ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DHF DISUSUN OLEH

  • Slides: 31
Download presentation
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DHF DISUSUN OLEH : SULARNI DEWI RAHMI ALI BAHTIAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DHF DISUSUN OLEH : SULARNI DEWI RAHMI ALI BAHTIAR LYDIA MOJI LAUTAN

BAB I LATAR BELAKANG Sampai saat ini penyakit DHF/ DBD masih menjadi masalah kesehatan

BAB I LATAR BELAKANG Sampai saat ini penyakit DHF/ DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Angka kesakitan dan kematian DHF di berbagai Negara sangat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, seperti: status kekebalan dari populasi, kepadatan Vektor dan frekuensi penularan , Prevalensi Serotype Virus Dengue dan keadaan cuaca. Angka kejadian DHF di RS UD Tarakan pada bulan September adalah 46 kasus dari 171 atau 27% pasien yang ada. Berdasarkan data tersebut maka kelompok tertarik untuk mengambil kasus ini sebagai bahan untuk diskusi.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A Definisi DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan

BAB II TINJAUAN TEORITIS A Definisi DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi : 2001). Demam dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak -anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama terinfeksi virus ( Arif Mansjur : 2001).

B. ETIOLOGI Penyebab utama : - virus dengue tergolong albovirus Vektor utama : -

B. ETIOLOGI Penyebab utama : - virus dengue tergolong albovirus Vektor utama : - Aedes aegypti. - Aedes albopictus.

C. MANIFESTASI KLINIS masa inkubasi DHF 13 -15 hari. Ø Penderita biasanya mengalami demam

C. MANIFESTASI KLINIS masa inkubasi DHF 13 -15 hari. Ø Penderita biasanya mengalami demam akut , sering disertai menggigil. Ø Adanya gejala pendarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom) dan pendarahan lain (epitaksis, hematemesis, hematuri, dan melena) Ø Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan. Ø Keluhan pada pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia) diare, konstipasi. Ø Keluhan pada sistem tubuh lain : - Nyeri atau sakit kepala. - Nyeri pada otot, tulang, dan sendi (break bone fever) - Nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati - Pegal-pegal pada seluruh tubuh - Kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka - Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan foto fobia. Otot-otot sekitar mata sakit apabila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal. - Trombosit < 500. 000 / mm 3 Ø Pada penderita DHF sering dijumpai pembesaran hati (hepatomegali), limpa (splenomegali) dan kelenjer getah bening yang akan kembali normal pada masa penyembuhan.

D. PATOFISIOLOGI Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan

D. PATOFISIOLOGI Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C 3 dan C 5 akan dilepas C 3 a dan C 5 a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.

 E. KLASIFIKASI DHF Derajat I Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.

E. KLASIFIKASI DHF Derajat I Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2 -7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi. Derajat II Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi. Derajat III Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120 x/mnt ) tekanan nadi sempit ( < 120 mm. Hg ), tekanan darah menurun, ( 120/80 120/100 120/110 90/70 80/0 ) Derajat IV Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur ( denyut jantung 140 x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

 F. Diagnosa Banding Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti

F. Diagnosa Banding Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti : a. Demam chiku nguya. Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400 C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot. b. Demam tyfoid Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif. c. Anemia aplastik Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia. d. Purpura trombositopenia idiopati (ITP) Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah § Trombosit menurun. § HB meningkat lebih 20 % §

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah § Trombosit menurun. § HB meningkat lebih 20 % § HT meningkat lebih 20 % § Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3 § Protein darah rendah § Ureum PH bisa meningkat § NA dan CL rendah § Serology : HI (hemaglutination inhibition test). Uji test tourniket (+) Urine : Albuminurial ringan Sumsum tulang Awal hiposelular kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi. Hari ke-10 biasanya kembali normal. Foto thorak Mungkin dijumpai pleural Efusion USG Hematomegali - Splenomegali

H. KOMPLIKASI v DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan ginjal, otak,

H. KOMPLIKASI v DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan ginjal, otak, jantung, paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta menyebabkan kematian. v Ensepalopati. v Gangguan kesadaran yang disertai kejang. v Disorientasi, prognosa buruk.

I. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan Keperawatan 1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam

I. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan Keperawatan 1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam - Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam - Observasi intik output - Pada pasien. DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres - Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus. - Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o 2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt. 2. Resiko Perdarahan - Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena - Catat banyak, warna dari perdarahan - Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestina 3. Peningkatan suhu tubuh - Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik - Beri minum banyak - Berikan kompres

J. PENGKAJIAN Ø Riwayat kesehatan - Riwayat kesehatan sekarang. Biasanya klien demam, lemah, sakit

J. PENGKAJIAN Ø Riwayat kesehatan - Riwayat kesehatan sekarang. Biasanya klien demam, lemah, sakit kepala, anemia, nyeri ulu hati dan nyeri otot. - Riwayat kesehatan keluarga. Sebelumnya apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Ø Riwayat kesehatan dahulu Apakah sebelumnya klien pernah mengalami penyakit yang sama. Ø Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum Kesadaran : Composmentis, samnolen, koma (tergantung derajat DHF) TTV : Biasanya terjadinya penurunan 2) Kepala - Wajah : Kemerahan (flushig), pada hidung terjadi epistaksis - Mulut : Perdarahan gusi, muosa bibir kering dan kadang-kadang lidah kotor dan hiperemia pada tenggorokan - Leher : Tidak ada masalah 3) Paru : Pernafasan dangkal, pada perkusi dapat ditemukan bunyi redup karena efusi fleura 4)Abdomen : Nyeri ulu hati, pada palpasi dapat ditemukan pembesaran hepar dan limpa 5) Ekstremitas : Nyeri sendi 6) Kulit : Ditemukan ptekie, ekimosis, purpura, hematoma, hyperemia

K. Diagnosa Keperawatan 1. Peningkatan suhu tubuh b. d proses penyakit (viremia). 2. Nyeri

K. Diagnosa Keperawatan 1. Peningkatan suhu tubuh b. d proses penyakit (viremia). 2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit. 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. 4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma. 5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. 6. Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh. 7. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia. 8. Cemas berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan

BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN Identitas Nama Klien : Nn. P Usia :

BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN Identitas Nama Klien : Nn. P Usia : 32 th Jenis kelamin : perempuan Pendidikan : SLTA Agama : Islam Suku : Jawa Pekerjaan : Karyawan Rumah Makan Alamat : Pesing Poglar Rt 08/02 Ked aung Kali Angke Jakarta Barat Ruangan : di ruang Dahlia RS Tarakan MRS : 3 Oktober 2009 jam 01. 00 WIB N 0 RM : 88 -03 -36 Diagnosa Medik : DHF, obs hematemesis melena dan trombositopenia

Status kesehatan klien : alasan masuk RS : Badan panas, muntah warna hitam Status

Status kesehatan klien : alasan masuk RS : Badan panas, muntah warna hitam Status kesehatan masa lalu : klien pernah dirawat di RS tahun 1996 dengan DHF. Data Penunjang 1). Laboratorium Tanggal 3 -10 -2009 : Hemoglobin 9, 5 gr/dl, hematoktit 28, 3%, eritrosit 3, 19 juta/ul, lekosit 4600/ul, trombosit 39. 000 mm , Ig. G anti dengue (+), Ig. M anti dengue (+). Tanggal 4 -10 -2009 : gambaran darah tepi : parasitopenia , susp. Anemia aplastik DD/ infeksi virus Tanggal 5 -10 -2009: Hemoglobin 7, 4 gr/dl, Hematokrit 22, 3%, eritrosit 2, 54 juta/ul, lekosit 1400/ul, trombosit 30. 000 mm, sedang diperiksakan skrining HIV 2). Radiologi Thorak photo : splenomegali 3). Obat-obatan Mucin 3 xc 1, sistenol 3 x 1 tab, vitamin K 3 x 2 amp, adona 3 x 1 amp (50 mg), transamin 3 x 1 amp, ranitidine 2 x 1 amp, ceftrixon 1 x 1 gr, IVFD asering 8 jam/kolf 4). Diet Lunak

Resume NN. P berusia 32 tahun, masuk ruang Dahlia pada tanggal 3 oktober 2009

Resume NN. P berusia 32 tahun, masuk ruang Dahlia pada tanggal 3 oktober 2009 pukul 01. 00 WIB dengan diagnosa observasi hematemesis melena dan trombositopenia. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 5 Oktober 2009 ditemukan data sebagai berikut : klien datang ke RS karena muntah darah warna coklat kehitaman beberapa kali 2 jam SMRS, demam dan BAB warna hitam, klien mengatakan demam satu hari sebelum masuk RS, klien mengeluh badannya lemas, tidak selera makan, BB 2 minggu yang lalu 50 kg, bisa minum banyak 1 btl aqua besar/hari, klien mengatakan BAB masih berwarna hitam terakhir BAB tadi malam jam 21. 00 WIB. Muka klien tampak pucat, , konjunungtiva tampak anemis, kapilari reffil > 2 menit, ekstremitas teraba dingin, bibir kering, turgor kulit sedang, kembali dalam 2 dtk, observasi tanda vital suhu 36, 50 C nadi 82 x/mnt, TD 110/70 mm. Hg, RR 20 X/mnt. BB 46 kg. Data Penunjang dari hasil laboratorium tanggal 3 -10 -2009 : Hemoglobin 9, 5 gr/dl, hematoktit 28, 3%, eritrosit 3, 19 juta/ul, lekosit 4600/ul, trombosit 39. 000 mm , Ig. G anti dengue (+), Ig. M anti dengue (+), tanggal 4 -10 -2009 : gambaran darah tepi : pansitopenia susp. Anemia aplastik DD/ infeksi virus, tanggal 5 -102009: Hemoglobin 7, 4 gr/dl, Hematokrit 22, 3%, eritrosit 2, 54 juta/ul, lekosit 1400/ul, trombosit 30. 000 mm, Gambaran darah tepi : Pansitopenia suspect amemia apastik DD/ infeksi virus, sedang diperiksakan skrining HIV. Dari hasil Radiologi: Thorak photo : splenomegali. Adapun obat-obatannya adalah Mucin 3 xc 1, sistenol 3 x 1 tab, vitamin K 3 x 2 amp, adona 3 x 1 amp (50 mg), transamin 3 x 1 amp, ranitidine 2 x 1 amp, ceftrixon 1 x 1 gr, IVFD asering 8 jam/kolf. Diet yang diberikan adalah diit lunak.

Analisa Data 1. Data Subyektif : Klien mengatakan BAB warna hitam Klien mengatakan bisa

Analisa Data 1. Data Subyektif : Klien mengatakan BAB warna hitam Klien mengatakan bisa minum banyak 1500 cc/hari BAK : 2000 cc/hari Data Obyektif : Bibir tampak kering Turgor kulit sedang kembali dalam 2 detik Obsevasi tanda-tanda vital suhu 36, 50 c, nadi 82 x/mnt, TD 110/70 mm. Hg, Hemoglobin 7, 4 gr/dl, Hematokrit 22, 3%, eritrosit 2, 54 juta/ul, lekosit 1400/ul, trombosit 30. 000 mm, Ig. G anti dengue (+), Ig. M anti dengue (+) Masalah : Devisite volume cairan Etiologi : Peningkatan permeabilitas vaskuler

2. Data Subyektif klien datang ke RS karena muntah darah warna coklat kehitaman beberapa

2. Data Subyektif klien datang ke RS karena muntah darah warna coklat kehitaman beberapa kali 2 jam SMRS Klien mengatakan BAB masih berwarna hitam terakhir BAB tadi malam jam 21. 00 WIB klien mengeluh badannya lemas Data Subyektif : Melena (+), Obsevasi tanda-tanda vital suhu 36, 50 c, nadi 82 x/mnt, TD 110/70 mm. Hg Hemoglobin 7, 4 gr/dl, Hematokrit 22, 3%, eritrosit 2, 54 juta/ul, lekosit 1400/ul, trombosit 30. 000 mm Masalah : Resiko tinggi syok hipovolemik Etiologi : Perdarahan gastrointestinal

3. Data Subyektif Klien mengeluh badannya lemas, tidak selera makan, BB 2 minggu yang

3. Data Subyektif Klien mengeluh badannya lemas, tidak selera makan, BB 2 minggu yang lalu 50 kg Data Obyektif Muka klien tampak pucat BB 46 kg Hemoglobin 7, 4 gr/dl Masalah : Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Etiologi : intake inadekuat

Diagnosa Keperawatan 1. Devisite volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas vaskuler 2. Resiko tinggi

Diagnosa Keperawatan 1. Devisite volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas vaskuler 2. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan Perdarahan gastrointestinal 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat

Rencana Keperawatan 1. Devisite volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas vaskuler Intervensi : 1)

Rencana Keperawatan 1. Devisite volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas vaskuler Intervensi : 1) Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital. 2) Observasi tanda-tanda syock. 3) Anjurkan pasien untuk banyak minum. 4)Catat intake dan output. 5) Berikan cairan intravena sesuai program dokter 6)Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit

2. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan Perdarahan gastrointestinal Intervensi : 1)Monitor keadaan umum

2. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan Perdarahan gastrointestinal Intervensi : 1)Monitor keadaan umum pasien 2)Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam. 3)Monitor tanda perdarahan. 4)Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit 5) Berikan terapi koagulasi sesuai program pengabatan 6 )Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik. 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake inadekuat Intervensi 1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien 2) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur. 3) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering. 4) Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari. 5)Anjurkan klien untuk melakukan oral hygiene secara rutin 6) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi proses

A. Pengkajian BAB IV PEMBAHASAN Etiologi dari penyakit DHF adalah virus dengue yang ditularkan

A. Pengkajian BAB IV PEMBAHASAN Etiologi dari penyakit DHF adalah virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk betina aiedes aegypti dan aiedes albovictus. Hal tersebut pula terjadi pada kasus Nn P. Tanda dan gejala yang ditemukan pada klien adalah badan terasa lemas, suhu tubuh meningkat, hematemesis dan melena, dari hasil laboratorium menunjukkan hemoglobin 7, 4 gr/dl, hematokrit 22, 3%, eritrosit 2, 54 juta/ul, lekosit 1400/ul, trombosit 30. 000 mm, Ig. G anti dengue (+), Ig. M anti dengue (+), sedangakan tanda dan gejala yang tidak ditemukan pada klien adalah petechie, nyeri yang berhubungan dengan proses patologis penyakit. Untuk pemberian terapi pada teori sesuai dengan kasus yaitu mucin 3 xc 1, sistenol 3 x 1 tab, vitamin K 3 x 2 amp, adona 3 x 1 amp (50 mg), transamin 3 x 1 amp, ranitidine 2 x 1 amp, ceftrixon 1 x 1 gr, IVFD asering 8 jam/kolf. Diet yang diberikan adalah diit lunak. Faktor pendukung pada saat kelompok melakukan pengkajian yaitu klien dan keluarga sangat kooperatif dalam memberikan penjelasan dan keterangan yang dibutuhkan, serta data yang ada pada status klien yang juga lengkap. Pada saat pengkajian tidak ditemui adanya hambatan.

B. Diagnosa Keperawatan yang terdapat pada teori ada 8 diagnosa sedangkan yang ada pada

B. Diagnosa Keperawatan yang terdapat pada teori ada 8 diagnosa sedangkan yang ada pada kasus penulis hanya menemukan 3 diagnosa prioritas yang spesifik, yaitu devisite volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas vaskuler, resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan Perdarahan gastrointestinal, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat, sedangkan 5 diagnosa lainnya peningkatan suhu tubuh b. d proses penyakit (viremia), nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit, gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia. Cemas berhubungan dengan kondisi pasien yang diagnose memburuk dan perdarahan tidak kelompok angkat karena tidak ditemukan data –data yang menunjang pengangkatan diagnose tersebut. Faktor pendukung yang kelompok dapatkan dalam pembuatan diagnose keperawatan yaitu klien dan keluarga sangat kooperatif dan dilihat dari tanda dan gejala yang ada pada klien menunjang diagnos tersebut. Dalam menegakkan diagnose penulis tidak menemukan hambatan yang berarti.

C. Perencanaan Pada tahap perencanaan, diagnose prioritas yang kelompok temukan pada kasustidak sama dengan

C. Perencanaan Pada tahap perencanaan, diagnose prioritas yang kelompok temukan pada kasustidak sama dengan teori. Diagnosa pada teori peningkatan suhu tubuh b. d proses penyakit (viremia) sedangkan pada kasus tidak ditemukan karena klien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh, sedangkan diagnosa prioris yang ditemu pada kasus yaitu Devisite volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas vaskuler , resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan, perdarahan gastrointestinal, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuata. Pada ketiga diagnose yang kelompok temukan semua perencanaan pada kasus sesuai dengan teori. Faktor pendukung pada saat penulis melakukan perencanaan yaitu klien yang kooperatif.

D. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan pada ketiga diagnose yang kelompok temukan yaitu devisite volume

D. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan pada ketiga diagnose yang kelompok temukan yaitu devisite volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas vaskuler, resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan Perdarahan gastrointestinal, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat, semua intervensi yang telah kelompok rencanakan , semua dapat dilaksanakan. Faktor pendukung pada saat kelompok melakukan tindakan keperawatan yaitu karena telah terbinanya hubungan saling percaya antara kelompok dengan klien dan keluarga serta klien kooperatif terhadap kelompok dan juga adanya kerja sama antar anggota kelompok, sedangkan factor penghambat yang kelompok temukan karena terbatasnya waktu.

E. Evaluasi Pada tahap evaluasi untuk diagnosa devisite volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

E. Evaluasi Pada tahap evaluasi untuk diagnosa devisite volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas vaskuler tanggal 7 -10 -2009, masalah teratasi sebagian ditandai dengan Klien mengatakan sejak siang minum ½ botol besar, TD 110/70 mm. Hg, nadi 88 x/mnt, suhu 36 O C, RR 20 x/mnt , Hb 7, 0 g/dl, Ht 21, 4 v 0 l%, eritrosit 2, 38 juta/ul, leukosit 1 1600/ul, trombosit 41. 000 mm, untuk resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan perdarahan gastrointestinal masalah masih beresiko ditandai dengan klien mengatakan BAB terakhir tadi pagi, warna kehijauan, Hb 7, 0 g/dl, Ht 21, 4 v 0 l%, eritrosit 2, 38 juta/ul, leukosit 1 1600/ul, trombosit 41. 000 mm, dan untuh diagnose gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat, masalah teratasi sebagian ditandai dengan klien mengatakan mual tak ada lagi, selera makan ada makan habis 1 porsi, Hb 7, 0 g/dl. Pada tahap evaluasi sudah sesuai antara teori dan kasus yaitu kelompok menggunakan metoda/system “SOAP” dalam mengevaluasi aktivitas dari proses keperawatan. Faktor pendukung pada tahap evaluasi yakni klien kooperatif dan mau mengukuti aa ang dianjurkan oleh kelompok , dalam hal untuk penyembuhan klien sedangkan kelompok tidak menemukan factor penghambat dalam hal ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Faktor penyebab timbulnya penyakit DHF pada klien

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Faktor penyebab timbulnya penyakit DHF pada klien adalah virus Dengue Hemorragic Fever (DHF) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina sedangkan manifestasi klinik yang ditemukan pada klien antara lain mual, nafsu makan menurun, hematemesis melena, Pemerikssan diagnosa yang dilakukan pada klien terdiri dari pemeriksaan laboratorium antara lain DPL, Darah tepi, skrining HIV, sedangkan pada pemeriksaan radiologi (thorak foto) kesan splenomegali. Terapi yang diberikan antara lain Mucin 3 xc 1, sistenol 3 x 1 tab, vitamin K 3 x 2 amp, adona 3 x 1 amp (50 mg), transamin 3 x 1 amp, ranitidine 2 x 1 amp, ceftrixon 1 x 1 gr, IVFD asering 8 jam/kolf. Diet yang diberikan adalah diit lunak. Diagnosa Keperawatan yang ditemukan defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas vaskuler, resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat Perencanaan Keperawatan dibuat sesuai dengan teori yang ada, semua perencanaan keperawatan dapat diimplementasikan dan tidak ditemukan faktor hambatan. Evaluasi dari hasil tindakan asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada klien untuk diagnosa keperawatan yang ditemukan defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas vaskuler teratasi sebagian, resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal masalah masih berisiko, sedangkan diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat teratasi sebagian.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan: Perawat Ruangan Perawat ruangan diharapkan tetap

B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan: Perawat Ruangan Perawat ruangan diharapkan tetap melakukan observasi keadaan klien, mengukur balance cairan per 24 jam dan monitoring adanya perdarahan dan hasil pemeriksaan laboratorium Keluarga Diharapkan keluarga mendukung dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH