ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATRESIA ANI Hirsprung

  • Slides: 30
Download presentation
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATRESIA ANI & Hirsprung PERTEMUAN IV Ns. WIDIA SARI,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATRESIA ANI & Hirsprung PERTEMUAN IV Ns. WIDIA SARI, S. Kep. , M. Kep PRODI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Visi Dan Misi FIKES Universitas Esa Unggul Visi • Menjadi fakultas ilmu-ilmu kesehatan yang

Visi Dan Misi FIKES Universitas Esa Unggul Visi • Menjadi fakultas ilmu-ilmu kesehatan yang kompeten di bdang kesehatan masyarakat, ilmu gizi dan ilmu keperawatan, manajemen informasi kesehatan dan rekam medis dan informasi kesehatan berbasis intelektualitas, inovasi dan kewirausahaan yang unggul serta mampu bersaing secara global Misi 1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bidang ilmu-ilmu kesehatan (manajemen informasi kesehatan, kesehatan masyaraka, ilmu gizi dan ilmu Ners, serta rekam medis dan informasi kesehatan) secara efisien dan efektif berbasis pada teknologi informasi 2. Menyelenggarakan program-program penelitian dan pengembangan guna menghasilkan konsep-konsep, teori dan hasil kajian yang secara fungsional dapat mendukung pengembangan kehidupan bermasyarakat 3. Melaksanakan dan mengembangkan program-program pengabdian kepada masyarakat melalui inovasi di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa Indonesia

Visi dan Misi Program Studi Ners Visi: • Menjadi pusat pendidikan Ners yang kompeten

Visi dan Misi Program Studi Ners Visi: • Menjadi pusat pendidikan Ners yang kompeten berbasis intelektualitas, kreatifitas, dan kewirausahaan, dengan keunggulan dibidang nursing home care serta berdaya saing global pada tahun 2020 Misi: • Mengembangkan Program Pendidikan Ners dengan keunggulan nursing home care yang berwawasan global dan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. • Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan dengan keunggulan nursing home care melalui kegiatan penelitian. • Menerapkan dan mengembangkan ilmu keperawatan dengan keunggulan nursing home care melalui pengabdian masyarakat. • Menyiapkan sumber daya manusia keperawatan dengan keunggulan nursing home care yang berdaya saing global dan menciptakan calon pemimpin yang berkarakter bagi bangsa dan negara. • Mengelola sarana dan prasarana yang menunjang program akademik dan profesi keperawatan dengan keunggulan nursing home care. • Berperan aktif dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu keperawatan dengan keunggulan nursing home care yang bermanfaat bagi organisasi profesi, bagi bangsa dan negara Indonesia serta segenap umat manusia.

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN • Mahasiswa mampu melakukan simulasi Asuhan keperawatan anak dengan masalah

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN • Mahasiswa mampu melakukan simulasi Asuhan keperawatan anak dengan masalah pembedahan pada kasus Kelainan congenital pada sistem digestif : Hirschprung, atresia ani

Pendahuluan • Hirsprung dan atresia ani merupakan salah satu kelainan kongenital pada anak pada

Pendahuluan • Hirsprung dan atresia ani merupakan salah satu kelainan kongenital pada anak pada sistem digestif • Kejadian kelainan kongenital pada anak cukup tinggi dan beresiko tinggi pada anak dengan kejadian kelainan genetik seperti down syndrome. • Menurut WHO (World Healt Organization) diperkirakan bahwa sekitar 7% dari seluruh kematian bayi di dunia disebabkan oleh kelainan congenital pada tahun 2010. • Di Eropa, sekitar 25% kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital.

Hirsprung

Hirsprung

Pengertian • Penyakit hirschsprung merupakan penyakit yang terjadi pada usus, dan paling sering pada

Pengertian • Penyakit hirschsprung merupakan penyakit yang terjadi pada usus, dan paling sering pada usus besar (colon). Normalnya, otot pada usus secara ritmis akan menekan feses hingga ke rectum. • Pada penyakit hirschsprung, saraf (sel ganglion) yang berfungsi untuk mengontrol otot pada organ usus tidak ditemukan. • Hal ini mengakibatkan feses tidak dapat terdorong, seperti fungsi fisiologis seharusnya (Betz & Sowden, 2009; Bowdeen & Greenberg, 2010).

Klasifikasi • Segmen Pendek Segmen pendek aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, merupakan 70%

Klasifikasi • Segmen Pendek Segmen pendek aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, merupakan 70% kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak perempuan • Segmen Panjang Daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid, bahkan kadang dapat menyerang seluruh kolon atau sampai usus halus

Etiologi • Penyebab penyakit Hirschprung belum diketahui pasti. Namun, kemungkinan ada keterlibatan faktor genetik.

