POLA KERUANGAN DESA KOTA DESA Deshi sansekerta Tanah

  • Slides: 62
Download presentation
POLA KERUANGAN DESA KOTA DESA : Deshi (sansekerta ) “ Tanah Kelahiran “ DEFINISI

POLA KERUANGAN DESA KOTA DESA : Deshi (sansekerta ) “ Tanah Kelahiran “ DEFINISI : 1. UU No. 5 Th. 1979 Ps 1 2. Suatu Wilayah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai 1 kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat, dan berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri dalam ikatan NKRI. 3.

Desa: Suatu wilayah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiologis, sosial, ekonomi, politik dan

Desa: Suatu wilayah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiologis, sosial, ekonomi, politik dan kultural. ( Bintarto ) Desa : Suatu kesatuan wilayah yang penduduk kurang dari 2. 500 jiwa dengan ciri-ciri: 1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal 2. Adanya ikatan perasaan yang sama tentang 3. Cara Berusaha Bersifat Agraris ( Paul H. Landis )

POTENSI DESA Sumber Daya yang ada disuatu desa, berupa alam dan manusia serta hasil-hasil

POTENSI DESA Sumber Daya yang ada disuatu desa, berupa alam dan manusia serta hasil-hasil karya manusianya yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi Fisik ( Tanah, Air, Udara, iklim, Biotis ) Potensi non. Fisik ( Penduduk, Aparatur dan lembaga sosial )

Desa Berdasarkan Potensinya a. Desa berpotensi tinggi Landai, subur dan sumber air mencukupi b.

Desa Berdasarkan Potensinya a. Desa berpotensi tinggi Landai, subur dan sumber air mencukupi b. Desa berpotensi sedang Topografi bervariasi, tanah kurang subur, irigasi setengah teknis c. Desa berpotensi rendah Topografi berbukit, tanah kurang subur, air mengandalkan air hujan

Macam desa : Agraris , Nelayan, Industri a. b. c. d. Hinterland secara geografis

Macam desa : Agraris , Nelayan, Industri a. b. c. d. Hinterland secara geografis merupakan daerah pendukung kota khususnya kebutuhan pangan Wilayah sumber pangan bagi kota yang dimanfaatkan sebagai wilayah pertanian Penduduk usia produktif di desa merupakan penyuplai tenaga kerja bagi kota. Tempat wisata budaya maupun alam Pusat Industri kecil

Desa Berdasarkan Tingkat Pembangunan dan kemampuan pengembangan a. Desa Swadaya Suatu wilayah pedesaan yang

Desa Berdasarkan Tingkat Pembangunan dan kemampuan pengembangan a. Desa Swadaya Suatu wilayah pedesaan yang hampir seluruh masyarakatnya mampu memenuhi kebutuhannya dengan cara mengadakan sendiri. b. Desa Swakarya Desa yang sudah lebih maju mampu memproduksi kebutuhan sendiri dan kelebihan produksi dapat dijual ke daerah-daerah lain.

c. Desa Swasembada atau Desa Maju Desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi yang

c. Desa Swasembada atau Desa Maju Desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi yang ada dengan optimal serta mampu berinteraksi dengan masyarakat di daerah lain. Agar pembangunan desa berjalan lancar dibutuhkan lembaga-lembaga yang diharapkan dapat mengobtimalkberbagai potensi desa

Struktur Ruang Desa dan Kota Struktur Ruang Desa a. Pola Linear atau Memanjang Mengikuti

Struktur Ruang Desa dan Kota Struktur Ruang Desa a. Pola Linear atau Memanjang Mengikuti Jalur Jalan Raya atau Alur Suangai Arah pengembangan Jalan Lahan Pertanian Permukiman

b. Pola Memanjang Pantai Laut Kawasan Industri Kecil Permukiman Laut

b. Pola Memanjang Pantai Laut Kawasan Industri Kecil Permukiman Laut

c. Pola Terpusat Biasanya di pegunungan dan penduduk berasal dari satu keturunan Permukiman Kawasan

c. Pola Terpusat Biasanya di pegunungan dan penduduk berasal dari satu keturunan Permukiman Kawasan Industri Arah pengembangan

d. Pola Mengelilingi Fasilitas Tertentu ( Danau, waduk, Pasar ) Permukiman Penduduk Fasilitas yang

d. Pola Mengelilingi Fasilitas Tertentu ( Danau, waduk, Pasar ) Permukiman Penduduk Fasilitas yang ada Kawasan Industri Kecil

