YULIATI SKp MM Universitas Esa Unggul Sistem Pernapasan

  • Slides: 103
Download presentation
YULIATI, SKp, MM Universitas Esa Unggul

YULIATI, SKp, MM Universitas Esa Unggul

Sistem Pernapasan : Susunan saraf pusat (medulla) Sistem saraf perifer (phrenic nerve) Otot-otot pernapasan

Sistem Pernapasan : Susunan saraf pusat (medulla) Sistem saraf perifer (phrenic nerve) Otot-otot pernapasan Dinding dada Paru Jalan napas atas Bronkus dan cabang 2 -nya Alveoli Pembuluh darah pulmoner

POTENTIAL CAUSES OF RESPIRATORY FAILURE

POTENTIAL CAUSES OF RESPIRATORY FAILURE

FISIOLOGI Respirasi adalah : v Peristiwa masuk udara (O 2) ke dalam paru v

FISIOLOGI Respirasi adalah : v Peristiwa masuk udara (O 2) ke dalam paru v Proses metabolisme v Pengeluaran CO 2 dan H 2 O hasil metabolisme

RESPIRASI q Ventilasi q Difusi q Perfusi

RESPIRASI q Ventilasi q Difusi q Perfusi

VENTILASI Peristiwa masuk dan ke luar udara ke dalam paru Inspirasi Ekspirasi

VENTILASI Peristiwa masuk dan ke luar udara ke dalam paru Inspirasi Ekspirasi

VENTILASI q Inspirasi : aktif karena konstraksi otot-otot pernapasan q Ekspirasi : pasif karena

VENTILASI q Inspirasi : aktif karena konstraksi otot-otot pernapasan q Ekspirasi : pasif karena elastik recoil paru (daya elastisiti paru)

DIFUSI Peristiwa perpindahan : • O 2 dari alveol ke kapiler dan • CO

DIFUSI Peristiwa perpindahan : • O 2 dari alveol ke kapiler dan • CO 2 dari kapiler ke alveol

PERFUSI ü Distribusi darah di paru ü Dalam 1 menit darah mengalir 5 liter

PERFUSI ü Distribusi darah di paru ü Dalam 1 menit darah mengalir 5 liter

Gagal Napas

Gagal Napas

Definisi • Ketidakmampuan paru memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. • Kegagalan oksigenasi jaringan dan atau

Definisi • Ketidakmampuan paru memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. • Kegagalan oksigenasi jaringan dan atau homeostasis CO 2 • Gagal napas bila : Pa. O 2 < 60 mm. Hg atau Pa. CO 2 > 50 mm. Hg

ASIDOSIS ALKALOSIS GANGGUAN ASAM-BASA 35<p. CO 2<45 NORMAL RESPIRATORIK METABOLIK 7, 35 7, 45

ASIDOSIS ALKALOSIS GANGGUAN ASAM-BASA 35<p. CO 2<45 NORMAL RESPIRATORIK METABOLIK 7, 35 7, 45 22<HCO 3<26

ASIDOSIS ALKALOSIS p. CO 2>45 p. CO 2<35 RESPIRATORIK 7, 35 METABOLIK 7, 45

ASIDOSIS ALKALOSIS p. CO 2>45 p. CO 2<35 RESPIRATORIK 7, 35 METABOLIK 7, 45 HCO 3<22 HCO 3>26

GAGAL NAPAS HIPOKSEMIK PENYEBAB HIPOKSEMIA ARTERI 1. . Fi. O 2 2. Hipoventilasi 3.

GAGAL NAPAS HIPOKSEMIK PENYEBAB HIPOKSEMIA ARTERI 1. . Fi. O 2 2. Hipoventilasi 3. Gangguan difusi 4. Shunt intrapulmoner

Penilaian Hipoksemia ■ Pa. O 2 80– 100 mm. Hg normal ■ 60 mm.

Penilaian Hipoksemia ■ Pa. O 2 80– 100 mm. Hg normal ■ 60 mm. Hg < Pa. O 2 < 80 mm. Hg ringan ■ 40 mm. Hg < Pa. O 2 < 60 mm. Hg sedang ■ Pa. O 2 < 40 mm. Hg berat

GAGAL NAPAS HIPERKAPNIK • • • Disfungsi pusat pernapasan Overdosis obat, CVA, tumor, hipotiroidisme

GAGAL NAPAS HIPERKAPNIK • • • Disfungsi pusat pernapasan Overdosis obat, CVA, tumor, hipotiroidisme Penyakit Neuromuskular Penyakit dinding dada dan pleura Obstruksi jalan napas atas Kerusakan jalan napas perifer

PRINSIP PENATALAKSANAAN • Tujuan pertama mengatasi hipoksemia • Tujuan kedua mengontrol Pa. CO 2

PRINSIP PENATALAKSANAAN • Tujuan pertama mengatasi hipoksemia • Tujuan kedua mengontrol Pa. CO 2 dan asidosis respiratorik • Obati underlying disease • CNS perlu dimonitor • Kebutuhan konsentrasi O 2 : Terapi O 2

Device Usual flow range Approximate O 2 concentration 1. Nasal cannula 2. Simple mask

Device Usual flow range Approximate O 2 concentration 1. Nasal cannula 2. Simple mask 3. Nonrebreathing mask 1– 6 L/min 5– 10 L/min Flow must be high enough to prevent full collapse of reservoir bag during inhalation; flows ≥ 12 L/min are often required 4. Air entrainment mask Use at least the flow stamped on colored adapter ≥ 30 L/min 24– 40% 30– 60% Theoretically, a non-rebreathing mask will deliver close to 100% O 2; in reality, however, it delivers concentrations of 60– 80% because the mask does not fit tightly over the face O 2 concentration is stamped on the colored adapter 5. High-flow Oxygen System 24– 100%, set by air and O 2 flow meters on blender

Nasal cannula Simple mask Non-rebreathing mask Air entrainment mask

Nasal cannula Simple mask Non-rebreathing mask Air entrainment mask

Aerosol mask High-flow O 2 delivery system Tracheostomy mask T-piece

Aerosol mask High-flow O 2 delivery system Tracheostomy mask T-piece

ASMA

ASMA

Asma akut/Serangan asma/ Asma eksaserbasi • Peningkatan § sesak napas, § batuk, § mengi

Asma akut/Serangan asma/ Asma eksaserbasi • Peningkatan § sesak napas, § batuk, § mengi atau § chest tightness yg progresif atau kombinasi gejala tersebut.

SERANGAN ASMA BERAT 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Sesak

SERANGAN ASMA BERAT 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Sesak napas Posisi Berbicara Kesadaran RR Otot bantu napas HR Mengi Pulsus paradoksus APE L/menit) 11. Pa. O 2 12. Pa. CO 2 13. Saturasi O 2 : saat istirahat : duduk membungkuk : kata demi kata : biasanya agitasi : > 30 x/menit : biasanya ada : > 120 x/menit : ekspirasi & inspirasi : sering ada > 25 mm. Hg : < 60 % (< 100 : < 60 mm. Hg : > 45 mm. Hg : < 90 %

Pengobatan Awal § Inhalasi agonis 2 kerja cepat, tiap 20 menit dalam 1 jam

Pengobatan Awal § Inhalasi agonis 2 kerja cepat, tiap 20 menit dalam 1 jam § O 2 saturasi oksigen > 90 % (95% pada anak) § Glukokortikosteroid sistemik bila: § tidak ada respons cepat, § pasien menggunakan steroid oral atau § serangan berat § Sedasi: kontraindikasi

Rekomendasi obat

Rekomendasi obat

Rawat di ICU § Inhalasi agonis 2 + antikolinergik § Glukokortikosteroid IV § Pertimbangkan

Rawat di ICU § Inhalasi agonis 2 + antikolinergik § Glukokortikosteroid IV § Pertimbangkan agonis 2 IV, SC atau IM § Oksigen § Metilxantin IV § Kemungkinan intubasi dan ventilasi mekanis

HEMOPTISIS

HEMOPTISIS

Istilah hemoptisis Ekspektorasi darah : • perdarahan pada saluran napas di bawah laring, •

Istilah hemoptisis Ekspektorasi darah : • perdarahan pada saluran napas di bawah laring, • perdarahan yg keluar ke saluran napas di bawah laring. • Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar sehingga etiologinya harus dicari melalui pemeriksaan yang seksama

Etiologi • Kelainan jantung : stenosis mitral, endokarditis trikuspid • Infeksi : tuberkulosis, necrotizing

Etiologi • Kelainan jantung : stenosis mitral, endokarditis trikuspid • Infeksi : tuberkulosis, necrotizing pneumonia (Staphyllococcus, Klebsiella, Legionella), jamur, parasit dan virus • Kelainan paru seperti bronkitis, bronkiektasis, emboli paru, kistik fibrosis, emfisema bulosa • Neoplasma : kanker paru, adenoma bronkial, tumor metastasis • Trauma : jejas toraks, ruptur bronkus, emboli lemak

Etiologi • Kelainan pembuluh darah : hipertensi pulmoner, malformasi arterivena, aneurisma aorta • Kelainan

Etiologi • Kelainan pembuluh darah : hipertensi pulmoner, malformasi arterivena, aneurisma aorta • Kelainan hematologis : disfungsi trombosit, trombositopenia, disseminated intravascular coagulation (DIC) • Iatrogenik : bronkoskopi, biopsi paru, kateterisasi Swan-Ganz, limfangiografi • Kelainan sistemik : sindrom Goodpasture, idiopathic pulmonary hemosiderosis, systemic lupus erithematosus, vaskulitis (granulomatosis Wegener, purpura Henoch-Schoenlein, sindrom Chrug-Strauss) • Obat/toksin : aspirin, antikoagulan, penisilamin, kokain • Lain-lain : endometriosis, bronkolitiasis, fistula bronkopleura, benda asing, hemoptisis kriptogenik, amiloidosis

Kekerapan etiologi • Amerika § Beberapa dekade lalu : TB, bronkiektasis § Sekarang :

Kekerapan etiologi • Amerika § Beberapa dekade lalu : TB, bronkiektasis § Sekarang : Ca + bronkitis • Negara berkembang : penyakit infeksi • RS Persahabatan (Retno W, dkk) : TB, bronkiektasis, bekas TB, Ca paru

Kriteria batuk darah masif • Berbagai literatur bervariasi - Bleeding rate 100 – 1000/24

Kriteria batuk darah masif • Berbagai literatur bervariasi - Bleeding rate 100 – 1000/24 jam 1. Hemoptisis ringan : < 25 cc/24 jam 2. Hemoptisis berat : 25 – 250 cc/24 jam 3. Hemoptisis masif

Derajat hemoptisis • RS Persahabatan tahun 1978 (kriteria Busroh) 1. Batuk darah sedikitnya 600

Derajat hemoptisis • RS Persahabatan tahun 1978 (kriteria Busroh) 1. Batuk darah sedikitnya 600 m. L /24 jam 2. Batuk darah < 600 m. L/24 jam, tapi lebih dari 250 m. L/24 jam, Hb < 10 g% dan masih terus berlangsung 3. Batuk darah < 600 m. L/24 jam, tapi lebih dari 250 m. L/24 jam, Hb > 10 g% dalam 48 jam belum berhenti.

DIAGNOSIS BATUK DARAH • Anamnesis teliti Bedakan dengan hematemesis, epistaksis dan perdarahan gusi •

DIAGNOSIS BATUK DARAH • Anamnesis teliti Bedakan dengan hematemesis, epistaksis dan perdarahan gusi • Pemeriksaan Fisik Selain toraks, periksa organ lain THT, abdomen dll

Perbedaan hemoptisis dengan hematemesis Hemoptisis Beda Hematemesis Warna Merah segar dan berbusa Merah gelap

Perbedaan hemoptisis dengan hematemesis Hemoptisis Beda Hematemesis Warna Merah segar dan berbusa Merah gelap atau hitam PH Basa Asam Konsistensi Dapat bercampur dahak Dapat bercampur dengan makanan Gejala Diikuti dengan batuk atau mungkin didahului suara seperti berkumur Dapat didahului dengan mual

Pemeriksaan Laboratorium • • Darah rutin : Hb, leko, Ht Faal hemostasis Sputum BTA,

Pemeriksaan Laboratorium • • Darah rutin : Hb, leko, Ht Faal hemostasis Sputum BTA, MO & jamur Sitologi sputum Pemeriksaan Radiologis • Foto toraks PA dan lateral • CT scan toraks

Manajemen hemoptisis masif Tujuan: • Cegah asfiksia • Lokalisir sumber perdarahan • Hentikan perdarahan

Manajemen hemoptisis masif Tujuan: • Cegah asfiksia • Lokalisir sumber perdarahan • Hentikan perdarahan • Cari sebab perdarahan • Terapi kausal

Dweik & Stoller (3 Tahap Penatalaksanaan) 1 Pembebasan jalan napas & stabilisasi: • Tenangkan

Dweik & Stoller (3 Tahap Penatalaksanaan) 1 Pembebasan jalan napas & stabilisasi: • Tenangkan dan istirahat (tirah baring), jangan takut membatukkan darah • Jaga potensi jalan napas suction, bronkoskopi • Resusitasi cairan (kristaloid / koloid)

Pembebasan jalan napas & stabilisasi • Transfusi darah jika Ht < 25 – 30%,

Pembebasan jalan napas & stabilisasi • Transfusi darah jika Ht < 25 – 30%, Hb < 10 g%, masih berlangsung • Hemostatik (kontroversial): as. tranexamat, karbazokrom, Vit K/Vit C • Gelisah sedasi ringan, batuk eksesif penekan batuk • Faal hemostasis koreksi

Tindakan saat hemoptisis § KU dan refleks batuk baik duduk, pimpin batuk § KU

Tindakan saat hemoptisis § KU dan refleks batuk baik duduk, pimpin batuk § KU berat, refleks batuk tidak adekuat Trendelenberg ringan, lateral dekubitus sisi sakit, ETT > 7, 5 § Gagal napas ventilator

2 Lokalisir dan cari sumber perdarahan Setelah stabil lokalisasi sumber Ro PA dan lateral

2 Lokalisir dan cari sumber perdarahan Setelah stabil lokalisasi sumber Ro PA dan lateral CT scan toraks (+ kontras) Bronkial angiografi Bronkoskop serat optik Bronkoskop rigid

3 Terapi Spesifik Tujuan: hentikan & cegah rekurensi Dengan bronkoskop (rigid / BSOL) •

3 Terapi Spesifik Tujuan: hentikan & cegah rekurensi Dengan bronkoskop (rigid / BSOL) • Bilas Na. Cl 0, 9% dingin vasokonstriksi • Bilas epinefrin (1: 20. 000) • Trombin, trombin – fibrinogen • Tamponade endobronkial (kateter balon) • Fotokoagulasi laser (Nd-YAG) pada lesi endobronkial

Manajemen pembebasan Airway • Pengisapan via bronkoskop BSOL, baik double lumen, rigid • Tamponade

Manajemen pembebasan Airway • Pengisapan via bronkoskop BSOL, baik double lumen, rigid • Tamponade dengan BSOL Pada segmen / subsegmen diikuti pengisapan bronkus distal kolaps kompresi sumber

Manajemen pembebasan Airway § Pemasangan ETT Memudahkan bronkoskopi Lokalisir perdarahan ETT : konvensional, Robertshaw,

Manajemen pembebasan Airway § Pemasangan ETT Memudahkan bronkoskopi Lokalisir perdarahan ETT : konvensional, Robertshaw, Carlen’s catheter § Tamponade balon Isolasi perdarahan lobus, segmen Fogarty, Inoue via BSOL / rigid, 24 jam – beberapa hari.

Manajemen pembebasan Airway § Fibrin glue Melalui BSOL, fibrin atau fibrin precursors Trombin 5

Manajemen pembebasan Airway § Fibrin glue Melalui BSOL, fibrin atau fibrin precursors Trombin 5 – 10 ml (1000 u/ml) Fibrinogen 2% 5 – 10 ml + trombin 5 – 10 ml BSOL dibiarkan 5 menit § Koagulasi laser Pada lesi endobronkial, energi ringan (15 W) § Elektrokauter Alternatif laser, lesi endobronkial, diikuti dengan laser Nd-YAG menembus lebih dalam via BSOL besar / rigid

PNEUMOTORAKS

PNEUMOTORAKS

Definisi • Udara di antara pleura viseral dan pleura parietal • Kebocoran udara ke

Definisi • Udara di antara pleura viseral dan pleura parietal • Kebocoran udara ke dalam rongga pleura akan menyebabkan jaringan paru kolaps sesuai dengan proporsi udara yg memasuki rongga pleura

Perifer Bleb Distensi Pecah Pneumotoraks Udara Ruptur / kebocoran dinding alveol Intertisial paru Septa

Perifer Bleb Distensi Pecah Pneumotoraks Udara Ruptur / kebocoran dinding alveol Intertisial paru Septa lobuler Sentral Pneumomediastinum Patofisiologi

PENYEBAB 1. Cedera jaringan lunak di regio subclavia 2. Trauma trakea 3. Trauma bronkus

PENYEBAB 1. Cedera jaringan lunak di regio subclavia 2. Trauma trakea 3. Trauma bronkus 4. Ruptur alveolar 5. Ruptur pleura visceral 6. Ruptur bullae atau bleb 7. Trauma dinding dada dan pleura parietal 8. Ruptur oesofagus 9. Udara dari abdomen

Klasifikasi pneumotoraks § Spontan § Iatrogenik § Traumatik § Artifisial

Klasifikasi pneumotoraks § Spontan § Iatrogenik § Traumatik § Artifisial

Spontan Primer : tanpa penyakit paru yang jelas Sekunder : ada penyakit dasar Katamenial

Spontan Primer : tanpa penyakit paru yang jelas Sekunder : ada penyakit dasar Katamenial : berkaitan dengan menstruasi (Neonatus) Traumatik Trauma tajam (penetrating chest injury) Trauma tumpul (blunt chest injury) Iatrogenik Prosedur diagnostik atau terapi

TENSION PNEUMOTORAKS Ó Sesak tambah berat Ó Gelisah, kesadaran menurun Ó Tindakan segera

TENSION PNEUMOTORAKS Ó Sesak tambah berat Ó Gelisah, kesadaran menurun Ó Tindakan segera

Tension pneumotoraks • Tekanan intrapleural melebihi tekanan atmosfir baik saat inspirasi maupun ekspirasi •

Tension pneumotoraks • Tekanan intrapleural melebihi tekanan atmosfir baik saat inspirasi maupun ekspirasi • Mekanisme katup • Inspirasi udara masuk, ekspirasi tidak dapat berbalik • Kompresi mediastinum menurunkan CO shg berkurangnya venous return • Hipoksemia disebabkan efek shunt, perubahan fungsi kardiovaskular secara tiba 2 • Pasien terjadi distres; pernafasan cepat, sianosis, berkeringat dan takikardi dan nyeri dada

Tension Pneumotoraks

Tension Pneumotoraks

DIAGNOSIS ANAMNESIS v Sesak napas tiba-tiba v Nyeri dada yg menusuk v Batuk-batuk v

DIAGNOSIS ANAMNESIS v Sesak napas tiba-tiba v Nyeri dada yg menusuk v Batuk-batuk v Perburukan gejala yg cepat (bila ventil) v Riwayat trauma, penyakit paru / tindakan medis

PEMERIKSAAN FISIS Gejala ringan sampai berat : ~ Gelisah - kesadaran menurun ~ Sesak

PEMERIKSAAN FISIS Gejala ringan sampai berat : ~ Gelisah - kesadaran menurun ~ Sesak napas ~ Takikardi sampai bradikardi

PEMERIKSAAN FISIS PARU • Inspeksi : • Palpasi : • Perkusi : • Auskultasi

PEMERIKSAAN FISIS PARU • Inspeksi : • Palpasi : • Perkusi : • Auskultasi : - statis : asimetris, bagian yg sakit cembung - dinamis: yg sakit tertinggal - sela iga melebar - fremitus melemah - hipersonor - pergeseran mediastinum - suara napas melemah - hilang Ket : pemeriksaan / gejala-gejala ini sangat tergantung dari luasnya pneumotoraks dan fungsi paru

PEMERIKSAAN RADIOLOGI u Foto toraks PA + lat : ~ Garis kuncup paru (halus)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI u Foto toraks PA + lat : ~ Garis kuncup paru (halus) ~ Paru kolaps ~ Bayangan radiolusen / avaskular ~ Air-fluid level ~ Pendorongan mediastinum u CT Scan bila foto toraks belum dapat menerangkan

PENATALAKSANAAN UMUM Tujuan : o Mengeluarkan udara dalam rongga pleura o Mengusahakan penyembuhan lesi

PENATALAKSANAAN UMUM Tujuan : o Mengeluarkan udara dalam rongga pleura o Mengusahakan penyembuhan lesi di pleura o Mencegah timbulnya pneumotoraks ulang o Mengurangi masa rawat

PENATALAKSANAAN • Tusuk dengan jarum segera (kontraventil) • Punksi pleura • Mini WSD /

PENATALAKSANAAN • Tusuk dengan jarum segera (kontraventil) • Punksi pleura • Mini WSD / venocath • WSD permanen

Lateral sites: medial axillar line ICS 5 Mid axillar line (MAL)

Lateral sites: medial axillar line ICS 5 Mid axillar line (MAL)

ICS 2 Mid clavicular line (MCL)

ICS 2 Mid clavicular line (MCL)

Kontraventil

Kontraventil

Aspirasi: 1. Abbocath 14 2. 3 -way stop cock 3. 50 m. L syringe

Aspirasi: 1. Abbocath 14 2. 3 -way stop cock 3. 50 m. L syringe 4. Blood set 5. Botol + cairan

 • Mini WSD: § Abbocath 14 § Blood set § Botol + cairan

• Mini WSD: § Abbocath 14 § Blood set § Botol + cairan

WATER SEALED DRAINAGE (WSD)

WATER SEALED DRAINAGE (WSD)

 • Sistem drainage yang menjamin tekanan intra pleura tetap negatif • Seluruh pipa

• Sistem drainage yang menjamin tekanan intra pleura tetap negatif • Seluruh pipa dan botol harus steril • Cairan antiseptik : betadin dalam Nacl 0, 9% • Ujung drain harus selalu terendam

WSD Selang WSD Botol

WSD Selang WSD Botol

Water Sealed Drainage (WSD) Perlu diperhatikan : • Undulasi, bubbles • Produksi & warna

Water Sealed Drainage (WSD) Perlu diperhatikan : • Undulasi, bubbles • Produksi & warna cairan • Infeksi • Jangan tersumbat

Paru Tidak Mengembang Penyebab ü Fistel tidak menutup ü Penebalan pleura ü Sumbatan bronkus

Paru Tidak Mengembang Penyebab ü Fistel tidak menutup ü Penebalan pleura ü Sumbatan bronkus ü Sumbatan pd pipa WSD ü Perlu pertimbangan : • • • Bronkoskopi Torakoskopi Operasi : ~ dekortikasi ~ pleurodesis

Efusi Pleura

Efusi Pleura

Hidropneumotoraks

Hidropneumotoraks

Hidropneumotoraks

Hidropneumotoraks

Drowning (Tenggelam)

Drowning (Tenggelam)

Definisi • Gangguan pernapasan yg disebabkan oleh tenggelam dalam media cair. • Tenggelam: §

Definisi • Gangguan pernapasan yg disebabkan oleh tenggelam dalam media cair. • Tenggelam: § Immersion: wajah dan sal. Napas § Submersion: seluruh tubuh European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005

Drowning • Basic life support (BLS): § § Penyelamatan di air Buka jalan napas

Drowning • Basic life support (BLS): § § Penyelamatan di air Buka jalan napas dan pernapasan buatan Chest compression Defibrilasi • Advanced life support (ALS) § Jalan napas dan pernapasan buatan § Sirkulasi dan defibrilasi European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005

1. Penyelamatan di Air (BLS) • • Saat korban masih di dalam air Perhatikan

1. Penyelamatan di Air (BLS) • • Saat korban masih di dalam air Perhatikan keselamatan penolong Minimalkan bahaya penolong dan korban Jika mungkin, selamatkan korban tanpa masuk ke dalam air • Keluarkan korban dari air secepatnya dg seaman mungkin European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005

1. Penyelamatan di Air • Ajak bicara korban • Capai korban dg alat bantu

1. Penyelamatan di Air • Ajak bicara korban • Capai korban dg alat bantu (tongkat, tali, ban penyelamat, pelampung) • Hati-hati bila ada cedera tulang belakang • Jika mungkin, keluarkan korban dari air dg posisi horizontal European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005

Curiga Cedera Cervical • • Riwayat menyelam Surfer Tanda-tanda trauma Tanda intoksikasi alkohol European

Curiga Cedera Cervical • • Riwayat menyelam Surfer Tanda-tanda trauma Tanda intoksikasi alkohol European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005

2. Pernapasan Buatan (BLS) • Prinsip utama: atasi hipoksemia • Buka jalan napas •

2. Pernapasan Buatan (BLS) • Prinsip utama: atasi hipoksemia • Buka jalan napas • Berikan pernapasan buatan segera selama 1 menit (pada pasien apnea) European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005

2. Pernapasan Buatan • Jika tdk bernapas spontan, waktu tempuh ke daratan: § <5

2. Pernapasan Buatan • Jika tdk bernapas spontan, waktu tempuh ke daratan: § <5 mnt: berikan nps buatan sepanjang perjalanan § >5 mnt: berikan nps buatan >1 mnt, lalu bawa pasien segera tanpa pemberian nps lagi sepanjang perjalanan European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005

Terima kasih

Terima kasih