Etiologi • Penyebab penyakit Hirschprung belum diketahui pasti. Namun, kemungkinan ada keterlibatan faktor genetik. Anak laki-laki lebih banyak terkena penyakit hirschprung dibandingkan anak perempuan (4: 1) (Dasgupta & Langer, 2008). • Faktor genetik >> mutasi gen tunggal, aberasi kromosom, dan multifaktorial (gabungan genetik dan pengaruh lingkungan) • Faktor non genetik/lingkungan >> penggunaan obat-obatan selama hamil terutama pada trimester pertama (teratogen), paparan bahan kimia dan asap rokok, infeksi dan penyakit ibu yang berpengaruh pada janin sehingga menyebabkan kelainan bentuk dan fungsi pada bayi yang dilahirkan.

Manifestasi Klinis • Pada periode bayi baru lahir ditemukan kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu

Manifestasi Klinis • Pada periode bayi baru lahir ditemukan kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24 jam hingga 48 jam pertama setelah lahir, tidak mau mengkonsumsi cairan, muntah yang bercampur dengan cairan empedu, distensi abdomen • Pada bayi dapat dijumpai failure to thrive (FTT), konstipasi, distensi abdomen, episode diare dan vomitus serta tanda yang sering menandai adanya enterokolitis seperti diare yang menyembur atau menyerupai air, demam, dan keadaan umum yang buruk. • Pada anak-anak terjadi konstipasi, feses mirip tambang dan berbau busuk, distensi abdomen, peristaltik yang terlihat, massa feses mudah diraba dan anak tampak malnutrisi serta anemia.

Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan fisik • Pemeriksaan radiologi • Pemeriksaan laboratorium Selain pemeriksaan fisik,

Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan fisik • Pemeriksaan radiologi • Pemeriksaan laboratorium Selain pemeriksaan fisik, radiologis dan laboratorium jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan patologi klinik dengan biopsi usus pada saat operasi untuk menentukan lokasi usus dimana sel ganglion dimulai (James & Ashwil, 2010; Browne, et al, 2008)

Penatalaksanaan Hirsprung • Pembedahan pada mega kolon/penyakit hirschprung dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama

Penatalaksanaan Hirsprung • Pembedahan pada mega kolon/penyakit hirschprung dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan). Tiga prosedur pembedahannya: 1. Prosedur duhamel 2. Prosedur swenson 3. Prosedur soave

 • Konservatif Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde

• Konservatif Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara

Komplikasi • • • Kebocoran anastomose Stenosis Enterokolitis Gangguan fungsi spingter Inkontensitas (jangka panjang)

Komplikasi • • • Kebocoran anastomose Stenosis Enterokolitis Gangguan fungsi spingter Inkontensitas (jangka panjang)

Asuhan Keperawatan • Asuhan pre operasi - Pengkajian Data yang dapat ditemukan pada pengkajian

Asuhan Keperawatan • Asuhan pre operasi - Pengkajian Data yang dapat ditemukan pada pengkajian meliputi riwayat keterlambatan pengeluaran mekonium dalam 48 jam pertama setelah lahir, muntah berwarna empedu, adanya konstipasi, distensi abdomen, nafsu makan berkurang atau anak tidak mau minum ASI, tidak adanya sel ganglia pada pemeriksaan biopsi rektal, pemeriksaan barium enema menunjukkan hasil adanya zona transisi diantara zona dilatasi normal dan segmen aganglionik dapat disertai enterokolitas.

Diagnosa Keperawatan • Kekurangan volume cairan tubuh b. d Muntah, pemasukan cairan terbatas •

Diagnosa Keperawatan • Kekurangan volume cairan tubuh b. d Muntah, pemasukan cairan terbatas • Gangguan eliminasi BAB: kostipasi dan obstipasi b. d spastis usus dan tidak adanya daya dorong • Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d Intake yang tidak adekuat • Gangguan rasa nyaman b. d adanya distensi abdomen • Kurang pengetahuan b. d Kurangnya informasi tentang proses penyakit • Resiko infeksi b/d adanya luka operasi • Kerusakan intergritas kulit b/d proses pembedahan • Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen • Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi

Atresia Ani

Atresia Ani

Pengertian • Atresia ani disebut juga anorektal anomali atau imperforata anus. Atresia ani atau

Pengertian • Atresia ani disebut juga anorektal anomali atau imperforata anus. Atresia ani atau anus imperporata adalah malformasi kongenital dimana rektum tidak mempunyai lubang ke luar (Hockenberry & Wilson, 2009). • Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan atresia rektum (Faradilla, 2009).

Etiologi • Penyebab atresia ani belum diketahui secara pasti. • Dalam beberapa kasus, atresia

Etiologi • Penyebab atresia ani belum diketahui secara pasti. • Dalam beberapa kasus, atresia ani disebabkan karena faktor genetik dan faktor lingkungan (seperti penggunaan obat-obatan dan konsumsi alkohol selama masa kehamilan) namun hal tersebut masih belum jelas. • Kelainan genetik atau bawaan (autosomal) anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. • Pada minggu kelima sampai ketujuh pada usia kehamilan, terjadi gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital, biasanya karena gangguan perkembangan septum urogenital.

