PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI OPTIMALISASI MULOK Oleh Sri

  • Slides: 88
Download presentation
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI OPTIMALISASI MULOK Oleh : Sri Sulistiani/ UNESA Tlp: 081230559829 1

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI OPTIMALISASI MULOK Oleh : Sri Sulistiani/ UNESA Tlp: 081230559829 1 1

TAWURAN REMAJA 2

TAWURAN REMAJA 2

REVOLUSI INDUSTRY 4. 0 3

REVOLUSI INDUSTRY 4. 0 3

REVOLUSI INDUSTRI � RI-I : Dimulai pada abad ke-18, ditandai oleh mekanisasi produksi melalui

REVOLUSI INDUSTRI � RI-I : Dimulai pada abad ke-18, ditandai oleh mekanisasi produksi melalui tenaga uap dan lahirnya kelas proletariat. � RI- II. Revolusi Industri kedua kemudian bergulir pada akhir abad 19 dengan adanya otomisasi produksi massal. � RI- III. Pada 1950 -an yang ditandai dengan perkembangan sistem digital dan teknologi informasi. � RI -IV : Dicetuskan oleh Profesor Klaus Schwab, seorang ekonom Jerman yang juga pendiri World Economic Forum (WEF). RI 4. 0 membuat batas antara dunia digital, fisik, dan biologis semakin tipis, bahkan hilang. Kecerdasan buatan, teknologi robot, big data dan internet of things membuat semua elemen dalam kehidupan manusia terhubung dengan mudah. 4

5

5

6

6

FREESEX LGBT: LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER ABORSI PUTUS ASA 7

FREESEX LGBT: LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER ABORSI PUTUS ASA 7

MEDIA SOSIAL �Televisi �Youtube �Instagram �WA �Google map �Wikimedia �dll 8

MEDIA SOSIAL �Televisi �Youtube �Instagram �WA �Google map �Wikimedia �dll 8

RENUNGAN Apakah Karakter Siapa Berkarakter Bagaimana Karakter Dimana Karakter Mengapa Berkarakter Kapan Berkarakter 9

RENUNGAN Apakah Karakter Siapa Berkarakter Bagaimana Karakter Dimana Karakter Mengapa Berkarakter Kapan Berkarakter 9

KARAKTER KEARIFAN LOKAL BAHASA, SASTRA, SENI-BUDAYA DAERAH PEMBUDAYAAN PEMBIASAN PEMERTAHANAN PELESTARIAN 10

KARAKTER KEARIFAN LOKAL BAHASA, SASTRA, SENI-BUDAYA DAERAH PEMBUDAYAAN PEMBIASAN PEMERTAHANAN PELESTARIAN 10

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi Ipteks,

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih OLAH PIKIR OLAH RAGA OLAH HATI OLAH RASA/ KARSA beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit , mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja 11

SISTEM AMONG : KI HAJAR DEWANTORO ING NGARSA SUNG TULADHA SISTEM AMONG ING MADYA

SISTEM AMONG : KI HAJAR DEWANTORO ING NGARSA SUNG TULADHA SISTEM AMONG ING MADYA MANGUN KARSA TUT WURI HANDAYANI 12

HUBUNGAN INTERDEPENDENSI ANTARA TUJUAN PENDIDIKAN, PROSES PEMBELAJARAN, DAN PROSES EVALUASI EDUCATIONAL OBJECTIVES LEARNING EXPERIENCES

HUBUNGAN INTERDEPENDENSI ANTARA TUJUAN PENDIDIKAN, PROSES PEMBELAJARAN, DAN PROSES EVALUASI EDUCATIONAL OBJECTIVES LEARNING EXPERIENCES EVALUATION PROSEDURES

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KTSP 2013 SKL KI KI KI PENGETAHUAN SIKAP KI SPIRITUAL SOSIAL

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KTSP 2013 SKL KI KI KI PENGETAHUAN SIKAP KI SPIRITUAL SOSIAL KI KETERAMPILAN

TAKSONOMI HASIL BELAJAR BENYAMIN S. BLOOM 3 DOMAIN BLOOM AFFECTIVE DOMAIN COGNITIVE DOMAINN PSYCHOMOTOR

TAKSONOMI HASIL BELAJAR BENYAMIN S. BLOOM 3 DOMAIN BLOOM AFFECTIVE DOMAIN COGNITIVE DOMAINN PSYCHOMOTOR DOMAIN

MUATAN PEMBELAJARAN LITERASI (GSL) PPK (PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER) KETERAMPILAN ABAD 21 (CREATIVE, CRITICAL THINKING,

MUATAN PEMBELAJARAN LITERASI (GSL) PPK (PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER) KETERAMPILAN ABAD 21 (CREATIVE, CRITICAL THINKING, COLLABORATIVE, COMMUNICATIVE 0 EVALUASI HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS 16

Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Bidang Pendidikan 17 17

Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Bidang Pendidikan 17 17

Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah 18 18

Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah 18 18

BAGAIMANA KARAKTER DIAJARKAN? �Karakter diajarkan, dilatihkan, dibimbingkan terintegrasi pada aspek kognitif dan psikhomotor. �Suri

BAGAIMANA KARAKTER DIAJARKAN? �Karakter diajarkan, dilatihkan, dibimbingkan terintegrasi pada aspek kognitif dan psikhomotor. �Suri tauladan atau contoh nyata : �“guru kencing berdiri, murid kencing berlari” �Pemberdayaan dan pembudayaan nilai-nilai baik. 19

PENANAMAN NILAI KARAKTER SIKAP KARAKTER POSITIF DITELADANI & DILAKUKAN NEGATIF DIHINDARI UNTUK TIDAK DILAKUKAN

PENANAMAN NILAI KARAKTER SIKAP KARAKTER POSITIF DITELADANI & DILAKUKAN NEGATIF DIHINDARI UNTUK TIDAK DILAKUKAN 20

BAGAIMANA KARAKTER DINILAI? �Sikap terkait dengan tata nilai, etika, moral, dan estetika �Sikap tidak

BAGAIMANA KARAKTER DINILAI? �Sikap terkait dengan tata nilai, etika, moral, dan estetika �Sikap tidak dinilai seperti kognitif dan psikhomotor �Melalui alat evaluasi non tes (lembar pengamatan, jurnal, penilaian teman sejawat, angket, dll) 21

 �PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER 22

�PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER 22

PENDIDIKAN KARAKTER BAHASA SASTRA SENI/ BUDAYA 23

PENDIDIKAN KARAKTER BAHASA SASTRA SENI/ BUDAYA 23

NGOKO RAGAM BAHASA GAYA BAHASA KRAMA BASA RINENGGA 24

NGOKO RAGAM BAHASA GAYA BAHASA KRAMA BASA RINENGGA 24

SASTRA PROSA/ GANCARAN PUISI/TEMBANG/ GURITAN DRAMA 25

SASTRA PROSA/ GANCARAN PUISI/TEMBANG/ GURITAN DRAMA 25

SENI RUPA MUSIK TARI 26

SENI RUPA MUSIK TARI 26

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER Menimbang: (a)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER Menimbang: (a) bahwa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya merupakan negara yang menjunjung tinggi akhlak mulia, nilai-nilai luhur, kearifan, dan budi pekerti; i 27

(b) bahwa dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai religius, jujur, toleran,

(b) bahwa dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab, perlu penguatan pendidikan karakter; (c) bahwa penguatan pendidikan karakter sebagaimana dimaksud dalam huruf b merupakan tanggung jawab bersama keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat; 28

Pasal 1 �Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya

Pasal 1 �Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). 29

Pasal 2 � PPK memiliki tujuan: a. membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi

Pasal 2 � PPK memiliki tujuan: a. membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; b. mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; dan 30

c. merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, Peserta Didik, masyarakat, dan

c. merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, Peserta Didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK. 31

Pasal 3 �PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai

Pasal 3 �PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatit mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungiawab. 32

NDHUDHAH BOTHEKAN �GUGUR GUNUNG Ayo kanca ayo kanca ngayahi karyaning praja Kono-kene kono-kene gugur

NDHUDHAH BOTHEKAN �GUGUR GUNUNG Ayo kanca ayo kanca ngayahi karyaning praja Kono-kene kono-kene gugur gunung tandang gawe Sayuk sayuk rukun bebarengan ro kancane Lila lan legawa kanggo mulyaning negara Siji loro telu papat bareng maju papat-papat Diulang-ulungake murih enggal rampunge Holopis kuntul baris holopis kuntul baris 33

AJA LAMIS �Aja sok gampang janji wong manis, yen ta amung lamis �Becik aluwung

AJA LAMIS �Aja sok gampang janji wong manis, yen ta amung lamis �Becik aluwung prasaja nimas, ora agawe cuwa Tansah ngugemi tresnamu wingi jebul amung lamis �Kaya ngenteni thukuling jamur ing mangsa ketiga Aku iki prasasat loro tan antuk jampi �Mbok aja amung lamis kang uwis dadine banjur ndridis Akeh tuladha kang dhemen cidra, uripe 34

Sekar gambuh ping catur, Kang cinatur polah kang kalantur, Tanpa tutur katula-tula katali, Kadalu

Sekar gambuh ping catur, Kang cinatur polah kang kalantur, Tanpa tutur katula-tula katali, Kadalu warsa katutuh, Kapatuh pan dadi awon �Dedalane guna lawan sekti Kudu andhap asor Wani ngalah luhur wekasane Tumungkula yen dipun dukani Bapang den simpangi Ana catur mungkur. 35

Geguritan � “Gusti” � Gusti… Dalem namung tiyang kang lemah Kang boten saged mlampah

Geguritan � “Gusti” � Gusti… Dalem namung tiyang kang lemah Kang boten saged mlampah piyambak Gusti… Dalem namung tiyang ingkang gampil gripil Tansah kegodha kesenengan donya Gusti… Hamung siji panyuwunku Tuntun dalem wonten ing margi kang padhang Gusti Dhuh Gusti… � –Intan Nukhi Adhiya– (Sumber: basajawaasli. blogspot. co. id) 36

� “Korupsi” � Abang putih kajunjung duwur ing langit pratiwi Wujud getih lan balung

� “Korupsi” � Abang putih kajunjung duwur ing langit pratiwi Wujud getih lan balung para pejuang Apa kowe isih eling? Cucur kringet luh kang wis kebacut dadi tumbal Tumbal marang buwana kanggo kemerdekaan Saiki apa? Kowe ngapusi, kowe korupsi Cangkemmu amba kebak arta Raimu gedhek, ora duwe isin Dijak rembug malah kepara angler Rakyatmu kuru, kowe lemu Rakyatmu mlarat, duitmu sak arat-arat Sing makmur sapa? Kowe lan kanca-kancamu Sing tumindak ala marang rakyatmu Mula, ayo brantas korupsi Ayo padha gumregah Mbangun bangsa Indonesia kang sumringah Bangsa kang apik ing budi lan tutur Bangsa kang sejahtera lan makmur –Dening Kharisma L. W. - � � 37

“Korupsi” Abang putih kajunjung duwur ing langit pratiwi Wujud getih lan balung para pejuang

“Korupsi” Abang putih kajunjung duwur ing langit pratiwi Wujud getih lan balung para pejuang Apa kowe isih eling? Cucur kringet luh kang wis kebacut dadi tumbal Tumbal marang buwana kanggo kemerdekaan � Saiki apa? Kowe ngapusi, kowe korupsi Cangkemmu amba kebak arta Raimu gedhek, ora duwe isin Dijak rembug malah kepara angler Rakyatmu kuru, kowe lemu Rakyatmu mlarat, duitmu sak arat-arat � Sing makmur sapa? Kowe lan kanca-kancamu Sing tumindak ala marang rakyatmu Mula, ayo brantas korupsi Ayo padha gumregah � Mbangun bangsa Indonesia kang sumringah Bangsa kang apik ing budi lan tutur Bangsa kang sejahtera lan makmur � –Dening Kharisma L. W. � 38

SIJI – LORO – TELU SIJI–LORO-TELU, TANGANE SEDHEKU, MIRENG AKE BU GURU, MENAWA DI

SIJI – LORO – TELU SIJI–LORO-TELU, TANGANE SEDHEKU, MIRENG AKE BU GURU, MENAWA DI DANGU, PAPAT NULI LIMA, LENGGAHE SING TATA, AJA PADHA SEMBRANA, MUNDHAK ORA BISA q. Theng –theng bele wis muni Jam setengah pitu Iku mertandhani murid padha mlebu Kabeh nggawa piranti Prabote sinau Yen wis tata nuli diwulang ibu guru 39

Ngelmu iku, Kalakone kanthi laku, Lekase lawan kas, Tegese kas nyantosani, Setya budya pangekese

Ngelmu iku, Kalakone kanthi laku, Lekase lawan kas, Tegese kas nyantosani, Setya budya pangekese dur angkara Mingkar-mingkure angkara, Akarana karenan mardi siwi, Sinawung resmining kidung, Sinuba sinukarta, Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung Kang tumrap neng tanah Jawa, Agama ageming aji. 40

� Lirik lagu: Anoman Obong � Ceritane. . . Wayang Jawi. . . ing

� Lirik lagu: Anoman Obong � Ceritane. . . Wayang Jawi. . . ing Praja Ngalengka Diraja. . . Rahwana Raja arane. . . gawe geger nyolong Shinta. . . Anoman cancut tumandhang. . . Ngalengka wis dadi awu. . . kobong gedhe, , , jroning praja. . Ceritane Wayang Ramayana Ing negara Ngalengka Diraja Ratu buta Rahwana Raja Gawe geger nyolong Dewi Shinta ANOMAN OBONG Anoman Si Kethek Putih Sowan taman Shinta dijak mulih Konangan Indrajit lan patih Anoman ora wedi getih eh lhadalah, Ngalengka diobong (diobong) Togog Bilung wa a o padha pating domblong Omah gedhe padha dadi areng Dasamuka dadi gereng iyo wae yaiya iyo wae. . . 4 x 41

� Lirik lagu: Kuncun Cilikanku rambutku, dicukur KUNCUNG kuncung � Kathokku saka karung gandum

� Lirik lagu: Kuncun Cilikanku rambutku, dicukur KUNCUNG kuncung � Kathokku saka karung gandum Klambiku warisane mbah kakung Sarapanku sambel korek sega jagung Kosokan watu ning kali, nyemplung ning kedhung, [blung] Jaman ndhisik durung usum sabun Andhukku mung cukup, andhuk sarung Dolananku montor cilik saka lempung � � reff : Reff Tanggal limolas padhang njingglang, mbulane bunder [serrr] Aku dikudang suk yen gedhe dadi dokter, [sing ngudang simbok] Tanggal limolas padhang njingglang, mbulane bunder [ser, ser] Bareng wis gedhe aku disuntik bu dokter [ha na ca ra ka da ta sa wa la] [Iki cerita, jaman semono] [pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga] [Iki cerita, saka wong tuwa] [Bis holobis kuntul baris], Rekasane saiki wis [Bis holobis kuntul baris], Gegere gek mbok ndang uwis 42

MUTIARA-MUTIARA JAWA � Ana dina, ana upa � Ora obah, ora mamah � Ngono

MUTIARA-MUTIARA JAWA � Ana dina, ana upa � Ora obah, ora mamah � Ngono ya ngono, ning aja ngono � Bathok bolu isi madu � Mikul dhuwur mendhem jero � Mulat sarira hangrasa wani � Gemi nasniti, ngati-ati � Ajining dhiri dumunung ing lathi, ajining raga dumunung ing busana � Bisaa rumangsa, aja rumangsa bisa � Memayu hayuning bawana, ambrasta dur angkara � Alon-alon waton kelakon, kebat kliwat � Aja kuminter mundhak keblinger, aja cidra mundhak cilaka 43

lanjutan � Aja dumeh � Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman �

lanjutan � Aja dumeh � Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman � Aja adigang, adiguna � Aja waton ngomong, nanging ngomonga nganggo waton � yen wani aja wedi-wedi, yen wedi aja wani-wani � Empan papan � Becik ketitik, ala ketara � Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti � Jer basuki mawa beya � Sepi ing pamrih, rame ing gawe � Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah � Ngundhuh wohing pakarti � dll 44

KOMPONEN PEMBENTUK BUDAYA LOGOS AKAL PIKIR ETOS HATI NURANI PATOS PERASAAN ESTETIS 45

KOMPONEN PEMBENTUK BUDAYA LOGOS AKAL PIKIR ETOS HATI NURANI PATOS PERASAAN ESTETIS 45

PENJELASAN �LOGOS (CIPTA) = Proses perkembangan rasio manusia untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia

PENJELASAN �LOGOS (CIPTA) = Proses perkembangan rasio manusia untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia tentang sesuatu di luar dirinya atau tentang dirinya sendiri. �ETOS = sebuah neraca atau timbangan untuk menentukan baik atau buruknya tindakan manusia yang dilakukan secara sadar (akhlak manusia) �PATOS = menyangkut ekspresi perasaan manusia yang menghargai nilai-nilai keindahan (adab dan martabat) 46

PERUBAHAN BUDAYA (CULTURAL CHANGE) CULTURAL CHANGE Cultural Shock kejutan budaya Cultural Conflict pertentangan budaya

PERUBAHAN BUDAYA (CULTURAL CHANGE) CULTURAL CHANGE Cultural Shock kejutan budaya Cultural Conflict pertentangan budaya Budaya instant, Budaya Santai 47

(1) Cultural Shock= kejutan budaya artinya sekelompok masyarakat yang terombangambing dalam kekuatan antara trend

(1) Cultural Shock= kejutan budaya artinya sekelompok masyarakat yang terombangambing dalam kekuatan antara trend global (masy. modern) dengan hal yang tradisional. Akibatnya adalah tindakan yg canggung (wagu). (2) Cultural Conflict = pertentangan budaya pertentangan yg timbul karena adanya keyakinan yg berbeda, baik norma maupun masa depan yg didambakan. Misal: konflik antar partai. (3) Budaya instant, yaitu sikap serba tergesa-gesa dan ingin mencapai tujuan secara cepat, yang acapkali mengorbankan nilai kejujuran, keadilan, dan kebaikan. (4) Budaya Santai, kebalikan dari budaya instans, yakni kebiasaan yg timbul karena tidak menghargai waktu, sehingga memandang hidup ini serba mudah dan tidak perlu berpikir yg rumit. Misal: kaum hedonisme (hidup itu kesenangan) 48

PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR BAHASA DAERAH TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER 49

PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR BAHASA DAERAH TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER 49

KARAKTER �Kemendiknas Karakter sebagai nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata

KARAKTER �Kemendiknas Karakter sebagai nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, 2010) 50

