ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK PERTEMUAN

  • Slides: 31
Download presentation
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK PERTEMUAN VI Ns. WIDIA SARI, S. Kep.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK PERTEMUAN VI Ns. WIDIA SARI, S. Kep. , M. Kep PRODI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Visi Dan Misi FIKES Universitas Esa Unggul Visi • Menjadi fakultas ilmu-ilmu kesehatan yang

Visi Dan Misi FIKES Universitas Esa Unggul Visi • Menjadi fakultas ilmu-ilmu kesehatan yang kompeten di bdang kesehatan masyarakat, ilmu gizi dan ilmu keperawatan, manajemen informasi kesehatan dan rekam medis dan informasi kesehatan berbasis intelektualitas, inovasi dan kewirausahaan yang unggul serta mampu bersaing secara global Misi 1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bidang ilmu-ilmu kesehatan (manajemen informasi kesehatan, kesehatan masyaraka, ilmu gizi dan ilmu Ners, serta rekam medis dan informasi kesehatan) secara efisien dan efektif berbasis pada teknologi informasi 2. Menyelenggarakan program-program penelitian dan pengembangan guna menghasilkan konsep-konsep, teori dan hasil kajian yang secara fungsional dapat mendukung pengembangan kehidupan bermasyarakat 3. Melaksanakan dan mengembangkan program-program pengabdian kepada masyarakat melalui inovasi di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa Indonesia

Visi dan Misi Program Studi Ners Visi: • Menjadi pusat pendidikan Ners yang kompeten

Visi dan Misi Program Studi Ners Visi: • Menjadi pusat pendidikan Ners yang kompeten berbasis intelektualitas, kreatifitas, dan kewirausahaan, dengan keunggulan dibidang nursing home care serta berdaya saing global pada tahun 2020 Misi: • Mengembangkan Program Pendidikan Ners dengan keunggulan nursing home care yang berwawasan global dan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. • Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan dengan keunggulan nursing home care melalui kegiatan penelitian. • Menerapkan dan mengembangkan ilmu keperawatan dengan keunggulan nursing home care melalui pengabdian masyarakat. • Menyiapkan sumber daya manusia keperawatan dengan keunggulan nursing home care yang berdaya saing global dan menciptakan calon pemimpin yang berkarakter bagi bangsa dan negara. • Mengelola sarana dan prasarana yang menunjang program akademik dan profesi keperawatan dengan keunggulan nursing home care. • Berperan aktif dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu keperawatan dengan keunggulan nursing home care yang bermanfaat bagi organisasi profesi, bagi bangsa dan negara Indonesia serta segenap umat manusia.

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN • Mahasiswa mampu melakukan simulasi Asuhan keperawatan anak dengan masalah

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN • Mahasiswa mampu melakukan simulasi Asuhan keperawatan anak dengan masalah kelainan kongenital pada sistem urinaria: sindrom nefrotik

Pendahuluan • Sindrom nefrotik (SN) pada anak merupakan penyakit ginjal anak yang paling sering

Pendahuluan • Sindrom nefrotik (SN) pada anak merupakan penyakit ginjal anak yang paling sering ditemukan • Insiden kejadian SN di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2 -7 kasus baru per 100. 000 anak pertahun, dengan prevalensi berkisar 12 -16 kasus per 100. 000 anak • Di negera berkembang insidennya lebih tinggi. • Di Indonesia dilaporkan 6 per 100. 000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun • Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2: 1

Pengertian • Sindrom nefrotik ditandai dengan proteinuria masif (≥ 40 mg/m 2 LPB/jam atau

Pengertian • Sindrom nefrotik ditandai dengan proteinuria masif (≥ 40 mg/m 2 LPB/jam atau rasio protein/kreatinin pada urin sewaktu >2 mg), hipoproteinemia, hipoalbuminemia (≤ 2, 5 gr/d. L), edema, dan hiperlipidemia • Nefrotik sindrom merupakan penyakit kronik. • SN merupakan status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan urinarius yang masif (Wong, 2009) • Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus

Tipe tipe SN • Sindrom Nefrotik lesi minimal (MCNS: minimal change nefrotic syndroma) >>

Tipe tipe SN • Sindrom Nefrotik lesi minimal (MCNS: minimal change nefrotic syndroma) >> merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma nefrotik pada anak usia sekolah • Sindrom nefrotik sekunder >> terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler kolagen, seperti SLE dan purpura anafilaktoid, infeksi sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif • Sindrom nefrotik kongenital >> Faktor herediter sindroma nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindroma nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialisis.

