Disfungsi dan gangguan Seksual dan Terapinya PERTEMUAN 4

  • Slides: 77
Download presentation
Disfungsi dan gangguan Seksual dan Terapinya PERTEMUAN - 4 YULI ASMI ROZALI, M. PSI

Disfungsi dan gangguan Seksual dan Terapinya PERTEMUAN - 4 YULI ASMI ROZALI, M. PSI FAKULTAS PSIKOLOGI

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN • Mengenali dan menguraikan macam-macam disfungsi seksual • Mengenali dan

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN • Mengenali dan menguraikan macam-macam disfungsi seksual • Mengenali dan menguraikan macam-macam gangguan seksual • Mengenali dan menganalisa dampak serta terapi dalam menghadapi disfungsi dan gangguan seksual

Parafilia yang Tidak Tergolongkan • • Skatologia Telepon Nekrofilia Parsialisme Zoofilia Koprofilia dan Klismafilia

Parafilia yang Tidak Tergolongkan • • Skatologia Telepon Nekrofilia Parsialisme Zoofilia Koprofilia dan Klismafilia Urofilia Masturbasi 3

Klasifikasi I. Gangguan Identitas Jenis (Gender Identity Disorders) Ditandai oleh perasaan tidak senang (discomfort)

Klasifikasi I. Gangguan Identitas Jenis (Gender Identity Disorders) Ditandai oleh perasaan tidak senang (discomfort) dan tidak sesuai terhadap alat jenis kelaminnya, dan perilaku menetap yg mirip dg perilaku lawan jenisnya Contoh : – Transseksualisme (302. 5 X) – GIJ masa anak (302. 60) – GIJ tidak khas (302. 85)

II. Parafilia. • Ditandai oleh adanya kegairahan seksual terhadap benda (objek) atau situasi seksual

II. Parafilia. • Ditandai oleh adanya kegairahan seksual terhadap benda (objek) atau situasi seksual yg tidak merupakan bagian dari pola aktifitas rangsang seksual yg lazim dan yg dlm pelbagai taraf dapat menghambat kemampuan untuk aktivitas seksual mesra secara terbalik

Parafilia… • Contoh : – Zoofilia (bestialitas – 302. 10) – Pedophilia (302. 20)

Parafilia… • Contoh : – Zoofilia (bestialitas – 302. 10) – Pedophilia (302. 20) – Transvestisme (302. 30) – Exhibitionism (302. 40) – Fetishism (302. 81) – Voyeurism (302. 82) – Masochism seksual (302. 83) – Sadism seksual (302. 84) – Parafilia tidak khas (302. 90)

III. Disfungsi Psikoseksual • Ditandai oleh hambatan dlm selera seksual atau perubahan psikofisiologik yg

III. Disfungsi Psikoseksual • Ditandai oleh hambatan dlm selera seksual atau perubahan psikofisiologik yg khas dari siklus respons seksual. Contoh : – Hambatan selera seksual (302. 71) – Hambatan gairah seksual (302. 72) – Hambatan orgasme wanita (302. 73) – Hambatan orgasme pria (302. 74) – Ejakulasi prematur (302. 75) – Dispareunia fungsional (302. 76) – Vaginismus fungsional (306. 51) – Disfungsi psikoseksual tidak khas (302. 70)

IV. Gangguan Psikoseksual Lainnya • Homoseksualitas yang ego distonik (302. 00) • Gangguan psikoseksual

IV. Gangguan Psikoseksual Lainnya • Homoseksualitas yang ego distonik (302. 00) • Gangguan psikoseksual yang tidak di klasifikasikan di tempat lain (302. 89)

Gangguan Identitas Jenis • Gambaran Utama. Ketidak sesuaian antara alat kelamindengan identitas jenis (gender

Gangguan Identitas Jenis • Gambaran Utama. Ketidak sesuaian antara alat kelamindengan identitas jenis (gender identity) • Identitas Jenis : – Perasaan seseorang tergolong dalam jenis kelamin tertentu – Kesadaran bahwa dirinya adalah pria atau wanita – Suatu penghayatan pribadi dari peran jenis (gender rule) • Peran jenis – Pernyataan terhadap masy dari identitas jenisnya – Segala sesuatu yg dilakkan atau dikatakan oleh seseorang termasuk gairah seksual untuk menyatakan pada orang lain atau diri sendiri sampai berapa jauhnya dirinya itu pria atau wanita

Transeksualisme (302. 5 X) • Terdiri dari 4 subtipe, sesuai dgn yg paling dominan

Transeksualisme (302. 5 X) • Terdiri dari 4 subtipe, sesuai dgn yg paling dominan dalam riwayat seksual sebelumnya, dan diberi kode pada angka ke lima yaitu : 1. Aseksual Individu mengatakan tidak pernah berhasrat dan bergairah seksual yg kuat. Kadang-kadang ada sedikit atau tidak ada sama sekali aktivitas seksual, atau perasaan menyenangkan yg didapat dari alat kelaminnya

4 sub… 2. Homoseksual Didapat kecenderungan homoseksual yg predominan sebelum timbul keadaan transeksualisme meskipun

4 sub… 2. Homoseksual Didapat kecenderungan homoseksual yg predominan sebelum timbul keadaan transeksualisme meskipun seringkali individu itu menyangkal bahwa perilaku seks bersifat homoseksual karena ia yakin bahwa dirinya ‘sebenarnya’ adalah lawan jenisnya 3. Heteroseksual Individu itu menyatakan pernah mempunyai kehidupan heteroseksual yg aktif sebelumnya 4. Yang tidak ditentukan

Usia Timbul • Dalam masa anak-anak sudah mempunyai masalah identitas jenis, meskipun demikian, beberapa

Usia Timbul • Dalam masa anak-anak sudah mempunyai masalah identitas jenis, meskipun demikian, beberapa diantaranya mengatakan bahwa hal itu hanya dikeahui oleh mereka sendiri dan tidak nyata di mata keluarga ata kawan mereka. Untuk subtipe aseksual atau homoseksual, biasanya sindrom lengkap timbul pada akhir masa remaja atau usia dewasa muda. Untuk subtipe ‘heteroseksual’ gangguan ini dapat timbul dalam usia lebih tua

Diagnosis Differensial • Laki-laki homoseksual yg bersifat kewanitaan • Keadaan interseks biologik • Schizophrenia

Diagnosis Differensial • Laki-laki homoseksual yg bersifat kewanitaan • Keadaan interseks biologik • Schizophrenia • Transvestisme

Kriteria Diagnostik A. Terdapat perasaan tidak senang dan tidak sesuai terhadap alat kelamin B.

Kriteria Diagnostik A. Terdapat perasaan tidak senang dan tidak sesuai terhadap alat kelamin B. Keinginan untuk menghilangkan alat kelaminnya dan hidup sebagai lawan jenisnya C. Gangguan ini terjadi terus menerus (tidak terbatas dalam periode stress), selama paling sedikit 2 tahun D. Tidak ada keadaan interseks biologik (fisik) atau abnormalitas genetik E. Tidak di sebabkan oleh gangguan mental lain seperti Schizophrenia

Gangguan Identitas Jenis Masa Anak (302. 60) • Diagnosa differensial: – Anak-anak dg perilaku

Gangguan Identitas Jenis Masa Anak (302. 60) • Diagnosa differensial: – Anak-anak dg perilaku yang tidak sesuai dg jenis kelamin mereka menurut norma -norma kebudayaan. – Abnormalitas alat kelamin • Contoh : Anak perempuan tomboy

Kriteria Diagnosa Anak Wanita • Keinginan yg kuat dan menetap untuk menjadi anak laki-laki

Kriteria Diagnosa Anak Wanita • Keinginan yg kuat dan menetap untuk menjadi anak laki-laki atau bersikeras menyatakan bahwa dirinya seorang anak laki-laki, bukan semata-mata berkeinginan untuk menjadi anak laki-laki, karena secara kebudayaan menjadi laki-laki lebih menguntungkan.