PENDIDIKAN KARAKTER �Kemendiknas: Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta

PENDIDIKAN KARAKTER �Kemendiknas: Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang unik-baik sebagai warga negara (Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa tahun 2011 -2025) 51

TIGA PENDEKATAN DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER 1. MELALUI KEBIJAKAN NASIONAL YANG DITERUSKAN SAMPAI KE

TIGA PENDEKATAN DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER 1. MELALUI KEBIJAKAN NASIONAL YANG DITERUSKAN SAMPAI KE TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (TOP DOWN) 2. MENEMUKENALI PRAKTEK/CONTOH TERBAIK PENDIDIKAN KARAKTER (Bottom-Up) 3. REVITALISASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER §SOSIALISASI §PENGEMBANGAN REGULASI §PENGEMBANGAN KAPASITAS §IMPLEMENTASI & KERJASAMA §MONITORING & EVALUASI A) PENEMUAN DAN BERBAGI PENGALAMAN PRAKTEK TERBAIK PENDIDIKAN KARAKTER TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI KAB/KOTA, DI PROPINSI SAMPAI TINGKAT NASIONAL. B)PENDOKUMENTASIAN PRAKTEK TERBAIK TERSEBUT DALAM BUKU, CD DSB. PRAMUKA; KANTIN KEJUJURAN; UKS; PMR; PERLOMBAAN/ OLIMPIADE SAINS & OR; SEKOLAH HIJAU; PENDIDIKAN ANTI KORUPSI; PENDIDIKAN TERTIB LALU LINTAS 52

TUGAS MANDIRI �Bapak Ibu yang kami hormati: Berdasarkan KD dan Indikator yang dipilih: (1)

TUGAS MANDIRI �Bapak Ibu yang kami hormati: Berdasarkan KD dan Indikator yang dipilih: (1) Rumuskan Tujuan Pembelajaran (2) Rumuskan Pengembangan Materinya (3) Rumuskan Langkah-Langkah Pembelajaran dan Nilai Karakter apa yang dibangun? 53

RUANG LINGKUP MATERI SMA/SMK/MA.

RUANG LINGKUP MATERI SMA/SMK/MA.

RUANG LINGKUP MATERI KUR BHS. DAERAH KELAS X PENGETAHUAN (KI 3) ◦ Mengidentifikasi, memahami,

RUANG LINGKUP MATERI KUR BHS. DAERAH KELAS X PENGETAHUAN (KI 3) ◦ Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis teks nonsastra (berita, artikel, laporan, dan lainnya) secara lisan dan tulis. ◦ Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis unsur intrinsik maupun ekstrinsik teks sastra klasik dan modern secara lisan dan tulis. ◦ Memahami karakteristik bahasa lisan dalam kegiatan bermain peran, dialog, dan berdiskusi sesuai dengan tatakrama. ◦ Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis penggunaan bahasa dalam teks sastra dan nonsastra secara lisan dan tulis. ◦ Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis teks beraksara Jawa/ carakan Madhurâ sesuai kaidah. ◦ Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis puisi tradisional atau modern sesuai dengan karakteristik.

RUANG LINGKUP MATERI KUR BHS. DAERAH KELAS X KETERAMPILAN (KI 4) ◦ Menginterpretasi, menanggapi

RUANG LINGKUP MATERI KUR BHS. DAERAH KELAS X KETERAMPILAN (KI 4) ◦ Menginterpretasi, menanggapi dan mengekspresikan teks nonsastra sesuai kaidah secara lisan dan tulis. ◦ Menginterpretasi, menanggapi dan mengekspresikan teks sastra (wayang/ topѐng ḍhâlâng) sesuai kaidah secara lisan dan tulis. ◦ Bermainperan, berdialog, dan berdiskusi sesuai tatakrama. ◦ Membandingkan penggunaan bahasa dalam teks sastra dan nonsastra secara lisan dan tulis. ◦ Menyusun teks paragraf menggunakan aksara Jawa/ carakan Madhurâ sesuai kaidah. ◦ Membaca, mencipta, dan mempublikasikan puisi tradisional atau modern.

RUANG LINGKUP MATERI KUR BHS. DAERAH KELAS XI PENGETAHUAN (KI 3) ◦ Mengidentifikasi, memahami,

RUANG LINGKUP MATERI KUR BHS. DAERAH KELAS XI PENGETAHUAN (KI 3) ◦ Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis teks drama, prosa atau puisi sesuai kaidah. ◦ Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis peristiwa budaya daerah sesuai dengan karakteristik. ◦ Mengidentifikasi, memahami, menganalisis teks pewara atau pidato sesuai kaidah. ◦ Mengidentifikasi, memahami, menganalisis nilai moral yang terkandung dalam tembang macapat. ◦ Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis teks aksara Jawa/carakan Madhurâ sesuai kaidah.

RUANG LINGKUP MATERI KUR BHS. DAERAH KELAS XI KETERAMPILAN (KI 4) ◦ Menginterpretasi, menanggapi

RUANG LINGKUP MATERI KUR BHS. DAERAH KELAS XI KETERAMPILAN (KI 4) ◦ Menginterpretasi, menanggapi dan memperagakan teks drama, puisi, dan prosa sesuai kaidah dengan bahasa yang komunikatif. ◦ Menanggapi peristiwa budaya daerah sesuai dengan karakteristiknya. ◦ Menyajikan kegiatan sebagai pewara atau berpidato dengan menggunakan tata krama sesuai dengan konteks budaya. ◦ Menginterpretasi nilai-nilai moral yang terkandung dalam tembang macapat. ◦ Membaca cepat teks wacana sastra atau nonsastra beraksara Jawa/carakan Madhurâ

RUANG LINGKUP MATERI KUR BHS. DAERAH KELAS XII PENGETAHUAN (KI 3) ◦ Mengidentifikasi, memahami,

RUANG LINGKUP MATERI KUR BHS. DAERAH KELAS XII PENGETAHUAN (KI 3) ◦ Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis penggunaan bahasa lisan dalam berbagai situasi sesuai tatakrama ◦ Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis karya fiksi dan nonfiksi secara lisan dan tulis. ◦ Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis seni pertunjukan.

RUANG LINGKUP MATERI KUR BHS. DAERAH KELAS XII KETERAMPILAN (KI 4) ◦ Melakukan simulasi

RUANG LINGKUP MATERI KUR BHS. DAERAH KELAS XII KETERAMPILAN (KI 4) ◦ Melakukan simulasi penggunaan bahasa daerah dalam berbagai konteks sesuai dengan tatakrama. ◦ Menyusun dan mempublikasikan karya nonfiksi (artikel, laporan, opini, anekdot, dan kritik) sesuai kaidah. ◦ Memproduksi dan mempublikasikan karya fiksi (naskah drama, cerita pendek, karya terjemahan) ◦ Menyajikan seni pertunjukan (musikalisasi puisi, dramatisasi karya sastra, si’ir, lawak, musik dan

CAKUPAN PENILAIAN SIKAP Penilaian sikap spiritual Penilaian sikap sosial Menghargai dan menghayati ajaran agama

CAKUPAN PENILAIAN SIKAP Penilaian sikap spiritual Penilaian sikap sosial Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut 1. jujur 2. disiplin 3. tanggung jawab 4. toleransi 5. gotong royong 6. santun 7. percaya diri 61

PERMENDIKBUD 103 TAHUN 2014: . . . . 8. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan

PERMENDIKBUD 103 TAHUN 2014: . . . . 8. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills; 9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarsa sung tuladha), membangun kemauan (ing madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); 11. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; . . . 62

Pasal 10 Mulok Pengembangan materi pembelajaran bahasa Jawa (daerah) sebagai muatan lokal juga diatur

Pasal 10 Mulok Pengembangan materi pembelajaran bahasa Jawa (daerah) sebagai muatan lokal juga diatur dalam Pergub, yakni pada pasal 10 seperti berikut ini: q Materi ajar bahasa daerah disiapkan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota bekerja sama dengan institusi/pihak yang terkait. q Materi ajar bahasa daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperkaya dengan hal ikhwal yang kontekstual dengan keadaan dan perkembangan budaya dan tata nilai di kabupaten/ kota masing- masing. q Materi ajar bahasa daerah dipilih dan ditekankan pada bahan yang bersifat pragmatik, komunikatif, rekreatif, dan berdaya guna bagi kehidupan siswa. q Materi ajar bahasa daerah bersumber dari budaya, tata nilai, yang berkembang di lingkungan masyarakat sebagai integrasi tematik yang memanfatkan kearifan lokal. 63

PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN MATERI AJAR � Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi,

PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN MATERI AJAR � Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. 1) Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar. 2) Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. 3) Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

Kelas X/KD 2 WAYANG SAJRONE BEBRAYAN JAWA 65

Kelas X/KD 2 WAYANG SAJRONE BEBRAYAN JAWA 65

Laire Arjuna Ana ing sawijining dina Begawan Abyasa, Madrim, Puntadewa, Yamawidura, Kunti, lan Bima

Laire Arjuna Ana ing sawijining dina Begawan Abyasa, Madrim, Puntadewa, Yamawidura, Kunti, lan Bima kumpul ing kraton nunggu baline Prabu Pandhu. Ora suwe dumadakan teka salah siji utusan saka Pandu kang anggawa warta yen Prabu Pandu nembe wonten tugas ndhereke Basudewa tindak ana ing tlatah Mandura. Dewi Kunthi kang nembe mbobot tuwa banjur nglairake jabang bayine. Saka kelairan iku bayi kang lagi wae mbrojol saka njero weteng Dewi Kunthi banjur digendhong dening Bima sing ora liya yaiku kakang saka jabang bayi kuwi mau. Bima nggendhong adhine menyang tlatah Mandura kanthi kawalan saka Begawan Abyasa. Ana ing tlatah Mandura, Ugrasena sowan wonten Dewi Mahendra lan Dewi Bandraini. Piyambake sedaya pada nunggu kerawuhan Basudewa. Ora suwe banjur Raja Basudewa dumugi kanthi didherekake dening Pandhu lan Arya Prabu. Dewi Badraini kang uga nembe mbobot tuwa banjur nglairake jabang bayi kang ayu lan diparing asma Sumbadra. Ora suwe Bima teka ana ing Mandura kaliyan nggendhong bayi lanang yaiku adhine dhewe kanthi kawalan Begawan Abyasa. Bayi iku dicaosake dening Prabu Pandhu kang ora liya yaiku bapakne. Banjur Pandu paweh asma dening bayi iku kanti jeneng Permadi, semono uga Begawan Abyasa paweh jeneng Palguna dening anak Dewi Kunti, sawetara Bima dados kakange paweh jeneng Jlamprong. Bocah iku sakmangko dadi ksatria kang bagus lan kuwat, kalebu ana ing perangan Pandawa Lima kanthi julukan tkaloka, yaiku Arjuna. � Ana ing papan kuwi sakmenika wonten bayi loro kang gadhah asma Permadi lan Sumbadra, banjur Basudewa mangku keloro bocah kuwi, Permadi ana ing pupu tengen lan Sumbadra ana ing pupu kiwane Basudewa. Saka kono keloro bocah kuwi dijodhokake kawit bayi cenger lan Basudewa sabda yen saka keloro bocah iki mbesuk bakal anurunake keturunan kang dadi raja. 66

Cerita Wayang Bahasa Jawa Dewa Ruci Diposting oleh Faiz Pratama di 06. 30 �

Cerita Wayang Bahasa Jawa Dewa Ruci Diposting oleh Faiz Pratama di 06. 30 � Jika kemarin kita telah mengenal wujud tokoh wayang dewa ruci berikut kami sampaikan cerita wayang bahasa jawa dewi ruci dalam kisah pewayangan jawa. Bagaimana perjalanan Bima sehingga menemukan Dewa Ruci dan seperti apa kisah keduanya setelah berjumpa kenapa Bima yang juga dikenal sebagai Werkudara tersebut merasa sangat berhutang budi terhadap beliau? Simak kisahnya menggunakan bahasa jawa krama alus/ inggil di bawah ini. � �Dicritakake, Bima nduweni sawijining guru kanthi jeneng Resi Drona mrentah Bima supaya nggoleki banyu kauripan sing bakal ndadekake Bima tumuju kasampurnan urip. Prentah iki sayektine mung siasat kanggo nyirnakake Bima supaya ora melu sajrone Perang Baratayuda sing wektu kuwi lagi disamaptake. �Bima sing nduweni jiwa minangka murid, tanpa pitakon banjur nglakokake titah saka sang guru. Dheweke mangkat nuju panggon kang mbebayani sing wis dituduhake dening Resi Drona. �Pisan, dheweke dikongkon menyang kawah gunung Candramuka. Nanging, banyu sing den upadi jebule ora ana, nuli gua neng sakiwo tengene diobrak-abrik nganti nggawe kaget buta sing manggon neng kono, yaiku Rukmuka lan Rukmakala. Banjur kedadean gelut antarane Bima lan nggawe raseksa sakloron kalah ditendhang, dibanting mendhuwur watu lan nyeblok dadi lebu. �. . . lan sateruse. 67

