • Ekspresi agresif disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara faktor biologik & psikologik • Menurut CDC faktor yang berhubungan dengan kekerasan: • Neurobiologi • Hormon • Pengalaman dini masa kecil • Gangguan mental

FAKTOR BIOLOGI • VARIABEL BIOLOGI: • Faktor genetik • Faktor hormonal • Faktor neurotransmitter,

FAKTOR BIOLOGI • VARIABEL BIOLOGI: • Faktor genetik • Faktor hormonal • Faktor neurotransmitter, neurofisiologi (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

Struktur otak yang berhubungan dengan perilaku agresif

Struktur otak yang berhubungan dengan perilaku agresif

ROLE OF NEUROTRANSMITTERS IN AGGRESSION (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004) TRANSMITTER FUNCTION DESCRIPTION Acetylcholine

ROLE OF NEUROTRANSMITTERS IN AGGRESSION (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004) TRANSMITTER FUNCTION DESCRIPTION Acetylcholine Exerts exitatory effect Facilitates transmission of nerve impulses across myoneural junction A deficiency (such as occuring in Alzheimer’s disease) may increase aggressive behavior by lowering the threshold for confusion and impairing memory Dopamine Regulation of emotional response on brain activity Increased levels heighten sexual activity, aggressive behavior, and vigilance Gamma-aminobutyric acid (GABA) Exerts inhibitory response on brain activity Exert a regulatory effect on violence Norepinephrine Exerts excitatory response Is inactivated by monoamine oxidase (MAO) May increase vigilance and aggression Serotonin (5 -HT) Influences the processing of information Modulates sleep, sensory responses, and mood Variations in 5 -HT levels lead to misperception of stimuli, which may result in aggressive behavior

TEORI GENETIK • Faktor genetik banyak berpengaruh pada masalah pemusatan perhatian dan agresif pada

TEORI GENETIK • Faktor genetik banyak berpengaruh pada masalah pemusatan perhatian dan agresif pada anak-anak • perilaku agresif dipengaruhi oleh gen serotonergik

TEORI-TEORI PSIKOSOSIAL • TEORI PSIKOANALITIK • Freud (1961): agresif adalah satu dari dorongan (drive)

TEORI-TEORI PSIKOSOSIAL • TEORI PSIKOANALITIK • Freud (1961): agresif adalah satu dari dorongan (drive) yang bersifat bawaan yang mempunyai prinsip kesenangan • TEORI PSIKOLOGIKAL • Agresif kemungkinan terjadi karena kebutuhan dan kekurangan • TEORI SOSIOKULTURAL • Disfungsional keluarga • Budaya

PENGKAJIAN • PENINGKATAN RISIKO KEKERASAN KEMUNGKINAN BERKAITAN DENGAN • • • Riwayat kekerasan Tingkat

PENGKAJIAN • PENINGKATAN RISIKO KEKERASAN KEMUNGKINAN BERKAITAN DENGAN • • • Riwayat kekerasan Tingkat keparahan psikopatologi Tingkat permusuhan-curiga, gangguan proses pikir, dan agitasi-kegembiraan Lamanya hospitalisasi Frekuensi rawat inap di RS (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

INDIKATOR VIOLENCE VERBAL • Ancaman kejahatan • Suara keras • Kasar • Kata-kata sarcastic

INDIKATOR VIOLENCE VERBAL • Ancaman kejahatan • Suara keras • Kasar • Kata-kata sarcastic • Kata-kata menekan • Respons tidak logis • Berteriak, menjerit • Kondisi takut dan atau curiga PERILAKU • Rahang kaku • Dahi berkerut • Tatapan mata tajam • Muka dan leher memerah • Menyeringai • Dilatasi pupil • Gerakan cepat • Tinju mengepal • Kewaspadaan meningkat

PERILAKU AGRESIF DAPAT BERKAITAN DENGAN • Obat-obatan depressants CNS (misl. Alkohol, benzodiazepines) • Stimulan

PERILAKU AGRESIF DAPAT BERKAITAN DENGAN • Obat-obatan depressants CNS (misl. Alkohol, benzodiazepines) • Stimulan (cocain, amphetamines) • Hallucinogens (PCP, LSD) • Narcotics (morphine, oxcycontin)

PERENCANAAN & IMPLEMENTASI PADA VIOLENCE • Hubungan terapeutik • Milieu manajemen • Jarak &