Etiologi • Penyebab sindroma nefrotik ini belum diketahui, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit

Etiologi • Penyebab sindroma nefrotik ini belum diketahui, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun, yaitu reaksi antigen-antibodi. • Dimana 80% anak dengan sindroma nefrotik yang dilakukan biopsi ginjal menunjukkan hanya sedikit keabnormalannya, sementara sisanya 20 % biopsi ginjal menunjukkan keabnormalan seperti glomerulonefritis • Patogenesis mungkin karena gangguan metabolisme, biokimia dan fisiokimia yang menyebabkan permeabilitas membran glomerulus meningkat terhadap protein

 • kebanyakan (90%) anak yang menderita nefrosis mempunyai beberapa bentuk sindroma nefrotik idiopatik,

• kebanyakan (90%) anak yang menderita nefrosis mempunyai beberapa bentuk sindroma nefrotik idiopatik, penyakit lesi minimal ditemukan pada sekitar 85%. Sindroma nefrotik sebagian besar diperantarai oleh beberapa bentuk glomerulonefritis (infeksi pada glomerulus).

Patofisiologi • Kelainan yang terjadi pada sindroma nefrotik yang paling utama adalah proteinuria sedangkan

Patofisiologi • Kelainan yang terjadi pada sindroma nefrotik yang paling utama adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan negatif gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindroma nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein di dalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerulus dan akhirnya dieskresikan dalam urin.

 • Hipoalbumin menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma yang memungkinkan transudasi • Cairan dari

• Hipoalbumin menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma yang memungkinkan transudasi • Cairan dari ekstravaskuler ke ruang interstisial. Penurunan volume ekstravaskuler menurunkan tekanan perfusi ginjal, mengaktifkan system renin angiotensin aldosteron yang merangsang reabsorbsi atrium di tubulus distal. • Penurunan volume intravaskuler juga merangsang pelepasan hormon antidiuretik yang mempertinggi reabsorbsi air dalam duktus kolektivus. Karena tekanan osmotik plasma berkurang, natrium dan air yang telah diabsorbsi masuk ke ruang interstisial, memperberat edema.

 • Adanya faktor-faktor lain yang juga memainkan peran pada pembentukan edema dapat ditunjukkan

• Adanya faktor-faktor lain yang juga memainkan peran pada pembentukan edema dapat ditunjukkan melalui observasi bahwa beberapa penderita sindroma nefrotik mempunyai volume intravaskuler yang normal/meningkat dan kadar renin serta aldosteron plasma normal/ meningkat dan kadar renin serta aldosteron plasma normal atau menurun Penjelasan secara hipotesis meliputi defek intrarenal dalam ekskresi natrium dan air atau adanya agen dalam sirkulasi yang menaikkan permeabilitas dinding kapiler di seluruh tubuh serta dalam ginjal.

 • Pada status nefrosis hampir semua kadar lemak (kolesterol, trigliserida) dan lipoprotein serum

• Pada status nefrosis hampir semua kadar lemak (kolesterol, trigliserida) dan lipoprotein serum meningkat. • Hipoproteinemia merangsang sintesis protein menyeluruh dalam hati, termasuk lipoprotein dan katabolisme lemak menurun, karena penurunan kadar lipoprotein lipase plasma. • Sistem enzim utama yang mengambil lemak dari plasm

Manifestasi Klinis • • • Proteinuria Retensi cairan Edema anasarka Edema periorbital Edema dependen

Manifestasi Klinis • • • Proteinuria Retensi cairan Edema anasarka Edema periorbital Edema dependen Pembengkakan genitalia eksternal Edema fasial Asites dan distensi abdomen Penurunan jumlah urin Hematuria Anoreksia Gagal tumbuh

Komplikasi • Komplikasi SN mencakup infeksi akibat defisiensi respon imun • Tromboembolisme (terutama vena

Komplikasi • Komplikasi SN mencakup infeksi akibat defisiensi respon imun • Tromboembolisme (terutama vena renal) • Emboli pulmoner • Peningkatan aterosklerosis • Syok hipovolemik (penurunan volume intravaskuler) • Trombosit vena (kemampuan koagulasi yang berlebihan) • Retensi cairan • Kerusakan kulit • Infeksi • Efek samping steroid yang tidak diinginkan

Pemeriksaan Penunjang • Urinalisis Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri )

Pemeriksaan Penunjang • Urinalisis Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi dalam 24 -48 jam setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang dari 1, 020 menunjukkan penyakit ginjal. Contoh glomerulonefritis, pielonefritis dengan kehilangan kemampuan untuk meningkatkan, menetap pada 1, 010 menunjukkan kerusakan ginjal berat. p. H lebih besar dari 7 ditemukan pada infeksi saluran kencing, nekrosis tubular ginjal dan GGK

Protein urin meningkat (nilai normal negatif). Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindromk nefrotik. Proteinuria

Protein urin meningkat (nilai normal negatif). Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindromk nefrotik. Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui tes semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan kandungan protein urin sebesar 300 mg/d. L atau lebih, yang artinya 3 g/d. L atau lebih yang masuk dalam nephrotic range.

 • Pemeriksaan sedimen urin Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel

• Pemeriksaan sedimen urin Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, torak hialin dan torak eritrosit. • Albumin serum kualitatif : ++ sampai ++++ kuantitatif : > 50 mg/kg. BB/hari (diperiksa dengan memakai reagen ESBACH)

 • Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot collection. Timed

• Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot collection. Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7 pagi hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat, total protein urin ≤ 150 mg. Adanya proteinuria masif merupakan kriteria diagnosis. Single spot collection lebih mudah dilakukan. Saat rasio protein urin dan kreatinin > 2 g/g, ini mengarahkan pada kadar protein urin per hari sebanyak ≥ 3 g.

 • USG renal > terdapat tanda-tanda glomerulusnefritis kronik • Darah • Biopsi ginjal

• USG renal > terdapat tanda-tanda glomerulusnefritis kronik • Darah • Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia> 8 tahun, resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat manifestasi nefritik signifikan.

Penatalaksanaan • Proteinuria >> ACE Inhibitor diindikasikan untuk menurankan tekanan darah sistemik dan glomerular

Penatalaksanaan • Proteinuria >> ACE Inhibitor diindikasikan untuk menurankan tekanan darah sistemik dan glomerular serta proteinuria • Edema >> diuretik (furosemid, spironolaktan) • Dietetik >> jenis diet yang direkomendasikan adalah diet seimbang dengan protein dan kalori yang adekuat • Infeksi >> yang paling sering adalah selulitis dan peritonitis. Pemakaian imunosupresif menambah resiko terjadinya infeksi. • Hipertensi >> golongan inhibitor enzim angiotensin konvertase, calcium channel blockers, atau beta adrenergic blocker • Hipolemia >> pemberian cairan fisiologis dan plasma sebanyak 15 -20 ml/kg dengan cepat, atau albumin 1 g/kg berat badan

 • Tromboemboli Risiko terjadinya tromboemboli akan meningkat pada kadar albumin plasma < 2

• Tromboemboli Risiko terjadinya tromboemboli akan meningkat pada kadar albumin plasma < 2 g/d. L, kadar fibrinogen > 6 g/d. L, atau kadar antitrombin III < 70%. Pada SN dengan risiko tinggi, pencegahan komplikasi tromboemboli dapat dilakukan dengan pemberian asetosal dosis rendah dan dipiridamol. Heparin hanya diberikan bila telah terhadi tromboemboli, dengan dosis 50 U/kg intravena dan dilanjutkan dengan 100 U/kg tiap 4 jam secara intravena

 • Hiperlipidemia >> pemberian obat-obat penurun lipid seperti kolesteramin, derivat asam fibrat atau

• Hiperlipidemia >> pemberian obat-obat penurun lipid seperti kolesteramin, derivat asam fibrat atau inhibitor HMG-Co. A reduktase (statin) masih diperdebatkan.

Perawatan & Pencegahan • Bertujuan untuk mengurangi pemburukan fungsi ginjal gejala dan mencegah ü

Perawatan & Pencegahan • Bertujuan untuk mengurangi pemburukan fungsi ginjal gejala dan mencegah ü Pengaturan minum : Hal ini dilakukan untuk pengobatan penyakit dasar dan pengobatan cairan dan elektrolit, yaitu pemberian cairan intravena sampai diuresis cukup maksimal ü Pengendalian hipertensi: Tekanan darah harus dikendalikan dengan obat-obatan golongan tertentu, tekanan darah data diturunkan tanpa diturunkan fungsi ginjal, misalnya dengan betabloker, methyldopa, vasodilator, juga mengatur pemasukan garam

 • Pengendalian darah : Peningkatan kalium darah dapat mengakibatkan kemaitan mendadak, ini dapat

• Pengendalian darah : Peningkatan kalium darah dapat mengakibatkan kemaitan mendadak, ini dapat dihindari dengan hati-hati dalam pemberian obat-obatan diit buah-buahan • Penanggulangan anemia : Anemia merupakan keadaan yang sulit ditanggulangi pada gagal ginjal kronis, usaha pertama dengan mengatasi faktor defisiensi, untuk anemia normakrom trikositik dapat diberikan supplemen zat besi oral, tranfusi darah hanya diberikan pada keadaan mendesak misalnya insufisiensi karena anemia dan payah jantung.

 • Penanggulangan Asidosis : Pada umumnya asidosis baru timbul pada tahap lanjut dari

• Penanggulangan Asidosis : Pada umumnya asidosis baru timbul pada tahap lanjut dari nefrotik sindrom. Sebelum memberikan pengobatan khusus, faktor lain yang harus diatasi dulu misalnya rehidrasi. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. • Pengobatan dan pencegahan infeksi : Obat-obatan antimikroba diberikan bila ada bakteriuria dengan memperhatikan efek nefrotoksik, tindakan katetrisasi harus sedapat mungkin dihindari karena dapat mempermudah terjadinya infeksi. • Pengaturan diit dan makanan

Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan

Pengkajian • • Data demografi Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kehamilan dan persalinan Riwayat kesehatan

Pengkajian • • Data demografi Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kehamilan dan persalinan Riwayat kesehatan lingkungan Imunisasi Riwayat pertumbuhan dan perkembangan Riwayat nutrisi

Masalah Keperawatan yang sering muncul • • Kelebihan volume cairan Perubahan nutrisi kurang dari

Masalah Keperawatan yang sering muncul • • Kelebihan volume cairan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Ansietas Resiko infeksi

Terima Kasih

Terima Kasih