Teks dalam buku Sastri Basa 68

Teks dalam buku Sastri Basa 68

KELAS X/ KD-6 � Kompetensi Dasar dan Indikator 3. 6 Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis

KELAS X/ KD-6 � Kompetensi Dasar dan Indikator 3. 6 Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis puisi tradisional atau modern sesuai dengan karakteristik. � 3. 6. 1 Menjelaskan jenis tembang macapat � 3. 6. 2 Menjelaskan ciri-ciri tembang macapat � 3. 6. 3 Menjelaskan isi tembang macapat. 4. 6 Membaca, mencipta, dan mempublikasikan puisi tradisional atau modern. 4. 6. 1 Mengarang tembang macapat. 4. 6. 2 Mempublikasikan tembang macapat hasil karya sendiri. 4. 6. 3 Melagukan tembang macapat karya sendiri di depan kelas. 4. 6. 4 Menceritakan isi tembang macapat karya sendiri 69

SERAT CANDRARINI � PUPUH V � K I N A N T H I

SERAT CANDRARINI � PUPUH V � K I N A N T H I � Garwa kang pamêkasipun / nama Sang Wara Srikandhi / saking nagari Cêmpala / raja ingkang asêsiwi / Sri Maha Prabu Drupada / ing warna tuhu linuwih. � Jênar pasariranipun / kadi kancana sinangling / wadana nuksmeng sasongka / liringe galak amanis / budiman ingkang umulat / dhemês dêdêge rêspati. � Gandhang kang wicara tanduk / gandhês kewês ngalayoni / tulus raharja ing driya / kalamun slanggapan angling / datan mawi tininggalan / sinambi ngliling dariji. 70

Serat Tripama Anggitan : KGPAA Mangkunagara IV � Dhandhanggula. 1. Yogyanira kang para prajurit,

Serat Tripama Anggitan : KGPAA Mangkunagara IV � Dhandhanggula. 1. Yogyanira kang para prajurit, lamun bisa samya anuladha, kadya nguni caritane, andelira sang Prabu, Sasrabau ing Maespati, aran Patih Suwanda, lalabuhanipun, kang ginelung tri prakara, guna kaya purune kang den antepi, nuhoni trah utama. 71

Serat Wulangreh: . Sri Susuhunan Pakubuwana IV, Raja Surakarta � PUPUH IDHANGGULA 01 �

Serat Wulangreh: . Sri Susuhunan Pakubuwana IV, Raja Surakarta � PUPUH IDHANGGULA 01 � Pamedare wasitaning ati, cumanthaka aniru Pujangga, dhahat mudha ing batine, nanging kedah ginunggung, datan wruh yen keh ngesemi, ameksa angrumpaka, basa kang kalantur, tutur kang katula-tula, tinalaten rinuruh kalawan ririh, mrih padhanging sasmita. � Uraian nasihat ini bermula dari kelancangan hati berniat meniru para pujangga, padahal (aku) sangatlah bodoh. Tetapi karena ingin disanjung, tidak tahu jika kelak banyak yang mencibir. Memaksakan diri untuk menciptakan, (meski) dengan bahasa yang kacau balau bahkan tersia-sia, namun (hal ini) kususun dengan teliti dan sabar, semoga isyarat ini menjadi jelas. 02 � Sasmitaning ngaurip puniki, apan ewuh yen nora weruha, tan jumeneng ing uripe, akeh kang ngaku-aku, pangrasane sampun udani, tur durung wruh ing rasa, rasa kang satuhu, rasaning rasa punika, upayanen darapon sampurna ugi, ing kauripanira. � Isyarat dalam kehidupan ini, tidak mungkin kau pahami jika kau tak mengetahuinya, tidak akan memiliki ketenangan dalam hidupnya. Banyak yang mengaku dirinya sudah memahami isyarat (dalam hidup), padahal belum mengolah rasa, inti dari rasa yang sesunguhnya. Oleh karena itu, berusahalah (memahami makna rasa itu), agar sempurna hidupmu. 72

Wulangreh: Gambuh � Sekar gambuh ping catur, (Tembang gambuh keempat) Kang cinatur polah kang

Wulangreh: Gambuh � Sekar gambuh ping catur, (Tembang gambuh keempat) Kang cinatur polah kang kalantur, (Yang dibicarakan tentang perilaku yang kebablasan) Tanpa tutur katula-tula katali, (Tanpa nasihat terjerat penderitaan) Kadaluwarsa kapatuh, (Terlanjur menjadi kebiasaan) Kapatuh pan dadi awon. (Kebiasaan bisa berakibat buruk) � Aja nganti kabanjur, (Jangan sampai terlanjur) Barang polah ingkang nora jujur, (Bertingkah polah yang tidak jujur) Yen kebanjur sayekti kojur tan becik, (Jika telanjur tentu akan celaka dan tidak baik) Becik ngupayaa iku, (Lebih baik berusahalah) Pitutur ingkang sayektos. ([mengikuti] ajaran yang sejati) 73

Serat WEDHATAMA KGPAA Mangkunegara IV PANGKUR- bait 1 : � Mingkar mingkuring angkara Akarana

Serat WEDHATAMA KGPAA Mangkunegara IV PANGKUR- bait 1 : � Mingkar mingkuring angkara Akarana karenan mardi siwi Sinawung resmining kidung Sinuba sinukarta Mrih kretarta pakartining ngèlmu luhung Kang tumrap ning tanah Jawa Agama ageming aji � � Menghindarkan diri dari angkara Bila akan mendidik putra Dikemas dalam keindahan syair Dihias agar tampak indah Agar tujuan ilmu luhur ini tercapai Yang berlaku di tanah Jawa Agama pegangan para pemimpin PUCUNG bait 1 � Ngèlmu iku kalakoné kanthi laku Lekasé lawan kas Tegesé kas nyantosani Setya budya pangekesé dur angkara. � � Ilmu itu bermanfaat bila dilaksanakan Dimulai dengan kemauan Kemauan untuk menyejahterakan sesama Tabah mengembangkan, menaklukkan semua tantangan 74