PERENCANAAN & IMPLEMENTASI PADA VIOLENCE • Hubungan terapeutik • Milieu manajemen • Jarak & lokasi • Desain arsitektural • Pola staffing • Tingkat aktivitas • Setting pembatasan • Intervensi farmakologik • Meningkatkan ketenangan klien (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

MILIEU MANAGEMENT JARAK & LOKASI • Perhatikan teritorial • Privasi • Kepadatan ruangan (Kneisl;

MILIEU MANAGEMENT JARAK & LOKASI • Perhatikan teritorial • Privasi • Kepadatan ruangan (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

DESAIN ARSITEKTURAL • Pengaman • Sediakan telepon jika perlu (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

DESAIN ARSITEKTURAL • Pengaman • Sediakan telepon jika perlu (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

PENERAPAN TERAPI WARNA DI BIDANG KESEHATAN NO GANGGUAN WARNA 1 Depresi Oranye dengan warna

PENERAPAN TERAPI WARNA DI BIDANG KESEHATAN NO GANGGUAN WARNA 1 Depresi Oranye dengan warna pelengkap biru 2 Gelisah Biru dengan warna pelengkap oranye dan hijau 3 Menarik diri Merah dan kuning 4 Harga diri rendah Ungu, oranye, hijau merah 5 Perilaku kekerasan 6 Gangguan proses pikir Hijau, biru dengan warna pelengkap oranye Hijau, ungu

Cegah klien dari injury dengan restrain dan pengasingan • Beritahu klien • Basa situasi

Cegah klien dari injury dengan restrain dan pengasingan • Beritahu klien • Basa situasi dan kondisi klien • Tentukan posisi klien pada kontinuum perilaku agresif • Pahami makna perilaku klien • Ketahui intervensi yang dibutuhkan • Jalin hubungan interpersonal dengan klien • Sesuaikan intervensi dengan kebutuhan klien (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004) •

Strategi untuk menurunkan agresifitas • Pengalihan • Beri latihan • Ubah lingkungan sekitar klien

Strategi untuk menurunkan agresifitas • Pengalihan • Beri latihan • Ubah lingkungan sekitar klien • Lepaskan klien dari jadwal dan tuntutan-tuntutan • Relaksasi • Musik • Berikan periode tenang • Jalani dengan tenang • Berikan cerita atau hitungan • Stop berpikir (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

STOP BERPIKIR • Membantu klien mengubah proses pikir • Dilakukan pada klien yang •

STOP BERPIKIR • Membantu klien mengubah proses pikir • Dilakukan pada klien yang • Berulang-ulang berpikir negatif tentang diri • Khawatir, cemas • Caranya melalui • Visualisasi ---gambarkan lampu merah tanda berhenti pada traffic light • Imajinasi ---imajinasikan mendengarkan orang berhenti bicara • Sensasi ---taktil sensasi suara pintu ditutup (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

PENDIDIKAN KESEHATAN UNTUK KLIEN DAN KELUARGA ANGER MANAGEMENT CLASS • SESI 1= Apakah marah

PENDIDIKAN KESEHATAN UNTUK KLIEN DAN KELUARGA ANGER MANAGEMENT CLASS • SESI 1= Apakah marah itu? • Tanda dan gejala • Penyebab marah • Respon marah; pikiraan perasaan, tindakan • Sesi 2= mengelola marah dengan relaksasi • Pentingnya & manfaat • Respons relaksasi • Demonstrasi dan praktik • Sesi 3 = mengelola marah dengan komunikasi • • Pentingnya & manfaat Proses komunikasi Komunikasi asertif Demonstrasi, role play dan praktik • Sesi 4 = memecahkan masalah • Pentingnya & manfaat • Proses pemecahan masalah • Demostrasi dan praktik • Sesi 5 = kesimpulan= rangkuman • Mengulang seluruh proses • Latihan = merespons situasi • Evaluasi diri

EVALUASI • Menahan diri dari mengucapkan kata-kata yang bersifat amarah • Menahan diri dari

EVALUASI • Menahan diri dari mengucapkan kata-kata yang bersifat amarah • Menahan diri dari menyudutkan orang lain • Menahan diri dari tindakan kekerasan pada orang lain • Teridentifikasi faktor pencetus kekerasan • Teridentifikasi perasaan-perasaan marah atau frustrasi • Terungkap perasaan negatif • Teridentifikasi alternatif pemecahan masalah (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH