I GANGGUAN SEKSUAL KATEGORI PENYIMPANGAN SEKSUAL 1 Parafilia

  • Slides: 44
Download presentation
I. GANGGUAN SEKSUAL

I. GANGGUAN SEKSUAL

KATEGORI PENYIMPANGAN SEKSUAL: 1. Parafilia Fantasi atau perilaku sex yg disukai atau berulang, meliputi

KATEGORI PENYIMPANGAN SEKSUAL: 1. Parafilia Fantasi atau perilaku sex yg disukai atau berulang, meliputi hal sbb: q. Menggunakan obyek bukan manusia q. Aktivitas sex berulang dg manusia melibatkan penderitaan/rsa malu nyata atau dirangsang q. Aktivitas sex berulang dg pasangan-pasangan lebih muda 2. Disfungsi seksual Suatu kerusakan atau gangguan padasuatu fase dari siklus respon seksual.

PARAFILIA 1. Ekshibisionisme �Dorongan seksual yg tinggi dan fantasi 2 getaran seksual �Memamerkan alat

PARAFILIA 1. Ekshibisionisme �Dorongan seksual yg tinggi dan fantasi 2 getaran seksual �Memamerkan alat kelamin kepada orang yg asing � 99% pada laki 2 dan korbanya wanita �Lamanya minimal 6 bulan

2. Fethisisme �Dorongan seksual yg tinggi dan fantasi 2 getaran seksual, minimal 6 bln

2. Fethisisme �Dorongan seksual yg tinggi dan fantasi 2 getaran seksual, minimal 6 bln �Menyangkut penggunaan obyek yg tdk hidup (bra, CD wanita, stoking, dll) �Obyek tsb digunakan slm masturbasi atau aktivitas seksual dg org lain utk menghasilkan rangsangan seksual �Bila melibatkan pertukaran pakaian disebut fethisisme tranvestik

3. Frotteurisme �Preokupasi berulang dengan dorongan atau fantasi seksual yg kuat, lamanya lbh 6

3. Frotteurisme �Preokupasi berulang dengan dorongan atau fantasi seksual yg kuat, lamanya lbh 6 bln �Meliputi menyentuh atau menggosok seseorang tanpa ijinnya �Kenikmatan seksual ditimbulkan dr sentuhan atau gosokan aktual, bukan dr sifat paksaan tindakan

4. Pedofilia �Dorongan seksual berulang dan secara seksual menimbulkan fantasi 2, lamanya lbh 6

4. Pedofilia �Dorongan seksual berulang dan secara seksual menimbulkan fantasi 2, lamanya lbh 6 bln �Aktifitas seksual dg anak pra pubertas �Usia pelaku diatas 16 th & minimal jarak dg korban 5 th

5. Masokisme Seksual � Dorongan seksual yg tinggi dan fantasi 2 getaran seksual, minimal

5. Masokisme Seksual � Dorongan seksual yg tinggi dan fantasi 2 getaran seksual, minimal 6 bln � Meliputi tindakan (nyata, bukan simulasi) dipermalukan, dipukul, dilempar atau sebaliknya utk membuat menderita � Aktivitas motorik ini dapat difantasikan, dilakukan sendiri ataupun dg pasangan � Contohnya: melakukan kekerasan seksual dg menyakiti diri sendiri, direstrain, diperkosa atau dipukuli olh pasangan seksualnya

6. Sadisme Seksual � Dorongan seksual berulang, kuat dan fantasi 2 getaran seksual, minimal

6. Sadisme Seksual � Dorongan seksual berulang, kuat dan fantasi 2 getaran seksual, minimal 6 bln � Meliputi tindakan (nyata, bukan simulasi) dimana menimbulkan penderitaan psikologis atau fisik (termasuk mempermalukan) � Korban adl kenikmatan seksual � Aktifitas sadistis kemungkinan difantasikan atau dilakukan dg seorang pasangan yg mengijinkan atau tdk mengijinkan tindakan tsb � Contohnya: memperkosa, memukul, menyiksa bahkan membunuh

7. Voyeurisme �Dorongan seksual berulang, kuat dan fantasi 2 getaran seksual, minimal 6 bln

7. Voyeurisme �Dorongan seksual berulang, kuat dan fantasi 2 getaran seksual, minimal 6 bln �Meliputi tindakan mengamati orang 2 yg tdk dicurigai, biasanya orang 2 asing, yg telanjang, menanggalkan pakaian atau terlibat dlm aktivitas seksual �Kenikmatan seksual dicapai melalui tindakan melihat dan tdk kontak dg orang yg didekati �Masturbasi biasanya menyertai tindakan mengintip

DISFUNGSI SEKSUAL 1. Kurangnya atau hilangnya nafsu seks ◦ Frigiditas ◦ Gg nafsu seksual

DISFUNGSI SEKSUAL 1. Kurangnya atau hilangnya nafsu seks ◦ Frigiditas ◦ Gg nafsu seksual hipoaktif � Sering inhibisi hasrat untuk melindungi terhadap ketakutan bawah sadar terhadap seks (hambatan fase falik) � Penekanan karena impuls homoseksual yg tdk dpt diterima � Etiologi: gg dorongan biologis, terganggunya harga diri, pengalaman yg buruk thd seks, pasangan kurang layak, hubungan non seksual yg buruk dg pasangan

2. Td menyukai & td menikmati seks ◦ Tdk menyukai seks: perasaan negatif Takut

2. Td menyukai & td menikmati seks ◦ Tdk menyukai seks: perasaan negatif Takut & cemas menghindari ◦ Tidak menikmati: hubungan terjadi normal, bis orgasme tetapi tdk bisa menikmati 3. Kegagalan dr respon genital �Pada laki-laki: Disfungsi ereksi ◦ Penyebab bisa organik ataupun psikologis ◦ Pd ungsi isioligis ada ketakutan, kecemasan, kemarahan dan hambatan normal

�Pada wanita: kekeringan fagina atau kegagalan pelicinan ◦ Faktor penyebab psikologis: kecemasan, rasa berslah

�Pada wanita: kekeringan fagina atau kegagalan pelicinan ◦ Faktor penyebab psikologis: kecemasan, rasa berslah dan ketakutan 4. Disfungsi orgasme �Dapat terhambat atau tdk terjadi sama sekali �Pada wanita, etiologi psikologis: takut hamil, penolakan oleh pasangan, permusuhan thd laki-laki, perasaan bersalah, hambatan sosial

�Pada Laki-laki: Sering ditemukan pd latar belakang kaku (seks adl dosa & genital adl

�Pada Laki-laki: Sering ditemukan pd latar belakang kaku (seks adl dosa & genital adl kotor), kesulitan interpersonal 5. Ejakulasi dini �Banyak ditemukan dg faktor psikologis �Ada kecemasan dengan tindakan seksual atau ketakutan thd vagina yg tdk disadari. Bisa krn kulture yg negatif dimana tindakan seksual dilakukan secepat-cepatnya. Misal dengan prostitusi atau tindakan sembunyi

6. Vaginismus �Terjadi spasme otot sekitar vagina liang vagina tertutup �Etiologi: trauma seksual (pemerkosaan,

6. Vaginismus �Terjadi spasme otot sekitar vagina liang vagina tertutup �Etiologi: trauma seksual (pemerkosaan, takut nyeri koitus perdana) 7. Dorongan seksual berlebih �Bisa pada laki-laki maupun wanita �Sering menyertai gangguan afektif atau saat awal dimensia

TERAPI: �Terapi seks berdua: tehnik dan latihan spesifik �Hipnoterapi �Terapi perilaku �Terapi kelompok (untuk

TERAPI: �Terapi seks berdua: tehnik dan latihan spesifik �Hipnoterapi �Terapi perilaku �Terapi kelompok (untuk pasien pemalu, rasa bersalah, cemas) �Terapi berorientasi analitik �Terapi biologis: Psikofarmaka, hormonal dll

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. 2. Disfungsi seksual Perubahan pola seksualitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. 2. Disfungsi seksual Perubahan pola seksualitas

Rentang Respon Seksual � Adaptif maladaptif � � Prilaku seksual Yg memuaskan membahayakan Gg

Rentang Respon Seksual � Adaptif maladaptif � � Prilaku seksual Yg memuaskan membahayakan Gg prilaku seksual oleh ansietas Disfungsi performa seksual yg

Dx. Keperawatan Disfungsi Seksualitas A. B. Tujuan Jangka Pendek 1. Mampu mengidentifikasi stresor yg

Dx. Keperawatan Disfungsi Seksualitas A. B. Tujuan Jangka Pendek 1. Mampu mengidentifikasi stresor yg berperan dlm penurunan fungsi seksual 2. Mampu mendiskusikan patofisiologis penyakitnya yg menimbulkan disfungsi seksual Tujuan Jangka Panjang Pasien akan mendapatkan kembali aktivitas seksual pada tingkat yang memuaskan utk dirinya dan pasangannya

C. Intervensi 1. Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubungan seksual 2.

C. Intervensi 1. Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubungan seksual 2. Kaji persepsi pasien tterhadap masalah 3. Bantu pasien menetapkan dimensi waktu yg berhubungan dg awitan masalah & diskusikan apa yg terjadi dlm situasi kehidupannya waktu itu 4. Kaji alam persaan dan tingkat energi pasien 5. Tinjau aturan pengobatan: observasi efek samping 6. Anjurkan pasien mendiskusikan proses penyakit yg mungkin menambah disfungsi seksual 7. Kolaborasi konseling seksual

Dx. Keperawatan Perubahan Pola Seksualitas A. B. Tujuan jangka pendek 1. Pasien akan mengatakan

Dx. Keperawatan Perubahan Pola Seksualitas A. B. Tujuan jangka pendek 1. Pasien akan mengatakan aspek-aspek seksualitas yg ingin diubahnya 2. Pasien & pasangannya akan saling berkomunikasi ttg cara dimana masing-masing meyakini hub seksual mereka akan dapat diperbaiki Tujuan jangka panjang 1. Pasien akan mempertahankan kepuasan dengan pola seksualitasnya sendiri 2. Pasien & pasangannya akan memperlihatkan kepuasan dg hubungan seksualnya

C. Intervensi 1. Ambil riwayat seksual, perhatikan ekspresi area ketidakpuasan psien terhadap pola seksual

C. Intervensi 1. Ambil riwayat seksual, perhatikan ekspresi area ketidakpuasan psien terhadap pola seksual 2. Kaji area-area stres dalam kehidupan pasien dan periksa hubungan dengan pasangan seksualnya 3. Catat faktor-faktor budaya, sosial, etnik, rasial & religi yg mungkin menambah konflik berkenaan dg praktik seksual yg berbeda 4. Terima dan jangan menghakimi 5. Bantu merencanakan modifikasi prilaku untuk membantu pasien yg berhasrat utk menurunkan prilaku-prilaku seksual yg berbeda

II. DISSOSIASI

II. DISSOSIASI

GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) � � Gangguan disosiasi adalah sekelompok gangguan yang ditandai oleh suatu

GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) � � Gangguan disosiasi adalah sekelompok gangguan yang ditandai oleh suatu kekacauan atau disosiasi dari fungsi identitas, ingatan atau kesadaran Gejala utama adalah adanya kehilangan sebagian atau seluruh integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan segera serta kontrol terhadap gerakan tubuh Tidak ada bukti gangguan fisik yang menjelaskan gejala tersebut Bukti adanya penyebab psikologis dan hubungan interpersonal yang terganggu

1. AMNESIA DISOSIATIF � Pedoman diagnosis: ◦ Hilang daya ingat (kejadian penting yang baru

1. AMNESIA DISOSIATIF � Pedoman diagnosis: ◦ Hilang daya ingat (kejadian penting yang baru terjadi) ◦ Hilang ingatan terhadap kejadian yang membuat stres (stresful) atau traumatik yang baru terjadi ◦ Tidak ada gangguan mental organik, intoksikasi atau kelelahan berlebihan

2. FUGUE DISOSIATIF � Pedoman diagnosis: ◦ Melakukan perjalanan tertentu diluar kebiasaan sehari-hari ◦

2. FUGUE DISOSIATIF � Pedoman diagnosis: ◦ Melakukan perjalanan tertentu diluar kebiasaan sehari-hari ◦ Kemampuan mengurus diri yang dasar (makan, mandi dsb) tetap ada dan mampu berinteraksi sosial sederhana dengan orang yang tidak dikenal (membeli karcis, bensin, menanyakan arah, memesan makanan)

3. STUPOR DISOSIATIF � Pedoman diagnosis: ◦ Stupor: sangat kurang atau hilang gerakan volunter

3. STUPOR DISOSIATIF � Pedoman diagnosis: ◦ Stupor: sangat kurang atau hilang gerakan volunter (dibawah kemauan) dan respon normal terhadap rangsang dari luar (cahaya, suara dan perabaan). Kesadaran tidak hilang. ◦ Gangguan fisik dan gangguan jiwa lain tidak ada ◦ Ada stresor psikososial

4. GANGGUAN TRANS DAN KESURUPAN � Pedoman diagnosis: ◦ Penghayatan identitas diri dan kesadaran

4. GANGGUAN TRANS DAN KESURUPAN � Pedoman diagnosis: ◦ Penghayatan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungan hilang sementara ◦ Individu berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat dsb ◦ Trans bersifat involunter (diluar kemauan), bukan merupakan aktivitas yang biasa, bukan aktivitas keagamaan atau budaya ◦ Bukan karena faktor organik/fisik dan gangguan jiwa

5. GANGGUAN MOTORIK DISOSIATIF � Pedoman diagnosis: ◦ Bentuk paling umum: tidak mampu menggerakkan

5. GANGGUAN MOTORIK DISOSIATIF � Pedoman diagnosis: ◦ Bentuk paling umum: tidak mampu menggerakkan sebagian atau seluruh anggota gerak (tangan & kaki)

6. GANGGUAN KONVULSI DISOSIATIF � Pedoman diagnosis: ◦ Gerakan kejang (pseudo seizures) seperti kejang

6. GANGGUAN KONVULSI DISOSIATIF � Pedoman diagnosis: ◦ Gerakan kejang (pseudo seizures) seperti kejang epilepsi, tetapi sangat jarang disertai lidah tergigit, ngompol, luka jatuh yang serius ◦ Kesadaran tidak hilang, hanya trans/stupor

7. ANESTESIA DAN KEHILANGAN SENSORIK DISOSIATIF � Pedoman diagnosis: ◦ Gejala anestesi kulit (hilang

7. ANESTESIA DAN KEHILANGAN SENSORIK DISOSIATIF � Pedoman diagnosis: ◦ Gejala anestesi kulit (hilang rasa) batas tegas ◦ Gangguan tak sesuai kelainan neurologis ◦ Gangguan penglihatan jarang total, tetapi lebih banyak gangguan ketajaman penglihatan, kekaburan. ◦ Tuli disosiatif dan anosmia (hilang daya penciuman) jarang tejadi.

TERAPI: ◦ Farmakologik ◦ Psikoterapi

TERAPI: ◦ Farmakologik ◦ Psikoterapi

Pernahkah kita mengalami disosiasi? � Tiba-tiba mennyadari, saat mengendarai kendaaraan anda tidak ingat apa

Pernahkah kita mengalami disosiasi? � Tiba-tiba mennyadari, saat mengendarai kendaaraan anda tidak ingat apa yg terjadi selama atau sebagian perjalanan? � Tiba-tib menyadari, saat anda mendengar seeorang berbicara bahwa anda tidak mendengar sebagian atau semua yg dikatakan orang itu � Menyadari diri anda berada pd suatu tempat dan tidak mengerti bagaimana anda bisa sampai ke sana

Lanjutan. . . Pernahkah kita mengalami disosiasi? � Menemukan diri anda memakai pakaian yg

Lanjutan. . . Pernahkah kita mengalami disosiasi? � Menemukan diri anda memakai pakaian yg anda tdk ingat saat memakainya � Mengalami perasaan bahwa sepertinya anda berdiri disamping diri anda atau melihat diri anda melakukan sesuatu dan benar-benar seperti anda melihat orng lain (depersonalisasi) � Melihat ke cermin dan anda tidak mengenali diri anda sendiri

Lanjutan. . . Pernahkah kita mengalami disosiasi? � Terkadang merasa bahwa orang lain, obyek

Lanjutan. . . Pernahkah kita mengalami disosiasi? � Terkadang merasa bahwa orang lain, obyek dan dunia disekeliling anda tidaklah nyata (derealisasi) � Mengingat kejadian dimasa lalu secara jelas yg sepertinya anda mengalaminya kembali saat ini � Mendapat pengalaman berada di suatu tempat yg anda kenal namun merasa asing dan tidak mengenalinya

Lanjutan. . . Pernahkah kita mengalami disosiasi? � Menjadi sangat terpaku ketika menonton TV

Lanjutan. . . Pernahkah kita mengalami disosiasi? � Menjadi sangat terpaku ketika menonton TV atau film sehingga tidak sadar kejadian lain yg tjd disekitar anda � Menjadi sangat terserap kedalam suatu fantasi atau lamunan sehingga rasanya seperti benar-benar terjadi pada anda � Berbicara keras-keras pada diri anda sendiri saat sedang sendirian (self talk)

Lanjutan. . . Pernahkah kita mengalami disosiasi? � Menemukan diri anda bertindak sangat berbeda

Lanjutan. . . Pernahkah kita mengalami disosiasi? � Menemukan diri anda bertindak sangat berbeda dalam sebuah situasi tertentu dibandingkan situasi yg lain sehingga anda merasa sepertinya anda adl dua orang yg berbeda � Terkadang merasa sepertinya anda melihat dunia melalui kabut sehingga orang atau obyek tampak jauh atau tdk jelas (derealisasi)

Lanjutan. . . Pernahkah kita mengalami disosiasi? � Menemukan bahwa anda tidak dapat ingat

Lanjutan. . . Pernahkah kita mengalami disosiasi? � Menemukan bahwa anda tidak dapat ingat apakah sudah atau belum melakukan sesuatu atau mungkin hanya berpikir melakukannya (misalnya tidak tahu apakah anda baru saja mengirim surat atau hanya berpikir mengirimkannya)

Dx. Keperawatan Umum Pada Kelainan Disosiasi 1. 2. 3. 4. Koping individu tak efektif

Dx. Keperawatan Umum Pada Kelainan Disosiasi 1. 2. 3. 4. Koping individu tak efektif Perubahan proses pikir Gangguan identitas pribadi Perubahan persepsi sensori

INTERVENSI KEPERAWATAN

INTERVENSI KEPERAWATAN

Keperawatan Koping Individu Tdk Efektif 1. 2. 3. 4. Pastikan keamanan & keselamatan pasien

Keperawatan Koping Individu Tdk Efektif 1. 2. 3. 4. Pastikan keamanan & keselamatan pasien melalui kehadiran anda Identifikasi stresor yg menyebabkan ansietas berat Eksplorasi perasaan yg pasien alami dlm berespon thd stresor Saat tingkat ansietas menurun, gunakan eksplorasi & penerimaan lingkungan yg tdk mengancam utk mendukung pasien mengidentifikasi pengalaman traumatiknya

Keperawatan Koping Individu Tdk Efektif 5. 6. 7. 8. Bantu pasien mengidentifikasi metode koping

Keperawatan Koping Individu Tdk Efektif 5. 6. 7. 8. Bantu pasien mengidentifikasi metode koping utk stres dimasa lampau dan menetapkan apakah responnya adaptif atau mal adaptif Bantu pasien menerapkan strategi koping yg lebih adaptif Berikan penguatan positif atas usaha pasien untuk berubah Identifikasi sumber 2 dimasyarakat dimana pasien dpt pergi untuk mendapat dukungan jika pola koping maladaptif dimasa lalu kembali lagi

Keperawatan Perubahan Proses Pikir 1. 2. 3. 4. 5. 6. Dapatkan informasi sebanyak mungkin

Keperawatan Perubahan Proses Pikir 1. 2. 3. 4. 5. 6. Dapatkan informasi sebanyak mungkin ttg pasien dr keluarga atau orang terdekat Jangan bebani pasien dengan data yg berkenaan dengan kehidupan masa lalunya Saat memori mulai kembali, libatkan pasien dalam aktivitas yg dapat memberikan penambahan stimulasi Dorong pasien untuk mendiskusikan situasi 2 stres & utk menggali perasaan 2 yang berhubungan dengan waktu itu Identifikasi konflik spesifik yg ttp blm terpecahkan & bantu pasien utk mengidentifikasi solusi 2 yg mungkin Berikan instruksi berkenaan dg cara lbh adaptif utk berespon thd stres, shg prilaku disosiatif tdk diperlukan lg

Keperawatan Gangguan Identitas Pribadi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kembangkan hubungan saling percaya

Keperawatan Gangguan Identitas Pribadi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kembangkan hubungan saling percaya dengan pribadi yang asli dg setiap sub-kepribadiannya Bantu pasien mengerti keberadaan subkepribadiannya Bantu pasien mengidentifikasi kebutuhan dr tiap sub kepribadiannya Bantu pasien mengidebtifikasi situasi stres yg mencetuskan transisi dr satu kepribadian ke kepribadlainya Gunakan intervensi keperawatan yg sesuai thd prilaku mal adaptifnya Berikan dukungan selama penyingkapan pengalaman 2 yg menyakitkan & tenangkan pasien

Terimakasih. . . . .

Terimakasih. . . . .