Pola Permukiman Desa di Indonesia a. Memanjang jalan, sungai, pantai dan jalan kereta api

Pola Permukiman Desa di Indonesia a. Memanjang jalan, sungai, pantai dan jalan kereta api di dataran rendah b. Radial di wilayah pegunungan c. Tersebar di wilayah perbukitan Tersebar Radial Linier

Kota, Pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundangan,

Kota, Pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundangan, serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. ( Per. Men. Da. Neg no 2 87 ps 1) Kota, sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami nonalami, dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibanding Hinterland. ( Bintarto )

Kota adalah lokasi dengan ciri-ciri: a. Kepadatan penduduknya lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kepadatan

Kota adalah lokasi dengan ciri-ciri: a. Kepadatan penduduknya lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kepadatan penduduk sekitarnya. b. Penduduk pada lokasi atau tempat tersebut sebagian besar tidak bergantung pada sektor pertanian dan tidak juga pada aktifitas ekonomi primer c. Lokasi tersebut menjadi pusat kebudayaan, administrasi dan ekonomi bagi wilayah-wilayah di sekitarnya. ( Northam )

Kota Sebagai Pusat Pelayanan ( Walter Christaler ) Suatu wilayah bisa disebut kota bila

Kota Sebagai Pusat Pelayanan ( Walter Christaler ) Suatu wilayah bisa disebut kota bila sebagian besar kebutuhan penghuninya mampu dicukupi oleh pasar setempat. ( Max Webber )

Karakteristik Masyarakat dan Kehidupan Kota 1. Secara demografis ( heterogen padat ) 2. Secara

Karakteristik Masyarakat dan Kehidupan Kota 1. Secara demografis ( heterogen padat ) 2. Secara Ekonomi ( bergerak di bid. Industri, Perdagangan dan Jasa, pendapatan tidak seragam) 3. Secara Sosiologis ( individualis, Komunikasi tidak langsung ) 4. Budaya ( Multikultur , inovatif, dinamis )

Klasifikasi Kota 1. Numerik ( Kuantitatif ) yaitu. Berdasarkan jumlah penduduk, kepadatan, perbandingan jenis

Klasifikasi Kota 1. Numerik ( Kuantitatif ) yaitu. Berdasarkan jumlah penduduk, kepadatan, perbandingan jenis kelamin dan luas kota. 2. Non. Numerik ( Kualitatif ), yaitu berdasarkan tahapan perkembangannya, fungsi kota dan kondisi sosial penduduknya

Kota di Indonesia menurut jumlah penduduknya l Kota kecil atau kota kecamatan (town ship):

Kota di Indonesia menurut jumlah penduduknya l Kota kecil atau kota kecamatan (town ship): 20. 000 – 100. 000 jiwa l Kota sedang atau kota kabupaten (town): 50. 000 – 100. 000 jiwa l Kota besar: 100. 000 – 1. 000 jiwa l Kota metropolitan: > 1. 000 jiwa l Kota raksasa atau megapolitan: > 14. 000 jiwa Ø

Kota menurut fungsinya: Kota pusat produksi (sebagai pemasok barang-barang yang dibutuhkan wilayah lain). Contoh:

Kota menurut fungsinya: Kota pusat produksi (sebagai pemasok barang-barang yang dibutuhkan wilayah lain). Contoh: a. Bukit Asam dan Ombilin (pemasok batubara) b. Bontang (pemasok gas alam cair) c. Bandung (pemasok tekstil) d. Cilegon (pemasok besi baja) e. Kota industri manufaktur: mengubah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Contoh: kota Mojokerto (penghasil yodium) Ø 1.

2. Kota pusat perdagangan (sebagai pusat perdagangan yang memiliki sarana penyalur bahan kebutuhan pokok

2. Kota pusat perdagangan (sebagai pusat perdagangan yang memiliki sarana penyalur bahan kebutuhan pokok penduduk kota dan hinterlandnya. Contoh: a. Bremen (Jerman): pusat perdagangan tembakau b. Tokyo (Jepang): sebagai kota pelabuhan dan pusat industri serta perdagangan c. Philadelphia (AS): sebagai kota pelabuhan, jalur ekspor batu bara dan baja

