TEORI SASTRA Pertemuan 2 Pendekatan multidisiplin Karya sastra

  • Slides: 24
Download presentation
TEORI SASTRA Pertemuan 2

TEORI SASTRA Pertemuan 2

Pendekatan multidisiplin �Karya sastra adalah produk, hasil manusia yang memuat beragam dimensi. Sastra bukan

Pendekatan multidisiplin �Karya sastra adalah produk, hasil manusia yang memuat beragam dimensi. Sastra bukan saja perihal bahasa tetapi juga mengenai nilai yang dikandungnya. Baik itu nilai estetis, etik, moral, sosial, ideologis, dan sebagainya. Kekayaan muatan “nilai” karya sastra menjadikannya objek yang bisa dipelajari dari beragam sisi dan perspektif. Oleh karena itu, dalam proses pengkajian atau penelitian sastra tidak dibatasi pada permasalahan aspek kesusasstraannya dan kebahasaannya saja. Namun bisa juga menggunakan keilmuwan lainnya untuk memahami karya sastra sebagai objek kajiannya. Untuk itu dibutuhkan pendekatan-pendekatan

Pendekatan multidisiplin �Pendekatan penelitian sentral dalam penelitian ilmiah. Adapun tiga peran pendekatan dalam penelitian

Pendekatan multidisiplin �Pendekatan penelitian sentral dalam penelitian ilmiah. Adapun tiga peran pendekatan dalam penelitian ilmiah. 1. Pendekatan merupakan aplikasi teori menjadi basis pijakan atau pusat orientasi, sebab orientasi sesungguhnya merupakan arah pandang memahami dan menginterpretasi realita. 2. Sebagai pembatas analisis. Pendekatan berperan menjadi pembatas objek kajian dan ruang lingkup investigasi. 3. Sebagai pemandu penelitian. Dengan pendekatan (teori) seorang analis terpandu dalam langkah-langkah kerja aktivitas

PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA (TEORI-TEORI PSIKOLOGI) �Ilmu Psikologi secara etimologis berasal dari kata Yunani psyche

PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA (TEORI-TEORI PSIKOLOGI) �Ilmu Psikologi secara etimologis berasal dari kata Yunani psyche yang berarti “jiwa” dan logos yang berarti “ilmu”. Psikologi adalah ilmu mengenai halhal yang terkait dengan kejiwaan. Sobur menjelaskan ilmu psikologi dimaksudkan untuk memberikan pengertian yang lebih baik mengenai sebab-sebab orang berfikir dan bertindak seperti yang mereka lakukan, dan memberikan pandangan untuk menilai sikap dan reaksi yang kita lakukan sendiri (Sobur, 2003, pp. 18 -19). Melalui ilmu psikologi kita dapat belajar mengenal, memahami, menguraikan dan menggambarkan tingkah laku serta kepribadian

PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA (TEORI-TEORI PSIKOLOGI) Penggunaan psikologi terhadap kajian sastra ini disebut psikologi sastra.

PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA (TEORI-TEORI PSIKOLOGI) Penggunaan psikologi terhadap kajian sastra ini disebut psikologi sastra. Welleck dan Warren menjelaskan istilah psikologi sastra ini mempunyai empat pengertian; 1. Studi mengenai psikologi pengarang sebagai tipe atau pribadi tertentu. 2. Studi tentang psikologi dari proses kreatif pengarang. 3. Studi tentang aspek-aspek, hukum-hukum keilmuwan psikologis yang diterapkan pada karya sastra. 4. Studi mengenai dampak psikologis yang dihasilkan oleh karya sastra terhadap pembaca (Wellek &

PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA (TEORI-TEORI PSIKOLOGI) Orientasi Psikologi sastra adalah untuk: 1. Mengetahui situasi psikologis

PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA (TEORI-TEORI PSIKOLOGI) Orientasi Psikologi sastra adalah untuk: 1. Mengetahui situasi psikologis pengarang melalui karya sastra. 2. Memahami muatan psikologis yang hendak disampaikan oleh pengarang melalui tokoh dan isi karya sastra.

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI PSIKOANALISIS-Sigmund Freud) �Teori psikoanalisis. Susanto menjelaskan psikoanalisis dalam sastra adalah mengenai

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI PSIKOANALISIS-Sigmund Freud) �Teori psikoanalisis. Susanto menjelaskan psikoanalisis dalam sastra adalah mengenai konsep ketidaksadaran, realitas psikologis yang terlihat dari tuturan bahasa, atau kepribadian tokoh dalam karya sastra (Susanto, 2012, pp. 5758). �Teori Psikologi Sastra (Psikoanalisis) berpijak kepada pemikiran ilmuwan psikologi Sigmund Freud mengenai kesadaran dan ketidaksadaran manusia. Bahwa manusia adalah makhluk neurosis, yang melalui panca inderanya membentuk kesadaran (kognisi) nya dan menstimulus ketidaksadarannya, yang pada

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI PSIKOANALISIS-Sigmund Freud) �Psikoanalisis sastra memandang pengarang menuliskan karyanya dengan realitas, imajinasi

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI PSIKOANALISIS-Sigmund Freud) �Psikoanalisis sastra memandang pengarang menuliskan karyanya dengan realitas, imajinasi dan mimpi. Oleh karena itu karya sastra memuat yang disebut Freud isi manifest dan isi laten. Isi manifest adalah sesuatu yang sudah tersimpan, sebuah citraan yang memang berkembang seiring kognisi (kesadaran) kita sebagai manusia. Isi laten adalah fikiran-fikiran kita, sesuatu

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI PSIKOANALISIS-Sigmund Freud) �Pada karya sastra terdapat proses elaborasi pengarangan karya sastra

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI PSIKOANALISIS-Sigmund Freud) �Pada karya sastra terdapat proses elaborasi pengarangan karya sastra dengan proses elaborasi mimpi (interpertasi mimpi). Pengarang ketika menuliskan karyanya tidak hanya menempatkan citraan yang ada dikehidupan nyata tetapi juga fikiran-fikiran yang tidak terlihat atau tersembunyi (ideologi, cara fikir dan kepribadian dasar). Biasanya tokoh atau ke “Aku” an dalam karya sastralah yang menjadi pusat untuk menemukan hal yang tersembunyi tersebut (khatib, 2018, p. 51)

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI PSIKOANALISIS-Sigmund Freud) Fokus kajian psikoanalisis tokoh: 1. Teori Freud mengenai tiga

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI PSIKOANALISIS-Sigmund Freud) Fokus kajian psikoanalisis tokoh: 1. Teori Freud mengenai tiga sistem kepribadian dasar manusia yaitu Id, Ego dan Superego. Sobur menjelaskan Id adalah perihal kesenangan, pemuasan biologis, hasrat keinginan. Ego adalah perihal kepatuhan terhadap realitas yang ada, keinginan harus dicapai dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Sedangkan super ego adalah suara hati, nurani manusia, sebuah standar moral dari manusia sebagai individu (Sobur, 2003, p. 305).

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI PSIKOANALISIS-Sigmund Freud) 2. Kondensasi, yaitu penumpukan fikiran dalam satu imaji tunggal,

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI PSIKOANALISIS-Sigmund Freud) 2. Kondensasi, yaitu penumpukan fikiran dalam satu imaji tunggal, menampilkan beberapa (karakter) tokoh melalui satu tokoh. 3. Simbolisasi, yaitu menemukan gambaran mimpi (imajinasi) dalam karya sastra yang berhubungan dengan “yang tersembunyi” (isi laten) melalui hubungan analogis. Isi laten sebagai pemaknaan atas sesuatu yang masih secara analogis bisa mewakili gagasan tersebut. 4. Sensor, Penyembunyian fikiran penulis. Seorang pengarang seringkali menyembunyikan atau terpaksa menyembunyikan fikirannya. Sebagai ilustrasi, seorang penulis yang hidup dalam negara otoritaran tentu akan menuliskan sikap politisnya

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI Sifat-Gordon Willard Allport) � Allport; sifat itu ada namun tidak terlihat.

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI Sifat-Gordon Willard Allport) � Allport; sifat itu ada namun tidak terlihat. Sifat terletak dalam bagian tertentu dalam sistem saraf. Sifat dapat diketahui dengan mengamati konsistensi dari perilaku sesorang (sobur, 2013, p. 307) � Allport membagi sifat menjadi dua; (1) sifat umum (general traits) yaitu dimensi sifat yang dapat membadingkan individu satu sama lainnya. (2) kecenderungan pribadi (personal disposition) yaitu pola konfigurasi unik sifat-sifat yang ada di dalam individu. Dua orang mungkin sama-sama jujur tetapi berbeda dalam hal kejujuran. Satu bisa jujur karena peka perasaan orang lain “kebohongan putih” bagi orang ini kepekaan adalah juga bentuk kejujuran atau juga karena motif menjaga keteraturan hidup. Kemudian jujur yang

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI Sifat-Gordon Willard Allport) �Tiga jenis sifat 1. Sifat-sifat kardinal (cardinal traits).

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI Sifat-Gordon Willard Allport) �Tiga jenis sifat 1. Sifat-sifat kardinal (cardinal traits). Sifat-sifat ini merupakan karakteristik yang meresap dan dominan dalam kehidupan sesorang, dan bisa dikatakan sebagai motif utama, sifat utama. Contoh: pada lingkup kebutuhan berkuasa, orang demikian tidak hanya ingin memenangkan pertandingan atau apapun. Segala perilakunya cenderung ingin berkuasa. 2. Sifat-sifat sentral (central traits). Sifat-sifat ini merupakan karakteristik yang kurang mengontrol atau memotivasi perilaku individu, namun tidak kalah penting. Meski mengontrol prilaku namun

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI Sifat-Gordon Willard Allport) �Sifat-sifat sekunder (secondary traits). Sifat-sifat ini merupakan karakteristik

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI Sifat-Gordon Willard Allport) �Sifat-sifat sekunder (secondary traits). Sifat-sifat ini merupakan karakteristik periferal (kurang penting) dalam individu. Sifat ini berfungsi lebih terbatas, kurang menentukan dalam deskripsi kepribadian, dan lebih terpusat (khusus) pada respons-respons yang didasarinya serta perangsang-perangsang yang disukainya. Contoh: sifat suka/ingin berlibur atau rekrereasi, rileks dan sebagainya.

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI Konstitusi-William Sheldon) �William Sheldon, teori psikologi ‘konstitusi’ (faktor-faktor), mengenai aspek psikologis

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI Konstitusi-William Sheldon) �William Sheldon, teori psikologi ‘konstitusi’ (faktor-faktor), mengenai aspek psikologis (sifat) perilaku manusia. Tiga kelompok kepribadian Sheldon. 1. Visceronita. Individu yang memiliki nilai viscerotania yang tinggi, memiliki sifat-sifat antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang, toleran, lamban, santai, pandai bergaul, bila menghadapi kesulitan membutuhkan orang lain.

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI Konstitusi-William Sheldon) 2. Somototonia. Individu dengan sifat somototonia yang tinggi memiliki

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI Konstitusi-William Sheldon) 2. Somototonia. Individu dengan sifat somototonia yang tinggi memiliki sifat-sifat suka berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan aktifitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain, cenderung menguasai dan membuat gaduh, jika menghadapi kesulitan ia melakukan gerakan-gerakan 3. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebrotonia dikatakan bersifat tetutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada orang lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang dirudung masalah, ia memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur, hidupnya teratur, dll

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI tipe/sifat manusia-C. G Jung) � C. G Jung ahli penyakit jiwa

PSIKOLOGI SASTRA (TEORI tipe/sifat manusia-C. G Jung) � C. G Jung ahli penyakit jiwa dari Swiss membagi tipe manusia berdasarkan perhatian dominan dari manusia. Perhatian tersebut dibagi ke dua arah; 1. ke luar dirinya tipe extrovert, yaitu perhatiannya lebih di arahka ke luar dirinya, kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat. (berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, pengembira, kontak dengan lingkungan besar) 2. Ke dirinya tipe introvert, yaitu perhatiannya lebih mengarah pada dirinya ke “aku”-nya. (kurang pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, suka menyendiri, bahkan sering takut kepada orang) (sobur, 2013, p. 316).

PSIKOLOGI SASTRA Teori Kebutuhan-Abraham Maslow �Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia sebagai pendorong (motivator) membentuk

PSIKOLOGI SASTRA Teori Kebutuhan-Abraham Maslow �Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia sebagai pendorong (motivator) membentuk suatu hirarki atau jenjang peringkat. �Maslow menggolongkan kebutuhan manusia itu pada lima tingkat kebutuhan; 1. kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik; makanan, minuman, tempat teduh, seks, tidur dan oksigen. 2. Kebutuhan rasa aman; keamanan jiwa, keamanan harta.

PSIKOLOGI SASTRA Teori Kebutuhan-Abraham Maslow 3. Kebutuhan cinta dan memiliki-dimiliki; kebutuhan untuk dicintai dan

PSIKOLOGI SASTRA Teori Kebutuhan-Abraham Maslow 3. Kebutuhan cinta dan memiliki-dimiliki; kebutuhan untuk dicintai dan menyatakan cinta (cinta disini tidak terkait dengan seks). Kebutuhan ini diilustrasikan dengan saling menyayangi dalam berkeluarga, berteman, berorganisasi, dll. 4. Kebutuhan penghargaan; kebutuhan ini terkait dengan kepercayaan terhadap diri sendiri dan perasaan diri berharga. (1) penghargaan yang didasarkan atas respek terhadap kemampuan, kemandirian, dan perwujudan kita sendiri (2)penghargaan yang didasarkan oleh penilaian orang lain.

PSIKOLOGI SASTRA Teori Kebutuhan-Abraham Maslow 5. Kebutuhan aktualisasi diri; kebutuhan aktualisasi diri timbul pada

PSIKOLOGI SASTRA Teori Kebutuhan-Abraham Maslow 5. Kebutuhan aktualisasi diri; kebutuhan aktualisasi diri timbul pada seseorang jika kebutuhan-kebutuhan lainnya telah terpenuhi. Kebutuhan aktualisasi diri (metakebutuhan) yang berorientasi penyesuaian kehidupan individu dengan kecenderungan aktualisasi diri yang unik dan ditujukan untuk meningkatkan pengalaman atau ketegangan yang mengarah pada pertumbuhan dalam diri.

Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan kepercayaan diri: mencapai, mampu, mendapat Kebutuhan akan cinta; pencapaian dari

Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan kepercayaan diri: mencapai, mampu, mendapat Kebutuhan akan cinta; pencapaian dari berhubungan dengan pengakuan orang (kebutuhan lain dan diterima (kebutuhan psikologis) Kebutuhan keamanan; merasa pasti, aman dan bebas dari bahaya (kebutuhan dasar) Kebutuhan fisik: memenuhi rasa lapar, dahaga, dan dorongan nafsu (kebutuhan dasar)

Teori kepribadian Abnormal �Kepribadian abnormal; adalah ketika orang yang tingkah lakunya sangat berbeda dalam

Teori kepribadian Abnormal �Kepribadian abnormal; adalah ketika orang yang tingkah lakunya sangat berbeda dalam suatu masyarakat. �Abnormal bisa dilihat dari: 1. Pelanggaran norma sosial; sifat tidak patuh atau tidak sejalan dengan norma sosial yang berlaku 2. Penyimpangan norma statistik; menitik beratkan pada penyimpangan (ketidaklaziman) karakteristik seperti tinggi badan, berat badan, intelegensi, dll yang umum pada populasi

Teori kepribadian Abnormal 3. Ketidaksenangan pribadi; gangguan neorolik (fobia) anggapan satu-satunya yang merasa tidak

Teori kepribadian Abnormal 3. Ketidaksenangan pribadi; gangguan neorolik (fobia) anggapan satu-satunya yang merasa tidak bahagia. Kriteria ketidaksenangan pribadi ini tidak dapat diterapkan pada perilaku yang secara sosial mengganggu (membunuh, memerkosa tanpa menyesal). 4. Perilaku maladaptif; bentuk perilaku ini (1) perilaku menyimpang yang mengganggu kesejahteraan individu, misalnya sesorang takut keramain sehingga tidak dapat bekerja, pencandu alkohol, dsb. (2) perilaku paranoid individu, misal kemarahan agresif, menyerang, dsb. reaksi paranoid, seseorang selalu dibayangi oleh hal-hal yang mengancam dirinya -maka dia menyerang lebih dulu.