SUPERVISI KLINIS CLINICAL SUPERVISION Dr Hj NETI KARNATI

  • Slides: 34
Download presentation
SUPERVISI KLINIS (CLINICAL SUPERVISION) Dr. Hj. NETI KARNATI , M. Pd DOSEN MP FIP

SUPERVISI KLINIS (CLINICAL SUPERVISION) Dr. Hj. NETI KARNATI , M. Pd DOSEN MP FIP UNJ netiyupan@yahoo. com

4. PROSES 5. PRINSIP 6. HAMBATAN 7. TIPS-TIPS 3. KARAKTERISTIK 2. TUJUAN 1. KONSEP

4. PROSES 5. PRINSIP 6. HAMBATAN 7. TIPS-TIPS 3. KARAKTERISTIK 2. TUJUAN 1. KONSEP

Cogan melihat supervisi klinis sebagai wahana untuk mengembangkan guru atau calon guru agar bertanggung

Cogan melihat supervisi klinis sebagai wahana untuk mengembangkan guru atau calon guru agar bertanggung jawab secara profesional yang mampu menganalisis kinerja mereka sendiri, yang terbuka untuk perubahan dan bantuan dari orang lain terutama dalam mengarahkan diri sendiri. Richard Wellers dalam Sullivan : “Supervisi klinis dapat didefinisikan sebagai pengawasan yang difokuskan pada perbaikan pengajaran melalui siklus yang sistematis yang terdiri dari perencanaan, observasi dan analisis intelektual yang intensif tentang pengajaran yang sebenarnya untuk kepentingan perubahan yang rasional”

The reflective clinical supervision cycle Clinical supervision may be defined as supervision focused upon

The reflective clinical supervision cycle Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the improvement of instruction by means of systematic cycles of planning, observation, and intensive intellectual analysis of actual teaching performances in the interest of rational modification. (Supervisi klinis dapat didefinisikan sebagai supervisi difokuskan pada peningkatan pembelajaran melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif dari penampilan mengajar sebenarnya untuk kepentingan perbaikan)

Sintesis Supervisi klinis adalah teknik pelayanan yang dilakukan dalam rangka membantu guru atau calon

Sintesis Supervisi klinis adalah teknik pelayanan yang dilakukan dalam rangka membantu guru atau calon guru secara intensif dan profesional untuk meningkatkan kemampuan guru atau calon guru, dengan menggunakan pendekatan evaluasi formatif dan humanis agar dapat memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan guru atau calon guru di dalam kelas. Supervisi klinis dapat berjalan dengan efektif dengan adanya kesadaran diri dari guru atau calon guru untuk mengenali dan merefleksikan dirinya serta melakukan usaha-usaha perubahan ke arah yang lebih baik dan meningkatkan kompetensi mengajar yang dimiliki agar proses pembelajaran di dalam kelas dapat ditingkatkan.

UNSUR-UNSUR KHUSUS DARI SUPERVISI KLINIS • Adanya hubungan tatap muka antara supervisor dan guru

UNSUR-UNSUR KHUSUS DARI SUPERVISI KLINIS • Adanya hubungan tatap muka antara supervisor dan guru atau calon guru di dalam proses supervisi. • Pemokusan pada tingkah laku yang sebenarnya dari guru atau calon guru di dalam kelas. • Observasi secara cermat. • Pendeskripsian data observasi secara terperinci. • Supervisor dan guru atau calon guru bersama-sama menilai penampilan guru atau calon guru. • Fokus observasi sesuai dengan kebutuhan dan permintaan guru atau calon guru.

TUJUAN SUPERVISI KLINIS TUJUAN UMUM: memberikan tekanan pada proses pembentukan dan pengembangan profesional guru

TUJUAN SUPERVISI KLINIS TUJUAN UMUM: memberikan tekanan pada proses pembentukan dan pengembangan profesional guru atau calon guru dengan maksud memberi respon terhadap perhatian utama serta kebutuhan guru atau calon guru yang berhubungan dengan tugasnya TUJUAN KHUSUS : 1. Menyediakan bagi guru atau calon guru suatu feedback (balikan) yang obyektif 2. Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah mengajar 3. Membantu guru atau calon guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi mengajar 4. Sebagai dasar untuk menilai guru atau calon guru dalam kemajuan pendidikan, promosi jabatan atau pekerjaan mereka 5. Membantu guru atau calon guru mengembangkan sikap

Mengajar Adalah Tugas Pokok guru Kepercayaan dan kesadaran mengenai dirinya atau calon guru. Bentuk

Mengajar Adalah Tugas Pokok guru Kepercayaan dan kesadaran mengenai dirinya atau calon guru. Bentuk keterampilan : sendiri (self concerns) 1. Memberi penguatan 1. Dimana saya berada? 2. Seberapa besarkah kemampuan saya? 3. Bagaimana tanggapan serta perasaan siswa tentang saya? 2. Bertanya dasar dan lanjutan 3. Mengadakan variasi dalam teknik mengajar dan penggunaan stimulus 4. Menjelaskan “Concern” tentang siswa : 5. Mengelola dan disiplin kelas 1. Apakah siswa dapat belajar sesuatu dari apa yang saya ajarkan? 2. Apakah kebutuhan siswa secara individu dalam belajar dapat terpenuhi? 3. 6. Mengajar kelompok kecil 7. Memimpin diskusi kelompok SUPERVISI Bagaimanakah saya dapat memperbaiki cara mengajar saya? 8. Mengajar atas dasar perbedaan individu 9. Mengembangkan kreatifitas siswa 10. Membuka & menutup pelajaran SUPERVISI KLINIS 1. Menciptakan hubungan dan bantuan : a. Memahami kebutuhan dan “concerns” guru atau calon guru b. Membantu mengembangkan bentuk-bentuk keterampilan 2. Mengobservasi dan menganalisa penampilan 3. Menanggapi penampilan guru atau calon guru dan memberi saran atau nasehat Gambar 1. 1 Hubungan tujuan supervisi klinis dengan perangkat keterampilan dasar guru atau calon guru dan kesadaran atau kepercayaan diri guru atau calon guru

Tujuan dari supervisi klinis adalah membantu guru atau calon guru untuk memodifikasi pola-pola pembelajaran

Tujuan dari supervisi klinis adalah membantu guru atau calon guru untuk memodifikasi pola-pola pembelajaran dalam cakupan yang masih masuk akal bagi guru atau calon guru tersebut dan juga disetujui dalam perihal isi dari pembelajaran dan standar-standar pembelajaran. Tugas utama seorang supervisor adalah membantu guru atau calon guru untuk memilih tujuan-tujuan dalam hal peningkatan kegiatan pembelajaran. Supervisi klinis didesain untuk bekerja bersama guru atau calon guru dengan menggunakan sejumlah teknologi, perspektif dan pendekatan yang dapat digunakan

PRINSIP SUPERVISI KLINIS 1. Harus berdasarkan inisiatif dari para guru atau calon guru 2.

PRINSIP SUPERVISI KLINIS 1. Harus berdasarkan inisiatif dari para guru atau calon guru 2. Ciptakan hubungan yang bersifat manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan 3. Ciptakan suasana bebas 4. Objek kajian adalah kebutuhan professional guru atau calon guru yang riil 5. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki

KARAKTERISTIK SUPERVISI KLINIS Goldhammer, Anderson dan Krajewsky dalam Glickman, mengulas sembilan karakter supervisi klinis

KARAKTERISTIK SUPERVISI KLINIS Goldhammer, Anderson dan Krajewsky dalam Glickman, mengulas sembilan karakter supervisi klinis sebagai sebuah konsep, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Teknologi untuk meningkatkan pengajaran Intervensi yang disengaja dalam proses pengajaran Berorientasi pada tujuan Diasumsikan sebagai hubungan kerja yang profesional Membutuhkan kepercayaan tingkat tinggi Sistematis Menciptakan ketegangan produktif Mengasumsikan bahwa supervisor tahu banyak tentang analisis pengajaran dan pembelajaran Membutuhkan pelatihan

KARAKTERISTIK SUPERVISI KLINIS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan

KARAKTERISTIK SUPERVISI KLINIS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru atau calon guru memperbaiki keterampilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik Fungsi utama supervisor ialah mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru atau calon guru yaitu: a. Keterampilan mengamati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran secara analitis b. Keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat c. Keterampilan dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan, serta percobaannya d. Keterampilan dalam mengajar Fokus supervisi klinis adalah pada perbaikan cara mengajar dan bukan mengubah kepribadian guru atau calon guru Fokus supervisi klinis dalam perencanaan dan analisis merupakan pegangan dalam pembuatan dan pengujian hipotesis mengajar yang didasarkan atas bukti-bukti pengamatan Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dengan guru atau calon guru Balikan (feedback) yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya obyektif Dalam percakapan balik seharusnya datang terlebih dahulu dari guru atau calon guru bukan dari supervisor

INDIKATOR SUPERVISI KLINIS 1. Ada pengamatan awal tentang diri guru atau calon guru yang

INDIKATOR SUPERVISI KLINIS 1. Ada pengamatan awal tentang diri guru atau calon guru yang akan disupervisi secara mendalam. 2. Observasi yang dilakukan pada proses supervisi sangat mendalam, sehingga menemukan data yang mendetail. 3. Pada pertemuan tentang hasil supervisi tadi dilakukan secara mendalam, menyangkut semua unsur kelemahan yang sedang diperbaiki. 4. Dalam diskusi balikan ini guru atau calon guru dapat kesempatan mengevaluasi diri, mengekplorasi diri, dan melakukan refleksi terhadap kinerjanya dalam proses pembelajaran tadi. 5. Dalam diskusi balikan ini memungkinkan pembuatan alternatif-alternatif penyelesaian atau hipotesis, terhadap unsur kinerja yang belum baik, yang akan dilaksanakan dalam proses supervisi berikutnya. 6. Dengan demikian, perbaikan kelemahan-kelemahan guru atau calon guru bersifat berkelanjutan

PROSES SUPERVISI KLINIS a. Pertemuan pendahuluan (preconference) b. Observasi kelas c. Menganalisis dan menafsirkan

PROSES SUPERVISI KLINIS a. Pertemuan pendahuluan (preconference) b. Observasi kelas c. Menganalisis dan menafsirkan pengamatan dan menentukan pendekatan pertemuan dengan guru atau calon guru d. Pertemuan balikan (postconference) e. Kritik dari empat langkah sebelumnya Glickman, Carl D. , Stephen P. Gordon, Jovita M. Ross-Gordon, The Basic Guide to Supervision and Instructional Leadership, Second Edition (USA : Pearson Education Inc. , 2009), p. 228

PROSES SUPERVISI KLINIS a. Pertemuan pendahuluan (preconference) Menurut Wellers dalam Sullivan, Pada pertemuan awal,

PROSES SUPERVISI KLINIS a. Pertemuan pendahuluan (preconference) Menurut Wellers dalam Sullivan, Pada pertemuan awal, pengawas duduk bersama dengan guru atau tujuan dari pertemuan awal ini adalah : 1) Untuk mengidentifikasi kepentingan calon guru dan menentukan : dan masalah guru atau calon guru dengan cara yang tepat ( direktif (1) alasan dan tujuan supervisi, informasi, kolaboratif atau mandiri) dan (2) fokus observasi, menawarkan pengembangan (3) metode dan bentuk observasi, profesional yang sesuai. (4) waktu observasi dan 2) Untuk memperjelas bahwa tujuan utama dari observasi adalah untuk (5) waktu untuk pertemuan akhir. meningkatkan pengajaran dan Penentuan ini dibuat sebelum pembelajaran supervisi yang sebenarnya, sehingga 3) Untuk mengurangi stres dan membuat baik pengawas maupun guru atau calon guru merasa nyaman calon guru mempunyai kejelasan selama proses supervisi akan apa yang terjadi. Harus ada 4) Untuk memilih alat observasi dan jadwal kriteria untuk membuat keputusan kunjungan serta pertemuan untuk pada fokus, metode dan waktu umpan balik observasi

Secara teknis diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya pertemuan pendahuluan dengan baik, yaitu: 1.

Secara teknis diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya pertemuan pendahuluan dengan baik, yaitu: 1. Menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru atau calon guru sebelum langkah selanjutnya dibicarakan. 2. Mereviu rencana pelajaran serta tujuan pelajaran. 3. Mereviu komponen keterampilan yang akan dilatihkan diamati. 4. Memilih atau mengembangkan suatu instrumen observasi yang akan dipakai untuk merekam tingkah laku guru atau calon guru yang menjadi perhatian utamanya. 5. Instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan, dibicarakan bersama antara guru atau calon guru dan supervisor

b. OBSERVASI KELAS Observasi adalah waktu untuk menindaklanjuti pemahaman pada pertemuan awal. Pengawas mungkin

b. OBSERVASI KELAS Observasi adalah waktu untuk menindaklanjuti pemahaman pada pertemuan awal. Pengawas mungkin akan menggunakan satu atau lebih cara dalam observasi. Metode observasi meliputi: 1. kategori frekuensi, 2. indikator kinerja, 3. diagram visual, 4. pemanfaatan ruang, 5. laporan kata demi kata, 6. narasi pembuka dan penutup, 7. pengamatan peserta dan 8. kuisioner yang terfokus. Glickman, Carl D. , Stephen P. Gordon, Jovita M. Ross-Gordon, The Basic Guide to Supervision and Instructional Leadership, Second Edition (USA : Pearson Education Inc. , 2009), p. 228

1) KATEGORI FREKUENSI Tabel 1. Pertanyaan-pertanyaan guru atau Kategoriguru pertanyaan Skor Total Persentase calon

1) KATEGORI FREKUENSI Tabel 1. Pertanyaan-pertanyaan guru atau Kategoriguru pertanyaan Skor Total Persentase calon Evaluasi 0 0 Sintesis I 1 5 Analisis I 1 5 Aplikasi/penerapan II 2 10 Interpretasi III 3 15 Translasi IIII 4 20 IIIII 9 45 Memori/ingatan Jumlah Pertanyaan = 20 Siswa Tabel 2. Perilaku siswa Waktu ketika pengamatan dimulai 9: 00 9: 05 9: 10 9: 15 9: 20 9: 25 9: 30 Andrew A C D Shawn A A D Maria A A D Sam I F F Barbara H F D Angie C G G Jeff A A C Jessica F F E Tom A A E Cris F F E Michele A A E Mark A I F Melissa C A E John J A I Rolanda A C E Keterangan : A: on task, mendengar/melihat B: on task, menulis C; on task, berbicara D: on task, membaca E: on task, tangan beraktivitas 9: 35 E E A B B E E A C B E E C B B E F A B C E E F F B C E G G G E E A B B E E A B E E H H B B E E A B C E H H B B F I I I F E E C H B I J J E E A B F F: off task, pasif G: off task, mengerjakan tugas lain H: off task, mendengarkan yang lain I: off task, mengganggu yang lain J: off task, bermain

2) Model Indikator Kinerja Hunter Tabel 3. Indikator Kinerja Elemen-elemen Perangkat antisipatif Pernyataan sasaran

2) Model Indikator Kinerja Hunter Tabel 3. Indikator Kinerja Elemen-elemen Perangkat antisipatif Pernyataan sasaran dan tujuan Input Modelling Pemeriksaan pemahaman Latihan dengan pengarahan Latihan mandiri Respon Komentar Ya…. Tidak…. Tidak dapat diterapkan…. Ya…. Tidak dapat diterapkan…. Tabel 4. Indikator Pembelajaran Kooperatif Elemen-elemen Penjelasan akademik dan tujuan sosial Mengajar perlunya keterampilan sosial Interaksi tatap muka Saling ketergantungan yang positif Kemampuan individual Proses grup Respon Ya…. Tidak…. Tidak dapat diterapkan…. Komentar

2) Model Indikator Kinerja Hunter Tabel 5. Indikator Pembelajaran Konstrukstivisme Indikator Perencanaan bersama oleh

2) Model Indikator Kinerja Hunter Tabel 5. Indikator Pembelajaran Konstrukstivisme Indikator Perencanaan bersama oleh guru atau calon guru dan siswa Penjelasan mendalam tentang ide besar Pertanyaan yang diprakarsai siswa Berpusat pada masalah Penggunaan bahan utama Siswa menguji hipotesisnya sendiri Mengembangkan dialog Pembelajaran aktif Pembelajaran kolaboratif Siswa membangun pengetahuan Refleksi diri dan kelompok Penilaian pembelajaran oleh guru atau calon guru dan siswa Penilaian proses dan hasil Respon Ya…. Tidak…. Tidak dapat diterapkan…. Ya…. Tidak dapat diterapkan…. Komentar

3) Diagram Visual G = guru atau calon guru G 2 6 11 S

3) Diagram Visual G = guru atau calon guru G 2 6 11 S = Siswa 1 SA SF 7 9 12 SB SC SD SE SG SH SI SJ SN SO 10 SK 4 3 SL SM 5 N SP SU 8 SQ SV SR SS SW SX 6 ST SY

4) Pemanfaatan Ruang guru atau calon guru Diagram 2. Front of Room Key T.

4) Pemanfaatan Ruang guru atau calon guru Diagram 2. Front of Room Key T. D. guru) = Teacher’s Desk (Meja guru atau calon L. C. = Learning Center (Pusat Pembelajaran) C. B. = Chalk Board (Papan Tulis) W. A. = Work Area (Area Kerja)

c. Menganalis dan menafsirkan observasi dan menentukan pendekatan pertemuan dengan guru atau calon guru

c. Menganalis dan menafsirkan observasi dan menentukan pendekatan pertemuan dengan guru atau calon guru Pengawas meninggalkan kelas dengan membawa hasil pengamatannya dan duduk di kantor sekolah. Memaparkan halaman pengamatannya dan mengkaji informasi, menghitung frekuensi, mencari pola yang berulang, mengisolasi kejadian besar atau menemukan indikator kinerja yang ada maupun yang tidak ada. Selanjutnya supervisor menentukan pendekatan yang akan dilakukan untuk membicarakan hasil observasinya dengan guru atau calon guru yang diobservasi. Supervisor yang berpengalaman akan memberikan data pengamatannya kepada guru atau calon guru sebelum melakukan pertemuan akhir. Hal ini memungkinkan guru atau calon guru untuk memeriksa data dan membawa interpretasi awal pada saat pertemuan akhir

C. MENGANALIS DAN MENAFSIRKAN OBSERVASI DAN MENENTUKAN PENDEKATAN PERTEMUAN DENGAN guru atau calon guru

C. MENGANALIS DAN MENAFSIRKAN OBSERVASI DAN MENENTUKAN PENDEKATAN PERTEMUAN DENGAN guru atau calon guru Contoh langkah ke-3 : Temuan pengawas : 1. guru atau calon guru menanyakan 27 pertanyaan dan mendapat 42 jawaban 2. Terjadi gerakan verbal sebanyak 276 kali, 6 kali antara siswa ke siswa, 270 kali antara guru atau calon guru ke siswa dan siswa ke guru atau calon guru. 3. Beberapa siswa menanyakan apa yang harus mereka lakukan kepada supervisor 4. Dua orang siswa membicarakan olah raga Supervisor mengetahui bahwa tujuan dari pembelajaran adalah untuk mendorong keterlibatan siswa, maka supervisor membuat analisis sebagai berikut : 1. guru atau calon guru mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan 2. Sedikit interaksi yang terjadi diantara siswa Dari analisis di atas, supervisor membuat interpretasi sebagai berikut: 1. guru atau calon guru tidak jelas dalam mengkomunikasikan perintah ke beberapa siswa 2. Sepasang siswa tidak tertarik dengan apa yang sedang dikerjakan di kelas

D. PERTEMUAN BALIKAN (POSTCONFERENCE) atan m a g n e p Setelah sis selesai

D. PERTEMUAN BALIKAN (POSTCONFERENCE) atan m a g n e p Setelah sis selesai li dan ana terpretasi, in dan ada endekatan p dengan onal yang rs interpe ipilih, telah d siap sor supervi gan guru den u m e t r be guru n o l a c atau has a b m e untuk m servasi, ob analisis akhirnya da yang pa ghasilkan en akan m uk t n u a n renca an perbaik an jar a l e b m pe Tang gung j untu awab k meng emba n ren n cana gka ma depa n dap sa disus a un ol t eh supe rviso r, supe r v isor bersa Model pendekatan yang m a g atau dapat dilakukan oleh calon uru g atau supervisor, yaitu : oleh uru g atau 1. Pendekatan kolaboratif calon uru 2. Pendekatan direktif guru itu se n informasi Perte diri. m 3. Pendekatan selfberak uan directed (mandiri) hir deng an re n untu cana k perb aikan l lanju ebih t

Model pendekatan kolaboratif 1. guru atau calon guru mengidentifikasi masalah, supervisor meminta informasi sebanyak

Model pendekatan kolaboratif 1. guru atau calon guru mengidentifikasi masalah, supervisor meminta informasi sebanyak mungkin 2. Supervisor merenungkan kembali apa yang telah didengar 3. Memulai brainstorming dengan meminta ide -ide dari guru atau calon guru 4. Memecahkan masalah, berbagi dan berdiskusi tentang pilihan pemecahan masalah 5. Menyetujui rencana dan tindak lanjut pada pertemuan tersebut

Model pendekatan direktif informasi 1. Supervisor mengidentifikasi masalah atau tujuan dan meminta informasi untuk

Model pendekatan direktif informasi 1. Supervisor mengidentifikasi masalah atau tujuan dan meminta informasi untuk klarifikasi 2. Supervisor menawarkan solusi, meminta masukan dari guru atau calon guru untuk alternatif solusi danmeminta tambahan ide 3. Supervisor meringkas alternatif pilihan, meminta konfirmasi dan meminta guru atau calon guru untuk mengemukakan pilihan terakhir 4. Menyusun tindak lanjut dan pertemuan

Model pendekatan self-direktif (mandiri) 1. Mendengarkan pernyataan guru atau calon guru dengan seksama 2.

Model pendekatan self-direktif (mandiri) 1. Mendengarkan pernyataan guru atau calon guru dengan seksama 2. Merefleksikan kembali pemahaman tentang masalah 3. Menjelaskan terus menerus sampai masalah sebenarnya teridentifikasi 4. guru atau calon guru mengatasi masalah dan mencari akibat dari berbagai tindakan 5. guru atau calon guru berkomitmen untuk membuat keputusan dan rencana 6. Supervisor menyatakan kembali rencana guru atau calon guru dan mengatur tindak lanjut pertemuan

d. Contoh form yang dapat digunakan untuk mengembangkan rencana tindak lanjut perbaikan Tanggal pertemuan

d. Contoh form yang dapat digunakan untuk mengembangkan rencana tindak lanjut perbaikan Tanggal pertemuan akhir : . . . guru atau calon guru yang disupervisi. . . . : Waktu supervisi : . . . Supervisor : . . . Tujuan yang akan dikerjakan : . . . Kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan : . . . . . . . . Sumber daya yang dibutuhkan : . . . Waktu dan tanggal untuk pertemuan berikutnya : . . . . . . . .

D. PERTEMUAN BALIKAN (POSTCONFERENCE) 1. Menanyakan perasaan guru atau calon guru secara umum atau

D. PERTEMUAN BALIKAN (POSTCONFERENCE) 1. Menanyakan perasaan guru atau calon guru secara umum atau kesan umum guru atau calon guru ketika ia mengajar serta memberi penguatan dalam mereviu tuuan pelajaran. 2. Mereviu target keterampilan serta perhatian utama guru atau calon guru. 3. Menanyakan perasaan guru atau calon guru tentang jalannya pengajaran berdasarkan target dan perhatian utamanya. 4. Menunjukkan data hasil rekaman dan memberikan kesempatan kepada guru atau calon guru menafsirkan data tersebut. 5. Bersama menginterpretasi data rekaman. 6. Menanyakan perasaan guru atau calon guru setelah melihat rekaman data tersebut. 7. Menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya yang menjadi keinginan atau target guru atau calon guru dan apa yang sebenarnya telah terjadi atau tecapai. 8. Menentukan bersama-sama dan mendorong guru atau calon guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya.

E. KRITIK DARI EMPAT LANGKAH SEBELUMNYA Langkah kelima proses supervisi klinis adalah waktu untuk

E. KRITIK DARI EMPAT LANGKAH SEBELUMNYA Langkah kelima proses supervisi klinis adalah waktu untuk meninjau apakah prosedur dari langkah pertama sampai ke empat memuaskan dan apakah revisi mungkin diperlukan sebelum mengulang urutan langkah. Dalam tinjauan ini terdiri dari pertanyaan seperti : 1. 2. 3. 4. Apa yang berharga dari yang telah kita lakukan? Apa yang bernilai kecil? Perubahan apa yang bisa disarankan? Umpan balik dari guru atau calon guru memberikan supervisor kesempatan untuk memutuskan apakah melanjutkan praktek, merevisi atau mengubah cara kerja guru atau calon guru di masa depan.

1. 2. 3. 4. 5. Kurangnya lembaga pembimbing di lembaga pendidikan Terbatasnya sarana yang

1. 2. 3. 4. 5. Kurangnya lembaga pembimbing di lembaga pendidikan Terbatasnya sarana yang tersedia Kurang tersedianya tenaga teknisi Terbatasnya dana Sistem pelaksanaan pengalaman lapangan yang masih menempatkan kegiatan praktek kependidikan)yang tidak sesuai dengan kalender pendidikan 6. Angka perbandingan (rasio) yang tinggi antara calon guru atau calon guru dengan supervisor mengakibatkan pembimbing kurang intensif dan bersifat “sambil lalu”. 7. Labilnya sistem organisasi kelembagaan serta tata aturannya termasuk organisasi kurikulum pada saat ini.

Kriteria yang harus dimiliki oleh seorang supervisor : 1. Keyakinan, memiliki kemampuan untuk memecahkan

Kriteria yang harus dimiliki oleh seorang supervisor : 1. Keyakinan, memiliki kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri dan mengembangkan dirinya. 2. Mempunyai kebebasan untuk memilih dan bertindak mencapai tujuan yang diinginkannya. 3. Kemampuan menanyakan pada orang lain dan dirinya sendiri tentang asumsi dasar serta keyakinan akan dirinya. 4. Komitmen dan kemauan membuat rekan guru atau calon gurunya merasa penting, dihargai dan maju. 5. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk dapat membina hubungan yang akrab tanpa memandang bulu. 6. Kemampuan untuk mendengarkan serta keinginan untuk memanfaatkan pengalaman-pengalaman guru atau calon guru untuk membuatnya berusaha mencapai tujuan. 7. Antusiasme dan keyakinan akan supervisi sebagai proses kegiatan yang terus-menerus untuk melayani pertumbuhan dan perkembangan pribadi serta profesi guru atau calon guru. 8. Keterampilan dalam berkomunikasi, mengobservasi, dan menganalisis tingkah laku guru atau calon guru ketika mengajar. 9. Komitmen untuk mengembangkan dirinya sendiri serta berkeinginan keras untuk terus memperdalam bidang supervisi Hal terakhir yang perlu diketahui adalah seorang supervisor haruslah dapat menjadi role model bagi guru atau calon guru dan dipercaya sehingga guru atau calon guru merasa nyaman untuk berbicara dan mengungkap hasil refleksi yang dilakukan atas dirinya sendiri. Selain itu seorang supervisor lebih baik memiliki bukti bahwa supervisor tersebut pernah berhasil sebagai guru atau calon guru ditambah dengan kemampuannya dalam berkomunikasi secara baik.