Etika Pemerintahan Tatap Muka 2 Definisi dan Konsep

  • Slides: 35
Download presentation
Etika Pemerintahan Tatap Muka #2 Definisi dan Konsep Etika Oleh : Ahmad Mustanir SEKOLAH

Etika Pemerintahan Tatap Muka #2 Definisi dan Konsep Etika Oleh : Ahmad Mustanir SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP) MUHAMMADIYAH RAPPANG 2016 Unggul Profesional Islami

Pengertian Etika • Secara etimologi dari Kamus Umum Bahasa Indonesia Zain Badudu, berasal dari

Pengertian Etika • Secara etimologi dari Kamus Umum Bahasa Indonesia Zain Badudu, berasal dari bahasa latin : ilmu tentang hal-hal baik dan yang tidak baik, sesuai dengan ukuran moral atau akhlak yang dianut oleh masyarakat luas. Bisa juga berarti ukuran nilai mengenai yang salah dan yang benar sesuai dengan anggapan umum (anutan) masyarakat.

. . . Pengertian Etika • Soemarsono Moertono: etika berasal dari bahasa greek, yaitu

. . . Pengertian Etika • Soemarsono Moertono: etika berasal dari bahasa greek, yaitu ethos, artinya character. Yaitu suatu studi yang sistematis mengenai sifat dari konsep nilai mengenai baik, buruk, benar, salah dan sebagainya

Definisi tentang etika dapat diklasifikasi 3 jenis 1)Etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus

Definisi tentang etika dapat diklasifikasi 3 jenis 1)Etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan nilai baik dan buruk dari perilaku manusia 2)Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.

. . . . . Definisi tentang etika dapat diklasifikasi 3 jenis 3) Etika

. . . . . Definisi tentang etika dapat diklasifikasi 3 jenis 3) Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, tetapi cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan.

Etika dan Etiket • Etika : Moral • Etiket : Sopan santun Persamaannya :

Etika dan Etiket • Etika : Moral • Etiket : Sopan santun Persamaannya : Menyangkut perilaku manusia. Etika dan etiket hanya kita pakai mengenai manusia. Hewan tidak mengenal etika dan etiket Mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Justru karena sifat normatifnya maka istilah keduanya mudah di campur adukkan.

Perbedaannya : 1) Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Etiket menunjukkan cara

Perbedaannya : 1) Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya, jika saya menyerahkan sesuatu kepada seseorang, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Dianggap melanggar etiket, bila orang menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri.

. . . Perbedaannya : Tetapi etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan.

. . . Perbedaannya : Tetapi etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan. Etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan ya atau tidak. Jika A menyerahkan amplop kepada B dengan cara yang amat sopan (antara lain dengan tangan kanan), tapi B adalah seorang hakim dan A adalah orang yang mempunyai perkara di pengadilan dan amplop berisikan uang yang diberikan untuk menyuap hakim tersebut, perbuatan ini sangat tidak beretika, meskipun dari sudut etiket dilakukan secara sempurna.

. . . Perbedaannya : 2) Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada

. . . Perbedaannya : 2) Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain hadir atau tidak ada saksi mata, etiket tidak berlaku. Misalnya dianggap melanggar etiket, bila kita makan sambil berbunyi atau dengan meletakkan kaki di atas meja. Dsb. Tapi kalau saya makan sendiri, dan melakukan hal tadi tidak melanggar.

. . . Perbedaannya : Sebaliknya, etika selalu berlaku, juga kalau tidak ada saksi

. . . Perbedaannya : Sebaliknya, etika selalu berlaku, juga kalau tidak ada saksi mata, etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain. Jika sesudah makan di restoran, saya kabur tanpa bayar, saya berlaku tidak etis, juga bila tidak diketahui oleh pemilik. Larangan untuk mencuri selalu berlaku, entah ada orang lain hadir atau tidak. Barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan, juga jika pemiliknya sudah lupa.

. . . Perbedaannya : 3) Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam

. . . Perbedaannya : 3) Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Contoh yang jelas adalah makan dengan tangan kiri atau bersendawa waktu makan. Lain halnya dengan etika. Etika lebih jauh absolut. “jangan mencuri”, “jangan berbohong” merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar atau mudah di beri “dispensasi”.

. . . Perbedaannya : 4) Jika kita berbicara tentang etiket, kita hanya memandang

. . . Perbedaannya : 4) Jika kita berbicara tentang etiket, kita hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja, sedang etika menyangkut manusia dari segi dalam. Bisa saja orang tampil sebagai “musang berbulu ayam”. Dari luar sangat sopan dan halus, tapi didalam penuh kebusukan. Banyak penipu berhasil dengan maksud jahatnya, justru karena penampilannya begitu halus dan menawan hati, sehingga mudah meyakinkan orang. Tapi orang yang memiliki sifat etis tidak mungkin bersifat munafik, sebab jika ia munafik, hal itu dengan sendirinya berarti ia tidak bersikap etis.

Dengan melihat perbedaannya akan ada konsekuensi cukup besar jika dua hal ini di campur

Dengan melihat perbedaannya akan ada konsekuensi cukup besar jika dua hal ini di campur adukkan. Sebagai ilustrasi : Dibanyak kampus di Indonesia kita melihat larangan untuk memakai sandal. Jika larangan ini dilangkahi, sering ada sanksi cukup berat. Disisi lain, dalam hal kejujuran kampus umumnya tidak terlalu ketat. Mencontek waktu ujian banyak dilakukan, dengan segala macam variannnya. Plagiat dalam menyusun skripsi, tesis tidak begitu dipedulikan. Jika kita memandang situasi ini. Memakai sandal hanya soal etiket saja, sedangkan ketidak jujuran adalah hal yang lebih penting, karena termasuk dalam masalah etika.

Dengan melihat perbedaannya akan ada konsekuensi cukup besar jika dua hal ini di campur

Dengan melihat perbedaannya akan ada konsekuensi cukup besar jika dua hal ini di campur adukkan. Sebagai ilustrasi : Dari soal pendidikan sandal tidak begitu mendesak, karena nanti dilingkungan kerjanya si mahasiswa akan mudah menyesuaikan diri dengan cara berpakaian kantor/perusahaannya, namun jika sejak pendidikan ia sudah akrab dengan praktik-praktik tidak jujur, dengan sendirinya ia akan juga ikut dalam praktik-praktik korupsi.

Etika, Moral dan Agama mempunyai hubungan erat dengan moral. Dalam praktik sehari-hari motivasi terpenting

Etika, Moral dan Agama mempunyai hubungan erat dengan moral. Dalam praktik sehari-hari motivasi terpenting bagi perilaku moral adalah agama. Atas pertanyaan “mengapa perbuatan ini atau itu tidak boleh dilakukan” hampir selalu diberikan jawaban spontan “karena agama melarang”. Cara bagaimana kita hidup memang biasanya kita tentukan berdasarkan keyakinan agama.

. . . . Etika, Moral dan Agama Setiap agama mengandung suatu ajaran moral

. . . . Etika, Moral dan Agama Setiap agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya. Jika kita membandingkan berbagai agama yang ada, ajaran moralnya mungkin sedikit berbeda tetapi secara menyeluruh perbedaannya tidak terlalu besar.

. . . . Etika, Moral dan Agama Boleh dikatakan ajaran moral yang terkandung

. . . . Etika, Moral dan Agama Boleh dikatakan ajaran moral yang terkandung dalam suatu agama meliputi dua macam aturan. Disatu pihak cukup banyak aturan berbicara, kadang-kadang dengan cara agak mendetail tentang makanan yang haram, puasa dsb. Aturan seperti inilah yang kadang agak berbeda tetapi konsekuensinya tidak besar karena aturan-aturan itu hanya menyangkut kalangan internal agama tersebut.

. . . . Etika, Moral dan Agama Di lain pihak ada aturan etis

. . . . Etika, Moral dan Agama Di lain pihak ada aturan etis lebih umum yang melampaui kepentingan satu agama saja, seperti jangan membunuh, jangan berdusta, jangan mencuri dll. Dan karena aturan-aturan etis yang penting itu diterima oleh semua agama, maka pandangan moral yang dianut oleh agama-agama besar pada dasarnya sama. Kita lihat DIBIDANG MORAL kesepakatan antar agama jauh lebih mudah tercapai daripada di bidang dogmatik.

. . . . Etika, Moral dan Agama Mengapa ajaran moral dalam suatu agama

. . . . Etika, Moral dan Agama Mengapa ajaran moral dalam suatu agama dianggap begitu penting? Karena ajaran itu berasal dari Tuhan dan mengungkapkan kehendak Tuhan. Namun demikian, nilai dan norma moral tidak secara eksklusif diterima karena alasan keagamaan. Ada juga alasan-alasan lebih umum untuk menerima aturan-aturan moral, alasan-alasan rasional misalnya.