SERAT WULANGSUNU, Paku Buwono IV � Pupuh I � Wulang sunu kang kinarya gendhing,

SERAT WULANGSUNU, Paku Buwono IV � Pupuh I � Wulang sunu kang kinarya gendhing, kang pinurwa tataning ngawula, suwita ing wong tuwane, poma padha mituhu, ing pitutur kang muni tulis, sapa kang tan nuruta saujareng tutur, tan urung kasurang-surang, donya ngakir tan urung manggih billahi, tembe matine nraka. � Wulang sunu yang dibuat lagu, yang dimulai dengan tata cara berbakti, bergaul bersama orang tuanya, agar semuanya memperhatikan, petunjuk yang tertulis, siapa yang tidak mau menurut, pada petunjuk yang tertulis, niscaya akan tersia-sia, niscaya dunia akherat akan mendapat malapetaka, sesudah mati di neraka � Mapan sira mangke anglampahi, ing pitutur kang muni ing layang, pasti becik setemahe, bekti mring rama ibu duk purwa sira udani, karya becik lan ala, saking rama ibu, duk siro tasih jajabang, ibu ira kalangkung lara prihatin, rumeksa maring sira. � Bila nanti kamu melaksanakan petunjuk yang tertuang dalam serat pasti baik pada akhirnya berbakti kepada ibu bapak, ketika pertama kali diperlihatkan akan perbuatan baik dan buruk dari ibu bapak ketika kamu masih bayi, ibumu lebih sakit dan menderita memelihara kamu. 75

KELAS XII-KD 2 WULANGAN 2 NULAD LAKU UTAMA. . . . //. 19 �

KELAS XII-KD 2 WULANGAN 2 NULAD LAKU UTAMA. . . . //. 19 � Kompetensi Dasardan Indikator. . . . . 19 � Mbabar wawasan. . . . 19 � Pasinaon 1. Modhel teks pinilih. . . . . 20 � Garapan 1 : Ngidhentifikas Struktur Teks Cerkak. . 20 � Garapan 2 : Nganalisis Struktur Teks Cerkak. . . . 24 � Garapan 3 : Nganalisis Unsur Basa ing Teks Cerkak. . . 25 � Garapan 4 : Mbandhingake Basane Cerkak lan Basa Wayang 76

Nilai karakter apa yang dibangun? 77

Nilai karakter apa yang dibangun? 77

Mbandhingake Basane Cerkak lan Basa Wayang Cerkak Crita Wayang Kaya nggrantes perih batine si

Mbandhingake Basane Cerkak lan Basa Wayang Cerkak Crita Wayang Kaya nggrantes perih batine si bocah. Senajan isih kepara bocah nanging krungu omongane emake kang kaya mangkono jebul uga tuwuh rasa welas trenyuhe. Bocah papat sangsaya ngruket sikile emak. Bebarengan rebutan ngranggeh tangane emak saperlu njaluk ngapura. . . Ing antarane rasa trenyuh kang ana jroning gubug dikagetake swara sempritan dawa, “Heh Adhiku, Dhi Bratajaya, ana kedadean apa dene si adhi ngrungkebi padane pun Kakang lan katon melar-mingkus ambeganmu kaya candrane sinamber gelap, tuna tinubruking sima luput Yayi? ”. . . . Suka jroning wardaya Raden Premadi, nalika mulat pangupaya boga wus katon marak kanthi nggawa buntelan. Nanging mirsani kahananing si buntelan, katon carup wor dadi sawiji. Sega campur enjet, . . 78

KELAS XII/KD -1 3. 1 Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis penggunaan bahasa lisan dalam berbagai

KELAS XII/KD -1 3. 1 Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis penggunaan bahasa lisan dalam berbagai situasi sesuai tatakrama 4. 1 Melakukan simulasi penggunaan bahasa daerah dalam berbagai konteks sesuai dengan tatakrama. 3. 1. 1 Menjelaskan unggah-ungguh basa/ onḍhâgghâ bhâsa 3. 1. 2 Menjelaskan karakteristik unggahungguh basa/ onḍhâgghâ bhâsa 3. 1. 3 Menjelaskan penggunaan unggahungguh basa/ onḍhâgghâ bhâsa dalam teks drama. 3. 1. 4 Menjelaskan isi teks drama. 4. 1. 1 Menulis teks percakapan sesuai dengan kaidah. 4. 1. 2 Mendramatisasikan teks percakapan yang telah ditulis. 4. 1. 3 Memberikan komentar atau tanggapan tentang penampilan temannya dalam bermain drama 79

CONTOH 1 � Tuladha 3 � Ibu � Bapak � Ibu � Bapak :

CONTOH 1 � Tuladha 3 � Ibu � Bapak � Ibu � Bapak : Bapak wis dhahar? : Wis, ngenteni Ibu kesuwen. Dakkira durung kondur. : Lagi wae, Pak. Kanca-kanca ngajak mampir daleme Bu Wira. : Lo, Bu Wira wis kondur ta? : Mau awan. Didherekake putra ragile. : Mas Banu ta? : Ya. : Mas Banu kae sida ngasta na ndi ta Bu? : Dinas Pariwisata kota, Pak. : Syukurlah. 80

CONTOH 2 SRI HUNING MUSTIKANING TUBAN Adegan I : Kadipaten Bojonegoro Pasewakan Kadipaten Bojonegoro

CONTOH 2 SRI HUNING MUSTIKANING TUBAN Adegan I : Kadipaten Bojonegoro Pasewakan Kadipaten Bojonegoro nampi rawuhipun utusan saking Tuban nanjihaken perkawis dhaupipun R. Wiratmaya lan Retna Kumala. Adegan kawitan kanthi sungkeming para nayaka dhumateng Adipati Sasranagara. Raden Sadara : Paman Adipati, kula ngaturaken sungkeming pangabekti mugi konjuk. Adipati Sasranagara : Ya ngger, Sadara. Daktampa, ora liwat pamujiku tampanana. Raden Sadara : Inggih, kula pundhi mugi ndadosaken jimat paripih, Paman. Adipati Sasranaara : Njanur gunung dene kowe sowan ana ing Bojonegoro, apa pancen ana wigati? Raden Sadara : Inggih, sowan kula estunipun mundhi dhawuh Rama Siralawe ing Tuban saperlu nanjihaken bab jejodhoan antawisipun Kakang Wiratmaya kaliyan Kangmbok Retna Kumala, Paman. Adipati Sasranagara : Ha. . ha. . pancen nalika semana aku klawan 81

