MANAJEMEN PRODUKTIVITAS Pertemuan ke 6 PRODUKTIVITAS DAN SUMBER
MANAJEMEN PRODUKTIVITAS Pertemuan ke 6
PRODUKTIVITAS DAN SUMBER DAYA MANUSIA SDM, modal dan teknologi menempati posisi yang amat strategis dalam mewujudkan tersedianya barang dan jasa. Penggunaan SDM, modal, dan teknologi secara ekstensif telah banyak ditinggalkan orang. Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategik dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia (Siagian, 2002, p. 2)
Pada dasarnya produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah lebih baik dari hari ini. Sikap seperti ini, bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun, mutlak diperlukan dalam menjawab berbagai tantangan pembangunan, baik tantangan yang bersifat ekonomis maupun non ekonomis. Tantangan 2 ekonomis seperti langkanya modal, langkanya keterampilan SDM, langkanya teknologi yang dikuasai, harus dapat diatasi dengan sikap mental yang optimistis sehingga setiap insan pembangunan akan terus mencari bagaimana metode dan sistem untuk mengatasinya.
� � � Menurut Sinungan, (2003, p. 12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa. Produktivitas juga diartikan sebagai: a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) umum. Berbagai input lainnya akan bisa dikurangi sejauh mungkin. Hasilnya tentu akan lebih baik dan banyak hal yang bisa dihemat. Yang jelas, waktu tidak terbuang sia 2, tenaga dikerahkan secara efektif dan pencapaian tujuan usaaha bisa terselenggara dengan baik, efektif, dan efesien. Hal di atas inilah yang dimaksud dengan PRODUKTIVITAS.
� Untuk mengukur suatu produktivitas perusahaan dapatlah digunakan dua jenis ukuran jam kerja manusia, yakni jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam kerja yang dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja yang harus dibayar meliputi semua jam-jam kerja yang harus dibayar, ditambah jam-jam yang tidak digunakan untuk bekerja namun harus dibayar, liburan, cuti, libur karena sakit, tugas luar dan sisa lainnya. Jadi bagi keperluan pengukuran umum produktivitas tenaga kerja kita memiliki unit-unit yang diperlukan, yakni: kuantitas hasil dan kuantitas penggunaan masukan tenaga kerja (Sinungan, 2003, p. 24 -25). �
Ada dua macam alat pengukuran produktivitas, yaitu : � Physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran (size), panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan biaya tenaga kerja. � Value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan seterusnya. (Ravianto, 1986).
Dalam Sinungan (2003) secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda. � Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya. � Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif. � Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya dan inilah yang terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.
Menurut Wignjosoebroto, (2000, p. 25), produktivitas secara umum akan dapat diformulasikan sebagai berikut: � Produktivitas = Output/input(measurable)+ input (invisible). Invisible input meliputi tingkat pengetahuan, kemampuan teknis, metodologi kerja dan pengaturan organisasi, dan motivasi kerja. � Untuk mengukur produktivitas kerja dari tenaga kerja manusia, operator mesin, misalnya, maka formulasi berikut bisa dipakai untuk maksud ini, yaitu: � Produktivitas = total keluaran yang dihasilkan
Manfaat Pengukuran Produktivitas 1. Pengukuran produktivitas ini mempunyai peranan penting untuk mengetahui produktivitas kerja dari para karyawan sehingga dapat diketahui sejauh mana produktivitas yang dapat dicapai oleh karyawan. 2. Pengukuran produktivitas akan juga dapat digunakan sebagai pedoman bagi para manajer untuk meningkatkan produktivitas kerja sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan.
� 3. Pengukuran produktivitas kerja sebagai sarana untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. � 4. Untuk menentukan target dan kegunaan, praktisnya sebagai standar dalam pembayaran upah karyawan. � 5. Untuk mengukur suatu produktivitas dapat digunakan dua jenis ukuran jam kerja manusia yakni jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam kerja yang harus dipergunakan untuk bekerja.
Dengan keyakinan, ketekunan dan usaha yang sungguh 2, tantangan ini pasti terjawab tanpa kesukaran yang berarti. Tantangan non ekonomis lebih banyak berkaitan pada sikap dan kemauan Pemerintah, sikap budaya bangsa, faktor keamanan dan tekad bersama semua lapisan masyarakat untuk menciptakan kemajuan. Sudahkah kita mendapatkan kemajuan yang kita dambakan tersebut? Jawabnya, entahlah. . . Karena apa yang kita alami sulit untuk mendapat jawaban yang benar 2 jawaban jujur dan bertitik tolak pada kenyataan dewasa ini. Konflik berkepanjangan yang menuai bangsa ini jauh keting-
galan dari negara 2 lain di Asean sekalipun. Yang adalah konflik disfungsional tak pernah kunjung selesai. Kerja yang bermalas-malasan ataupun korupsi jam kerja dari jam semestinya (selain korupsi harta), bukanlah menunjang pembangunan, tapi menghambat kemajuan yang mestinya dicapai entah berapa tahun kebelakang. Sebaliknya, kerja yang efektif menurut jumlah jam kerja yang seharusnya serta job contents yang seharusnya sesuai dengan uraian kerja masing 2 pekerja, akan dapat menunjang kemajuan serta mendorong kelancaran usaha baik secara individu maupun secara menyeluruh. Banyak kejadian disekitar kita betapa pemanfaatan waktu kerja yang merupakan upaya paling dasar dari produktivitas kerja, banyak
diabaikan, bahkan secara sengaja dilanggar. Sikap mental seperti ini tidak akan menimbulkan suasana kerja yang optimistis, apalagi diharapkan untuk menciptakan metoda dan sistem kerja yang produktif di semua perangkat kerja yang ada. Contoh yang kita lihat dari suatu unit kerja misalnya, terlihat bahwa sekitar 25% dari pekerja baik di tingkat atas, menengah maupun lapisan pekerja bawahan benar 2 bekerja keras dengan memanfaatkan semua waktu kerja yang ada. Ada diantara mereka yang terpaksa harus bekerja lembur (over time) karena mengejar batas waktu penyelesaian kerja yang telah ditetapkan dalam SOP (Standard Operational Procedure). Sementara itu ditempat yang sama didapati 75% pekerja yang tidak memanfaatkan jam kerja yang
ada, bahkan cenderung untuk mengurangi jam kerja. Banyak diantara pekerja atau pegawai/karyawan yang mengisi waktu kerjanya dengan duduk 2 mengobrol ngalor-ngidul tanpa makna yang jelas, menelpon keluarga atau teman, asyik dengan ponselnya atau yang sekarang lagi marak dan ngetrend dalam kehidupan alih teknologi yaitu ber BBM-an. Hal ini tentu saja para pegawai yang bersangkutan bekerja jauh dari produktif. Bahkan bukan hal yang aneh apabila para pekerja justru menghabiskan waktunya di luar pekerjaannya, izin ke luar kantor untuk urusan pribadi yang tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan tugas pekerjaannya. Hal ini berakibat pelambanan kerja pun tidak terhindarkan.
Falsafah kerja santai juga kurang pada tempatnya. Istilah itu tidak cocok dalam suasana membangun. Santai atau rileks adalah selingan diantara dua masa kerja produktif. Jadi bukan berupa pada masa kerja produktif. Suasana santai diperlukan untuk memulihkan (recovery) kondisi tubuh dan otak setelah bekerja penuh selama suatu masa tertentu, misalnya satu minggu atau lima hari kerja dalam seminggu. Jadi kerja santai tidaklah berada dalam waktu kerja produktif sehingga mestinya berada di luar jam kerja normal. Kerja produktif memerlukan keterampilan kerja yang sesuai dengan isi kerja sehingga bisa menimbulkan penemuan 2, inovasi 2, kreatifitas hal 2 yang baru untuk memperbaiki cara kerja
Atau minimal mempertahankan cara kerja yang dinilai sudah baik. Kerja produktif memerlukan prasyarat lain sebagai faktor pendudukng yaitu: kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum (meskipun sekarang sudah ada UMR atau UMK yang semestinya disesuaikan dengan KHL atau kebutuhan hidup layak), jaminan sosial yang memadai, kondisi kerja yang manusiawi dan hubungan kerja yang harmonis. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 248 juta jiwa, harus dengan populasi sebanyak itu harus juga memiliki sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang memadai. Tinggal
lagi diusahakan agar jumlah penduduk yang demikian besar itu, dapat digerakkan agar menjadi sumber daya yang produktif. Manusia pembangnan yang produktif, sebagaimana dikehendaki oleh pembangunan Indonesia adalah manusia yang menghargai kerja sebagai suatu sikap pengabdian kepada Tuhan, berbudi luhur, cakap bekerja dan trampil, percaya pada kemampuan diri sendiri, mempynai semangat kerja yang tinggi dan memandang hari esok dengan gairah dan optimistis. Oleh karena itu, salah satu usaha yang konkrit untuk mendorong produktivitas tenaga manusia adalah peningktan pendidikan dan keterampilan agar mampu mengemban tugas dan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Pekerjaan yang dilakukan dengan baik dan dengan tingkat pendi-
dikan dan keterampilan yang sesuai dengan isi kerja akan mendorong kemajuan setiap usaha yang pada gilirannya akan juga meningkatkan pendapatan, baik pendapatan perorangan, kelompok maupun pendapatan nasional. Tentu saja hal ini sangat diharapkan atas dukungan pemerintah, hakekatnya bahwa pembangunan mental bangsa tidak lepas dari peningkatan kompetensi yang bertitik tolak pada kemampuan: 1. Knowledge (pengetahuan dan pengalaman) 2. Skill (keterampilan) 3. Ability (kecakapan) Skill dimaksud, bukan hanya keterampilan semata, tetapi lebih dari itu bahwa manusia yang terampil juga harus ditunjang oleh
kemampuan dibidang budipekerti, artinya, sebaik-baik orang dan sepintar-pintar tenaga kerja percuma saja apabila tidak ditunjang oleh kelakuan yang baik atau budi pekerti yang luhur (Ingat IQ, SQ dan ESQ) dan inilah yang kita kenal sekarang dengan istilah Soft Skill lebih diarahkan pada perilaku (behaviour), sikap (attitude), dan kepribadian (personality). Untuk lebih jelasnya bahwa unsur kompetensi dimaksud terdiri: (a) Motif: hal yang dipikirkan secara teratur yang menyebabkan seseorang bertindak (b) Bawaan: karakteristik fisik dan respon yang diberikan secara teratur/konsisten dalam menghadapi suatu situasi atau informasi
(c) Sikap : nilai, prinsip, sikap yang dianut (d) Pengetahuan : informasi yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang tertentu (e) Keterampilan: kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan fisik & mental. Kompetensi ini diartikan sebagai karakteristik dasar manusia yang dari pengalaman nyata (nampak dari perilaku, sikap, dan kepribadian) ditemukan mempengaruhi, atau dapat dipergunakan untuk meperkirakan (tingkat) performansi di tempat kerja atau kemampuan mengatasi persoalan pada suatu situasi tertentu.
Hubungan Kompetensi dengan Prestasi Kerja Spirit Tindakan Hasil Dimensi Individu - Bakat Motif Sikap, Nilai Pengetahuan Perilaku - Keterampilan Lingkungan Prestasi kerja - Karya - Kegiatan
Penerapan Kompetensi Berdasarkan Fungsi SDM Setiap organisasi memiliki kompetensi yang berbeda, karena belum adanya persyaratan standar untuk menempati suatu posisi, serta penentuan pelatihan bagi SDM belum sistematis maka aplikasi kompetensi diprioritaskan berdasarkan SDM di organisasi. Menurut Mitrani, Dalziel, Fitt juga Spencer and Spencer dari pemikiran para ahli dapat diidentifikasikan beberapa pokok pikiran tentang kualitas yang dimiliki orang pada eksekutif, manajer, dan karyawan (employees). Dalam kuliah ini yang dibahas adalah mengenai kompetensi tingkat karyawan, sesuai dengan konsentrasi MSDM yang anda pilih.
Kompetensi karyawan diperlukan untuk mengidentifikasi pekerjaan yang sesuai dengan prestasi yang diharapkan. Kompetensi tingkat karyawan meliputi: 1. Flexibility, yaitu kemampuan untuk melihat perubahan sebagai suatu kemampuan yang menggembirakan katimbang sebagai ancaman. 2. Information seeking, motivation, and ablity to learn, yaitu kemampuan mencari kesempatan belajar tentang keahlian teknis dan interpersonal 3. Achievement Motivation, yaitu kemampuan berinovasi sebagai peningkatan kinerja, kualitas dan produktivitas.
4. Work motivation under the pressure, yaitu kemampuan menahan stress dalam organisasi, dan komitmen dalam menyelesaikan pekerjaan. 5. Collaborativeness, yaitu kemampuan pegawai untuk bekerja secara kooperatif di dalam kelompok. 6. Customer service orientation, yaitu kemampuan melayani konsumen, mengambil inisiatif dalam mengatasi masalah yang dihadapi konsumen.
Contoh kompetensi yang penting untuk manajer: a. Fleksibilitas b. Kemampuan untuk mengimplementasikan perubahan c. Kewirausahaan untuk suatu inovasi d. Kemampuan untuk membina hubungan impersonal e. Memobilisasi membuat pekerja merasa mampu dan termotivasi untuk melaksanakan tanggungjawab yang lebih besar f. Memfasilitasi tim g. Kemudahan untuk bergerak dan berubah
Contoh kompetensi yang penting untuk para pekerja: a. Fleksibilitas b. Motivasi untuk mencari informasi dan kemampuan untuk mempelajarinya c. Kemampuan untuk merencanakan target kerja yang lebih baik dan melaksanakannya d. Motivasi kerja dibawah kondisi yang menegangkan e. Kerjasama f. Kepekaan dan kesediaan untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan
Dalam kaitan ini, kompetensi adalah mutlak diperlukan bagi tenaga kerja tak terkecuali bagi tenaga governement (PNS) yang ditenggarai yang memiliki kompetensi hanya berjumlah 40% saja. Selebihnya dapat dikatakan sebagai pengangguran tak kentara. Oleh karena itu ‘morartorium” adalah jalan yang ditempuh pemerintah untuk menciptakan tenaga kerja yang handal dan kompetensi yang mumpuni. Dibutuhkan: v kemampuan merencanakan dan mengimplementasikan v kemampuan melayani v kemampuan memimpin v kemampuan mengelola v kemampuan berpikir (cognitive) v kemampuan bersikap dewasa.
- Slides: 27