. . . . Etika, Moral dan Agama Kita bisa menunjukan alasan-alasan rasional untuk

. . . . Etika, Moral dan Agama Kita bisa menunjukan alasan-alasan rasional untuk menerima aturan seperti jangan membunuh, jangan berdusta dsb. Dan dalam etika filosofis atau filsafat moral justru diusahakan untuk menggali alasan bagi nilai-nilai dan norma yang kita pakai sebagai pegangan bagi perilaku moral kita.

. . . . Etika, Moral dan Agama Filsafat etika hanya menerima argumen-argumen logis

. . . . Etika, Moral dan Agama Filsafat etika hanya menerima argumen-argumen logis yang dapat dimengerti dan disetujui oleh semua orang. Ia menghindari setiap unsur non rasional yang meloloskan diri dari pemeriksaan oleh rasio. Sedangkan keimanan justru tidak terbuka untuk pemeriksaan rasional. Kebenaran iman tidak dibuktikan, melainkan dipercaya. Kebenarannya tidak diterima karena dimengerti, melainkan karena terjamin oleh asal usul Illahi atau Wahyu.

Etika, Keadilan dan Hukum Walaupun ada hubungan erat antara moral dan hukum, perlu dipertahankan

Etika, Keadilan dan Hukum Walaupun ada hubungan erat antara moral dan hukum, perlu dipertahankan juga bahwa moral dan hukum tidak sama. Kenyataan yang paling jelas membuktikan hal itu adalah terjadinya konflik antar keduanya. Tidak mustahil adanya undang-undang immoral dan barangkali harus ditolak dan ditentang atas pertimbangan etis. Dalam kasus seperti itu terdapat ketidak cocokan antara hukum dan moral. Dengan demikian sistem hukum yang berlaku, ditolak karena alasan etis. Contoh adalah politik apartheid di Afrika Selatan.

. . . Etika, Keadilan dan Hukum Politik apartheid di Afrika Selatan. Kita bisa

. . . Etika, Keadilan dan Hukum Politik apartheid di Afrika Selatan. Kita bisa mengakui, dari segi hukum politik negara ini dijalankan dengan baik. Politik pemisahan masyarakat kulit hitam dari masyarakat kulit putih disana tidak dipraktikkan dengan sewenang, melainkan berdasarkan hukum. Tapi itu harus ditolak atas nama pertimbangan etis, yaitu bahwa semua manusia di lahirkan merdeka dan mempunyai martabat serta hak-hak yang sama dan sebab itu tidak boleh didiskriminasi karena alasan ras atau warna kulit, sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal tentang HAM

. . . Etika, Keadilan dan Hukum Sepanjang sejarah umat manusia telah terlihat banyak

. . . Etika, Keadilan dan Hukum Sepanjang sejarah umat manusia telah terlihat banyak sekali protes dan pemberontakan terhadap undang-undang yang tidak adil. Dan seringkali terjadi bahwa desakan atas nama moralitas berhasil mengakibatkan perubahan sistem hukum. Hal itu menunjukkan dengan jelas bahwa hukum dan moral harus dibedakan, walaupun hubungannya sangat erat.

Perbedaan Hukum dan Moral : 1)Hukum lebih dikodifikasi daripada moralitas, artinya, dituliskan dan secara

Perbedaan Hukum dan Moral : 1)Hukum lebih dikodifikasi daripada moralitas, artinya, dituliskan dan secara kurang lebih sistematis disusun dalam kitab undang. Karena itu norma yuridis mempunyai kepastian lebih besar dan bersifat lebih objektif.

Perbedaan Hukum dan Moral : 1). . . . Sebaliknya, norma moral bersifat lebih

Perbedaan Hukum dan Moral : 1). . . . Sebaliknya, norma moral bersifat lebih subjektif dan akibatnya lebih banyak “diganggu” oleh diskusi-diskusi yang mencari kejelasan tentang yang harus dianggap etis atau tidak etis. Tentu saja kita semua tahu, dibidang hukum pun terdapat banyak sekali diskusi dan ketidak pastian, tapi di bidang moral ketidakpastian itu lebih besar lagi, justru karena tidak ada pegangan tertulis.

. . . . Perbedaan Hukum dan Moral : 2)Baik hukum maupun moral mengatur

. . . . Perbedaan Hukum dan Moral : 2)Baik hukum maupun moral mengatur tingkah laku manusia, namun hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang. Hukum hanya meminta legalitas, artinya, kita memenuhi hukum jika tingkah laku lahiriah sesuai dengan hukum. Sikap batin dalam hal itu tidak penting. Niat batin tidak termasuk jangkauan hukum.

. . . . Perbedaan Hukum dan Moral : 2). . . . .