Mbandhingake Basane Cerkak lan Basa Wayang Cerkak Crita Wayang Kaya nggrantes perih batine si

Mbandhingake Basane Cerkak lan Basa Wayang Cerkak Crita Wayang Kaya nggrantes perih batine si bocah. Senajan isih kepara bocah nanging krungu omongane emake kang kaya mangkono jebul uga tuwuh rasa welas trenyuhe. Bocah papat sangsaya ngruket sikile emak. Bebarengan rebutan ngranggeh tangane emak saperlu njaluk ngapura. . . Ing antarane rasa trenyuh kang ana jroning gubug dikagetake swara sempritan dawa, “Heh Adhiku, Dhi Bratajaya, ana kedadean apa dene si adhi ngrungkebi padane pun Kakang lan katon melar-mingkus ambeganmu kaya candrane sinamber gelap, tuna tinubruking sima luput Yayi? ”. . . . Suka jroning wardaya Raden Premadi, nalika mulat pangupaya boga wus katon marak kanthi nggawa buntelan. Nanging mirsani kahananing si buntelan, katon carup wor dadi sawiji. Sega campur enjet, . . 82

KELAS XI/ KD 1 3. 1 Mengidentifikasi, memahami, 3. 1. 1 Menganalisis struktur teks

KELAS XI/ KD 1 3. 1 Mengidentifikasi, memahami, 3. 1. 1 Menganalisis struktur teks dan menganalisis teks drama, geguritan/puisi prosa atau puisi sesuai kaidah. 3. 1. 2 Mengidentifikasi isi teks geguritan/puisi. 3. 1. 3 Mengidentifikasi pesan/amanat dalam teks geguritan/puisi. 4. 1 Menginterpretasi, menanggapi 4. 1. 1 Memparafrase teks dan memperagakan teks geguritan/puisi. drama, puisi, dan prosa sesuai 4. 1. 2 Memberi tanda jeda teks isi dengan bahasa yang geguritan/puisi yang akan komunikatif. dibacakan. 4. 1. 3 Menandai intonasi teks geguritan/puisi yang akan dibacakan 4. 1. 4 Membaca indah teks geguritan/puisi. 4. 1. 5 Menanggapi pembacaan teks geguritan/puisi. . 83

GURITAN TEMA KEPAHLAWANAN 1. RADEN AJENG KARTINI” (Fauziah Isnaini) � Sanajan panjenengane wanita Nanging

GURITAN TEMA KEPAHLAWANAN 1. RADEN AJENG KARTINI” (Fauziah Isnaini) � Sanajan panjenengane wanita Nanging gelem rekasa Sanajan dipingit wong tuwa Atine tetep mbela Mbela kaum wanita Aja nganti kalah prakosa � Jejere wanita Kudu tetep siyaga Ngowahi nasibe bangsa Nurunake nasibe bangsa Duwea wawasan kang jembar Kanggo nggayuh lintang kang sumunar � 2. “Pahlawanku” (R. Tantiningsih) � Pahlawanku Wutahing ludirmu Nyiram ibu pertiwi Nadyan sang ibu Kudu muwun sedhih Karajang-rajang manahe Karujit-rujit rasa pangrasane � Pahlawanku Mugya Gusti paring nugraha Semana gedhene bektimu Jiwa raga, bandha donya Tanpa sisa Amung siji pangajabmu Merdika � 84

GURITAN TEMA ALAM � � � 3. “WIT-WITAN PINGGIR DALAN” Aku mlaku, nanging mripatku

GURITAN TEMA ALAM � � � 3. “WIT-WITAN PINGGIR DALAN” Aku mlaku, nanging mripatku nyawang sliramu Aku mandheg, sliramu malah ngguya-ngguyu Saya edhum… Saya seger lan ngresepake ati…. Nalika ngaso, sliramu sing dak ampiri Nalika kesel, sliramu sing dak gawe sambat Pang-pangmu bisa gawe sendhenan Godhongmu sing ngrembuyung kaya dadi payung alam Ngresep panas sing teka. . Ngalangi udan sing moro. . Nanging atiku nangis. . Nyawang sliramu sing wis ilang dadi bangunan Got padha mudhal yen udane deres � � � Nanging lemahe padha nela yen udane ora teka Ora ana maneh sing nyerep panase sang surya Ora ana meneh sing ngalangi derese udan Lan, Ora ana maneh panggon iyupan sing biasane dak ampiri Saiki… Dak terusake lakuku Nalika tak sawang bangunan iku, Aku kelingan marang sliramu… Oh… Wit-witan pinggir dalan… Dak enteni bibit penerusmu… 85

GURITAN TEMA ALAM “BUMIKU” � Kabentang indahe bumiku Tan katon ijo royo-royo Para kewan

GURITAN TEMA ALAM “BUMIKU” � Kabentang indahe bumiku Tan katon ijo royo-royo Para kewan pada manut mring ndarane Ana ing sawah anggarap siti � Nanging, saiki ora kaya mbiyen Nanging, saiki bumiku wis rusak Kaya-kayawis ora ana ijoijoan meneh Karana ulahe manungsa � Lena marang wektu Lan nglirwakake kewajiban Marang Gusti, Sing akarya jagad “ALAM” � Ati sing lara dadi waras Yen ndeleng apike alam iki Pikiran sing lesu dadi tuntas Ndeleng ciptan sing Kuasa � Matur syukur marang Gusti Sing wis nyiptake bumi iki Lan saisine Kita kudu ngrawat alam iki Marang dunya kang luwih apik 86

BAWA RASA q. Pembahasan tentang “karakter” bisa dikatakan miliknya ”muatan lokal” dengan menemukenali dan

BAWA RASA q. Pembahasan tentang “karakter” bisa dikatakan miliknya ”muatan lokal” dengan menemukenali dan mengembangkan basa, sastra, seni dan budaya lokal atau kearifan lokal. q. Sumber belajar yang terkait dengan “karakter” banyak sekali dan banyak pula yang dilupakan. 87