3. Kota pusat pemerintahan (pusat pemerintahan suatu negara atau wilayah yang lebih kecil) Contoh:

3. Kota pusat pemerintahan (pusat pemerintahan suatu negara atau wilayah yang lebih kecil) Contoh: Jakarta

4. Kota pusat kebudayaan (berhubungan erat dengan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat setempat)

4. Kota pusat kebudayaan (berhubungan erat dengan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat setempat) Contoh: a. Tabanan (Bali) b. Surakarta c. Yogyakarta d. Bukit Tinggi

5. Kota pusat kesehatan (menonjolkan pusat -pusat pelayanan kesehatan khusus bagi masyarakat) Contoh: a.

5. Kota pusat kesehatan (menonjolkan pusat -pusat pelayanan kesehatan khusus bagi masyarakat) Contoh: a. Singapura

Kota di Indonesia menurut sejarah terjadinya 1. Kota pertambangan Contoh: a. Sawahlunto, Bukit Asam,

Kota di Indonesia menurut sejarah terjadinya 1. Kota pertambangan Contoh: a. Sawahlunto, Bukit Asam, Ombilin: penghasil batu bara b. Bontang (Kaltim), Arun (Aceh): penghasil gas alam c. Soroako (Papua): penghasil nikel d. Dumai, Sigli, Lhokseumawe (Aceh), Sungai Gerong, Plaju, Wonokromo, Cepu, Tarakan, Balikpapan, dan Sorong: penghasil minyak bumi Ø

2. Kota perkebunan Membutuhkan lahan luas yang subur dan iklim yang sesuai Contoh: Palembang,

2. Kota perkebunan Membutuhkan lahan luas yang subur dan iklim yang sesuai Contoh: Palembang, Jambi, Pematang Siantar, Bengkulu, Bogor, Malang, Lembang, Subang, Wonosobo

3. Kota perdagangan Memiliki lokasi yang strategis Contoh: a. Surabaya b. Palembang c. Cirebon

3. Kota perdagangan Memiliki lokasi yang strategis Contoh: a. Surabaya b. Palembang c. Cirebon d. Semarang e. Ambon f. Banda Aceh

4. Kota kebudayaan atau kerajaan Kerajaan biasanya tumbuh di daerah yang subur, relief baik,

4. Kota kebudayaan atau kerajaan Kerajaan biasanya tumbuh di daerah yang subur, relief baik, air mudah didapat, strategis, dekat dengan sungai besar. Contoh: a. Yogyakarta b. Kartasura c. Surakarta d. Kediri e. Cirebon

Kota menurut tahap perkembangannya 1. Tahap eopolis: tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan

Kota menurut tahap perkembangannya 1. Tahap eopolis: tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan organisasi masyarakatnya sudah memperlihatkan ciri perkotaan 2. Tahap polis: cirinya kota masih bersifat agraris 3. Tahap metropolis: ditandai dengan sebagian orientasi kehidupan ekonomi penduduk mulai mengarah ke sektor industri. Contoh: Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, dan Makasar Ø

4. Tahap megapolis: suatu tahap dimana ukuran wilayah perkotaan sudah sangat besar. Dalam beberapa

4. Tahap megapolis: suatu tahap dimana ukuran wilayah perkotaan sudah sangat besar. Dalam beberapa segi, kota ini telah mencapai titik tertinggi dan memperlihatkan tanda-tanda akan mengalami penurunan kualitas 5. Tahap tyranopolis: cirinya kehidupan masyarakat telah dikuasai oleh para tiran, diwarnai kekacauan dan tingkat kriminalitas sangat tinggi 6. Tahap nekropolis: tahap perkembangan kota menuju ke arah kematian

POLA KERUANGAN KOTA 1. Inti Kota ( core or city ) Pusat kegiatan ekonomi,

POLA KERUANGAN KOTA 1. Inti Kota ( core or city ) Pusat kegiatan ekonomi, politik, dan budaya. ( Pusat Kegiatan Daerah ( PDK), Central Bussiness District (CBD) ) 2. Selaput inti kota Berkembangnya inti kota dapat mengakibatkan beberapa pola unit kegiatan a. Sentralisasi b. Nukleasi c. Desentralisasi d. Segregasi

a. b. c. d. Dalam pengelompokkan berbagai unit kegiatan di kota muncul berbagai gejala.

a. b. c. d. Dalam pengelompokkan berbagai unit kegiatan di kota muncul berbagai gejala. sentralisasi: timbulnya gejala pengelompokkan pusat kegiatan di suatu titik. Ciri: ramai di siang dan sore hari, dan sepi di malam hari (berupa perkantoran dan bank) Nucleasi : Fungsi mirip PKD tetapi lebih kecil. desentralisasi: yaitu gejala untuk menjauhi pusat kota sehingga muncul inti-inti baru di luar kota. segregasi: munculnya kelompok-kelompok permukiman secara terpisah karena perbedaan status esosbud

3. Kota satelit: wilayah pemekaran kota yang masih memiliki sifat-sifat kota, merupakan sub koordinasi

3. Kota satelit: wilayah pemekaran kota yang masih memiliki sifat-sifat kota, merupakan sub koordinasi dari pusat kegiatan yang lebih besar. Ciri-ciri: a. memiliki pusat-pusat kecil di bidang industri (sebagai kota produksi) b. Terbentuk lebih dulu daripada sub urban c. Jumlah penduduk lebih banyak dibandingkan sub urban

4. Sub urban: jauh dari inti kota namun masih mencakup wilayah komuter area. Berfungsi

4. Sub urban: jauh dari inti kota namun masih mencakup wilayah komuter area. Berfungsi sebagi tempat tinggal para pekerja di kota dan pekerja manufaktur di kota satelit. 5. Slums area (daerah kumuh di suatu wilayah kota).

MODEL STRUKTUR RUANG KOTA A. Teori Konsentrik ( Sosiolog AS Meneliti Struktur kota Chicago

MODEL STRUKTUR RUANG KOTA A. Teori Konsentrik ( Sosiolog AS Meneliti Struktur kota Chicago EW. Burgess) Pusat Kegiatan Zona Transisi Wil. Masyarakat Berpendapatan Rendah Wil. Masyarakat Berpenghasilan Menengah Wil. Tempat Tinggal Masyarakat Berpenghasilan Tinggi Wil. Batas Kota Desa

TEORI SEKTORAL Homer Hoyt 1930 Pola perkembangan kota cenderung berkembang berdasarkan sektor-sektor dari pada

TEORI SEKTORAL Homer Hoyt 1930 Pola perkembangan kota cenderung berkembang berdasarkan sektor-sektor dari pada lingkaran konsentrik. Menurut teori ini pusat kegiatan daerah terletak dipusat kota, perkembangan penggunaan lahan berkembang menurut sektor-sektor yang membentuknya. ( Dipengaruhi oleh Bentuk lahan dan pengembangan jalan )

STRUKTUR MODEL SEKTORAL Pusat Daerah Kegiatan Perumahan kaum buruh Perdagangan Besar dan Industri Kecil

STRUKTUR MODEL SEKTORAL Pusat Daerah Kegiatan Perumahan kaum buruh Perdagangan Besar dan Industri Kecil Perumahan Kaum Elit Perumahan menengah

TEORI INTI BERGANDA Harris & Ullman 1945 Didalam suatu kota kadang-kadang terdapat tempat tertentu

TEORI INTI BERGANDA Harris & Ullman 1945 Didalam suatu kota kadang-kadang terdapat tempat tertentu yang berfungsi sebagai inti-inti kota dan pusat pertumbuhan baru. Hal tersebut menyebabkan ada beberapa inti dalam suatu wilayah perkotaan. Cth. Tempat yang dapat menjadi inti kota ( Wilayah industri, Pelabuhan, Jaringan Jalan, Perguruan tinggi, stasiun dll )

Pusat Daerah kegiatan Perumahan kaum buruh/Kelas rendah Zone Industri skala besar Perumahan kaum menengah

Pusat Daerah kegiatan Perumahan kaum buruh/Kelas rendah Zone Industri skala besar Perumahan kaum menengah Perumahan kaum elit Industri berat Zone Bisnis di luar pusat daerah kegiatan Zone pemukiman daerah urban Industri ringan di sub urban

Potensi dan permasalahan kota Potensi sebuah kota secara fisik dan sosial: 1. Fisik kota

Potensi dan permasalahan kota Potensi sebuah kota secara fisik dan sosial: 1. Fisik kota Lahan dimanfaatkan untuk pemukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan) 2. Sosial kota Keanekaragaman budaya

Permasalahan kota: 1. Tingkat urbanisasi yang tinggi menyebabkan slums area, peningkatan kriminalitas, kemiskinan, dsb.

Permasalahan kota: 1. Tingkat urbanisasi yang tinggi menyebabkan slums area, peningkatan kriminalitas, kemiskinan, dsb. 2. Tercemarnya air tanah, udara, dan suara 3. Terjadinya kemacetan lalu lintas 4. Konflik sosial akibat multikultural

INTERAKSI DESA KOTA Hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi atar dua wilayah atau lebih

INTERAKSI DESA KOTA Hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi atar dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala, kenampakan atau permasalahan baru. Kata kunci: 1. Hubungan timbal balik 2 wilayah 2. Pergerakan ( manusia, gagasan, info, tekno, keindahan, bencana alam dan materi atau benda seperti hasil produksi) 3. Timbul gejala baru atau permasalahan baru (+ / - ) (urbanisasi, ruralisasi, kawin campur )

Faktor yang mempengaruhi Interaksi keruangan (E. Ullman ) 1. Regional complementarity ( wilayah yang

Faktor yang mempengaruhi Interaksi keruangan (E. Ullman ) 1. Regional complementarity ( wilayah yang saling melengkapi ) 2. Intervening opportunity ( adanya kesempatan ) 3. Spatial transfer ability ( Kemudahan pemindahan ( manusia, gagasan, barang dan jasa dll dalam suatu ruang/wilayah )

ALUR POKOK INTERAKSI KERUANGAN Komplementaritas MANUSIA Lokasi Transferabilitas MATERI Relokasi Intervening opportunities ENERGI Distribusi

ALUR POKOK INTERAKSI KERUANGAN Komplementaritas MANUSIA Lokasi Transferabilitas MATERI Relokasi Intervening opportunities ENERGI Distribusi INFORMASI Difusi

a. Skema Komplemeritas Regional WILAYAH B WILAYAH A - SDA X + SDA Y

a. Skema Komplemeritas Regional WILAYAH B WILAYAH A - SDA X + SDA Y - SDA Z WILAYAH C - SDA X - SDA Y + SDA Z Jaringan Kuat

b. SKEMA MELEMAHNYA INTERAKSI AKIBAT INTERVENING OPPORTUNITY WILAYAH B WILAYAH A - SDA X

b. SKEMA MELEMAHNYA INTERAKSI AKIBAT INTERVENING OPPORTUNITY WILAYAH B WILAYAH A - SDA X + SDA Y - SDA Y WILAYAH C + SDA X + SDA Y Jaringan Interaksi melemah

SKEMA MELEMAHNYA INTERAKSI AKIBAT INTERVENING OPPORTUNITY Akibat adanya alternatif pengganti SDA WILAYAH B WILAYAH

SKEMA MELEMAHNYA INTERAKSI AKIBAT INTERVENING OPPORTUNITY Akibat adanya alternatif pengganti SDA WILAYAH B WILAYAH A - SDA X + SDA X Dapat diganti SDA Z + SDA Z

c. Spatial transfer ability Berkaitan dengan 1. Jarak mutlak dan relatif 2. Biaya angkut

c. Spatial transfer ability Berkaitan dengan 1. Jarak mutlak dan relatif 2. Biaya angkut yang memindahkan manusia, barang, gagasan dan info ke satu tempat ke tempat lain 3. Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi

Zone Interaksi Desa Kota ( Bintarto, 1983 ) Pusat Kota Suburban fringe Urban fringe

Zone Interaksi Desa Kota ( Bintarto, 1983 ) Pusat Kota Suburban fringe Urban fringe Rural urban fringe Rural

Pusat kota (city) 2. Suburban atau sub daerah perkotaan: suatu wilayah yang lokasinya berdekatan

Pusat kota (city) 2. Suburban atau sub daerah perkotaan: suatu wilayah yang lokasinya berdekatan dengan pusat kota. Ciri: tempat tinggal para panglaju 3. Suburban fringe atau jalur tepi sub daerah perkotaan: 4. jalur tepi sub daerah perkotaan: suatu wilayah yang dikelilingi sub daerah perkotaan (suburban) dan merupakan peralihan daerah menuju desa 1.

4. Urban fringe atau jalur tepi daerah perkotaan paling luar: semua batas wilayah terluar

4. Urban fringe atau jalur tepi daerah perkotaan paling luar: semua batas wilayah terluar kota ditandai oleh sifat mirip dengan wilayah kota 5. Rural urban fringe atau jalur batas desa kota: ditandai dengan penggunaan lahan campuran, antara sektor pertanian dan non pertanian 6. Rural atau daerah pedesaan

PENGARUH INTERAKSI KERUANGAN Desa Kota PENGARUH Pengaruh + Bagi Desa l + Tingkat Pendidikan

PENGARUH INTERAKSI KERUANGAN Desa Kota PENGARUH Pengaruh + Bagi Desa l + Tingkat Pendidikan dan pengetahuan l Pembangunan fasilitas pendidikan l Pengembangan sarana transportasi desa kota l Penggunaan teknologi tepat guna di desa l Masuknya para ahli ke desa l Lancarnya hubungan desa kota

Pengaruh - Bagi Desa l Perpindahan penduduk usia muda ke kota l Rusaknya ekosistem

Pengaruh - Bagi Desa l Perpindahan penduduk usia muda ke kota l Rusaknya ekosistem desa berupa perubahan l Penetrasi kebudayaan sehingga menyebabkan pudarnya budaya di desa

Dampak + Bagi Kota 1. Kemajuan bid transp yg menghubungkan desa dengn kota 2.

Dampak + Bagi Kota 1. Kemajuan bid transp yg menghubungkan desa dengn kota 2. Terpenuhinya keb. Bahan baku dan tenaga kerja 3. Tersalurnya hasil prod. Kota ke desa 4. Akulturasi kebudayaan 5. Memungkinkan pernikahan campur

Dampak – bg Kota 1. Slum area 2. Tata ruang kota tidak ideal 3.

Dampak – bg Kota 1. Slum area 2. Tata ruang kota tidak ideal 3. Munculnya konflik antar etnik

IDENTIFIKASI KONFLIK PEMANFAATAN LAHAN dan PEMUKIMAN PADA SUATU WILAYAH • Wilayah yang luas dimuka

IDENTIFIKASI KONFLIK PEMANFAATAN LAHAN dan PEMUKIMAN PADA SUATU WILAYAH • Wilayah yang luas dimuka bumi berupa daratan disebut LAHAN Faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan 1. Perilaku masyarakat 2. Faktor ekonomi 3. Kepentingan Umum

STANDAR PENGGUNAAN LAHAN 1. Standar Lokasi No. Prasarana 1. 2. 3. 4. 5. Pusat

STANDAR PENGGUNAAN LAHAN 1. Standar Lokasi No. Prasarana 1. 2. 3. 4. 5. Pusat tempat kerja Pusat kota Pasar Lokal SD SMP Jarak dari tempat tinggal (jalan kaki ) 20 -30 30 -45 10 10 20

No. Prasarana 6. 7. 8. 9 SMA Tempat bermain anak Rekreasi OL Taman Umum

No. Prasarana 6. 7. 8. 9 SMA Tempat bermain anak Rekreasi OL Taman Umum Jarak dari tempat tinggal (jalan kaki ) 20 -30 10 20 60

2. Standar Luas No. Prasarana 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Balai

2. Standar Luas No. Prasarana 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Balai kesehatan Tempat Ibadah Taman (Ruang terbuka) Tempat OL Tempat bermain anak Pasar Toko Balai pertemuan Luas tanah/1000 pddk 200 m 2 250 m 2 5. 000 m 2 3. 000 m 2 1. 000 m 2 500 m 2 1. 000 m 2 250 m 2

Syarat PL baik dan terencana 1. Lahan mendukung/akomodatif untuk proyek prioritas pembangunan 2. Sesuai

Syarat PL baik dan terencana 1. Lahan mendukung/akomodatif untuk proyek prioritas pembangunan 2. Sesuai dengan nilai ekonominya 3. Lahan digunakan tidak boros 4. Sesuai dengan daya dukung lahan 5. Sesuai dengan hukum yang berlaku

Dampak Pertumbuhan pemukiman terhadap kualitas lingkungan Indikator kualitas hidup manusia 1. Terkait Langsung dengan

Dampak Pertumbuhan pemukiman terhadap kualitas lingkungan Indikator kualitas hidup manusia 1. Terkait Langsung dengan manusia a. Tingkat harapan hidup b. IMR c. ASFR 2. Terkait dengan Faktor kesehatan a. Penggunaan air bersih b. Jmlh korban penyakit menular c. Rasio penduduk Vs Dokter

3. Terkait dengan Pendidikan a. Partisipasi anak usia sekolah b. Tingkat melek huruf 4.

3. Terkait dengan Pendidikan a. Partisipasi anak usia sekolah b. Tingkat melek huruf 4. Terkait dengan Ekonomi a. Tingkat pengangguran b. Rasio pekerja perempuan dengan total pekerja c. Pemakaian tenaga anak