. . . . Perbedaan Hukum dan Moral : 2). . . . . Contoh, mungkin sudah berminggu-minggu saya mempunyai rencana untuk merampok bank, tapi saya tidak bisa dihukum, karena saya tidak melanggar peraturan hukum apapun. Tidak ada undang yang dapat melarang saya merencanakan perampokan yang saya simpan dalam hati. Hukum hanya dapat melarang perbuatan-perbuatan lahiriah. Sebaliknya, dalam konteks moralitas sikap batin sangat penting.

. . . . Perbedaan Hukum dan Moral : 3)Sanksi yang berkaitan dengan hukum

. . . . Perbedaan Hukum dan Moral : 3)Sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dari sanksi yang berkaitan dengan moralitas. Hukum umumnya dapat dipaksakan. Orang yang melanggar hukum akan terkena hukumannya. Orang yang menolak membayar utangnya dapat dipaksa dengan menyita harta miliknya. Tapi norma-norma etis tidak dapat dipaksakan. Menjalankan paksaan di bidang etis tidak akan efektif juga, sebab paksaan hanya dapat menyentuh bagian luar, sedangkan perbuatan etis justru berasal dari dalam.

. . . . Perbedaan Hukum dan Moral : 3). . . . Satu-satunya

. . . . Perbedaan Hukum dan Moral : 3). . . . Satu-satunya sanksi di bidang moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang. Kalau kesalahannya diketahui oleh umum, sanksi moral ini bisa meluas lagi, sejauh si pelaku merasa malu terhadap orang-orang disekitarnya. Bila ia berkedudukan tinggi dalam masyarakat, celaan umum malah bisa menjadi hukuman moral yang berat. Sudah banyak contoh karir para politisi hancur berantakan karena kesalahan etis mereka.

. . . . Perbedaan Hukum dan Moral : 4) Hukum didasarkan atas kehendak

. . . . Perbedaan Hukum dan Moral : 4) Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara. Moralitas didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi para individu dan masyarakat. Dengan cara demokratis ataupun dengan cara lain masyarakat dapat merubah hukum, tetapi tidak pernah masyarakat dapat mengubah atau membatalkan suatu norma moral. Hukum dapat melarang atau mengizinkan main judi, tapi dengan perjudian itu sendiri tidak menjadi sesuatu yang buruk atau baik. Moral menilai hukum dan tidak sebaliknya.

Etika Pancasila Sasaran utamanya menumbuhkan manusia Indonesia seutuhnya. Keutuhan disini bukanlah kesempurnaan maupun keutuhan

Etika Pancasila Sasaran utamanya menumbuhkan manusia Indonesia seutuhnya. Keutuhan disini bukanlah kesempurnaan maupun keutuhan fisik, melainkan keutuhan sikap perilaku (etis) agar dapat mengemban fungsi yang digariskan di dalam ideologi Pancasila.

Gambaran manusia utuh secara etis bahwa manusia tersebut mengemban nilai-nilai: • Mengejar kemajuan lahiriah

Gambaran manusia utuh secara etis bahwa manusia tersebut mengemban nilai-nilai: • Mengejar kemajuan lahiriah secara serasi, selaras dan seimbang dengan kepuasan batiniah • Ada keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dan mengejar kebahagiaan di akhirat. • Ada keselarasan antar sesama manusia, serta lingkungan alam sekitarnya dan keserasian hubungan antar bangsa. • Menjunjung nilai keselarasan hubungan antara kehidupan manusia dan masyarakatnya.

Berdasarkan ideologi Pancasila, keutuhan manusia bukan dicapai dengan memperoleh kekuasaan sebesar-besarnya seperti yang diajarkan

Berdasarkan ideologi Pancasila, keutuhan manusia bukan dicapai dengan memperoleh kekuasaan sebesar-besarnya seperti yang diajarkan dalam teori Machiavelli, atau keutuhan dicapai dengan kemurnian ras seperti diajarkan teori Nazi, atau keutuhan diperoleh dengan keanggotaan seseorang pada lapisan buruh sebagaimana diajarkan oleh teori Marxis, ataupun keutuhan karena seseorang memperoleh kebebasan sebebasnya seperti ajaran perseorangan atau individualisme.

Terim a kasih CP : 0812 4163 143 WA : 0812 4163 143 Line

Terim a kasih CP : 0812 4163 143 WA : 0812 4163 143 Line : 0812 4163 143 BBM: 542 E 137 D FB: Ahmad Mustanir tweeter: @ahmadmustanir line id: ahmadmustanir Path: Ahmad Mustanir email: ahmadmustanir 74@gmail. com ahmadmustanir 74@yahoo. co. id