Klasifikasi • Kelainan rendah (low anomaly/kelainan translevator) Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot

Klasifikasi • Kelainan rendah (low anomaly/kelainan translevator) Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat spingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal, rektum menembus muskulus levator ani sehingga jarak kulit dan rektum paling jauh 2 cm. • Anomali intermediate Ciri-cirinya adalah ujung rektum mencapai tingkat muskulus Levator ani tetapi tidak menembusnya, rektum turun melewati otot puborektal sampai 1 cm atau tepat di otot puborektal, ada lesung anal dan sfingter eksternal.

 • Anomali tinggi (high anomaly/kelainan supralevator) Kelainan tinggi mempunyai beberapa tipe antara lain:

• Anomali tinggi (high anomaly/kelainan supralevator) Kelainan tinggi mempunyai beberapa tipe antara lain: laki ada anorektal agenesis, rektouretral fistula yaitu rektum buntu tidak ada hubungan dengan saluran urinary, fistula ke prostatic uretra

Patofisiologi • Pada usia gestasi minggu ke-5, kloaka berkembang menjadi saluran urinari, genital dan

Patofisiologi • Pada usia gestasi minggu ke-5, kloaka berkembang menjadi saluran urinari, genital dan rektum. Usia gestasi minggu ke-6, septum urorektal membagi kloaka menjadi sinus urogenital anterior dan intestinal posterior. Usia gestasi minggu ke-7, terjadi pemisahan segmen rektal dan urinari secara sempurna. Pada usia gestasi minggu ke-9, bagian urogenital sudah mempunyai lubang eksterna dan bagian anus tertutup oleh membrane. Atresia ani muncul ketika terdapat gangguan pada proses tersebut.

 • Selama pergerakan usus, mekonium melewati usus besar ke rektum dan kemudian menuju

• Selama pergerakan usus, mekonium melewati usus besar ke rektum dan kemudian menuju anus. Persarafan di anal kanal membantu sensasi keinginan untuk buang air besar (BAB) dan juga menstimulasi aktivitas otot. Otot tersebut membantu mengontrol pengeluaran feses saat buang air. Pada bayi dengan malformasi anorektal (atresia ani) terjadi beberapa kondisi abnormal sebagai berikut: lubang anus sempit atau salah letak di depan tempat semestinya, terdapat membrane pada saat pembukaan anal, rectum tidak terhubung dengan anus, rectum terhubung dengan saluran kemih atau sistem reproduksi melalui fistula, dan tidak terdapat pembukaan anus.

Manifestasi Klinis • Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran atau keluar

Manifestasi Klinis • Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran atau keluar melalui saluran urin, vagina atau fistula. • Pada bayi baru lahir tidak dapat dilakukan pengukuran sehu secara fekal. Distensi abdomen dapat terjadi bertahap dalam 8 -24 jam pertama. • Pemeriksaan fisik ditemukan adanya tanda-tanda obstruksi usus dan adanya konstipasi. • Muntah pada bayi umur 24 -48 jam atau bila bayi diberi makan juga perlu diperhatikan. • Pembukaan anal terbatas atau adanya misplaced pembukaan anal. Lebih dari 50% klien dengan atresia ani mempunyai kelainan kongenital lain.

Pemeriksaan Penunjang • • • Urinalisis Abdominal X-Ray Pyelogram intravena USG abdomen CT-Scan MRI

Pemeriksaan Penunjang • • • Urinalisis Abdominal X-Ray Pyelogram intravena USG abdomen CT-Scan MRI Kolonogram distal Aspirasi jarum Radiografi invertogram.

Penatalaksanaan • • Kolostomi Dilatasi anal (secara digital atau manual Anoplasty Bedah laparoskopik Penatalaksanaan

Penatalaksanaan • • Kolostomi Dilatasi anal (secara digital atau manual Anoplasty Bedah laparoskopik Penatalaksanaan non medis • Toilet training • Bowel management • Diet konstipasi • Diet laksatif/tinggi serat

Komplikasi • • Asidosis hiperkloremi Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan Kerusakan uretra Komplikasi jangka

Komplikasi • • Asidosis hiperkloremi Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan Kerusakan uretra Komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi antara lain eversi mukosa anal, stenosis, infaksi dan kostipasi, masalah toilet training, prolaps mukosa anorectal, dan fistula kambuhan.

Masalah Keperawatan • • Gangguan pola eliminasi konstipasi Gangguan rasa nyaman Gangguan proses keluarga.

Masalah Keperawatan • • Gangguan pola eliminasi konstipasi Gangguan rasa nyaman Gangguan proses keluarga. Gangguan rasa nyaman nyeri Risiko tinggi infeksi Resiko tinggi kekurangan volume cairan Resiko kerusakan integritas kulit Resiko tinggi cedera

Terima Kasih

Terima Kasih