 • Penolakan yg menetap akan struktur anatomik yg bermanifestasi secara berulang oleh paling

• Penolakan yg menetap akan struktur anatomik yg bermanifestasi secara berulang oleh paling sedikit satu dari pernyataan berikut ini : 1. Bahwa dirinya akan tumbuh menjadi laki (bukan hanya dalam peranan laki-laki saja) 2. Bahwa secara biologik ia tidak bisa hamil 3. Bahwa ia tidak mempunyai vagina 4. Bahwa pada dirinya tidak akan berkembang payudara 5. Bahwa pada dirinya telah ada atau akan tumbuh penis

Kriteria Diagnosis untuk Pria • Keinginan yg kuat dan menetap untuk menjadi anak wanita

Kriteria Diagnosis untuk Pria • Keinginan yg kuat dan menetap untuk menjadi anak wanita atau bersikeras bahwa dirinya seorang anak wanita. Terdapat salah satu dari yg berikut ini : 1. Penolakan yg menetap akan struktur anatomik pria, yg bermanifestasi secara berulang oleh paling sedikit satu dari pernyataan berikut ini a. Bahwa dirinya akan tumbuh menjadi wanita (bukan hanya peranan wanita saja) b. Bahwa penis dan testisnya menjijikan atau akan menghilang c. Bahwa lebih baik bila tidak mempunyai penis atau testis sama sekali.

Kriteria/…. . 2. Terdapat preokupasi dengan aktivitas stereotipik wanita, yg dimanifestasikan oleh kesenangan untuk

Kriteria/…. . 2. Terdapat preokupasi dengan aktivitas stereotipik wanita, yg dimanifestasikan oleh kesenangan untuk memakai baju wanita atau meniru pakaian wanitaatau keinginan yg kuat ikut dalam permainan anak wanita. Usia timbul gangguan ini sebelum masa pubertas Gangguan Identitas Jenis Tidak Khas (kategori sisa). ( 302. 85)

Parafilia = deviasi seksual (terjadi penyimpangan tdk menyukai lawan jenisnya)

Parafilia = deviasi seksual (terjadi penyimpangan tdk menyukai lawan jenisnya)

Gambaran utama • Perlu khayalan/perbuatan tak lazim/aneh untuk mendapatkan gairah seksual. Khayalan perbuatan itu

Gambaran utama • Perlu khayalan/perbuatan tak lazim/aneh untuk mendapatkan gairah seksual. Khayalan perbuatan itu cenderung berulang secara involunter (tidak bisa dikuasai lagi) dan bersifat mendesak dan meliputi hal – hal : – Lebih menyukai/memilih benda (bukan manusia untuk menimbulkan kegairahan seksual – Aktivitas seksual dengan manusia secara berulang yg mencakup penderitaan/penghinaan, baik yg dibuat-buat (simulasi) maupun yg sungguh, atau – Aktivitas seksual berulang dengan pasangan yang tidak menghendaki atau menginginkannya. khayalan parafilia dapat membahayakan diri pasangannya (misalnya dalam keadaan sadisme seksual berat) atau dirinya sendiri (masokisme seksual berat)

 • Karena dari beberapa ggn in berkaitan dg pasangannya yg tidak menghendaki/menginginkan hal

• Karena dari beberapa ggn in berkaitan dg pasangannya yg tidak menghendaki/menginginkan hal itu, maka keadaan itu sering berkaitan dengan aspek hukum dan masyarakat • Parafilia dapat terjadi secara berganda atau bersamaan dengan gangguan jiwa lainnya, seperti schizophrenia atau pelbagai jenis gangguan keperibadian perlu dibuat diagnosa ganda

Zoofilia (Bestialitas 302. 10) • Zoofilia ini tidak untuk orang yg di padang gurun/medan

Zoofilia (Bestialitas 302. 10) • Zoofilia ini tidak untuk orang yg di padang gurun/medan perang, terpaksa melakukan zoofilia karena tidak memungkinkan adanya wanita misalnya. • Aktivitas dapat berupa persetubuhan atau binatang itu diajar untuk menjilat/menggosok alat kelamin parafiliak. Seringkali binatang itu sudah lama tinggal bersama penderita

Zoofilia … • Diagnosis differensial Aktivitas seksual patologik dengan binatang • Kriteria diagnosis terdapat

Zoofilia … • Diagnosis differensial Aktivitas seksual patologik dengan binatang • Kriteria diagnosis terdapat perbuatan/fantasi mengadakan aktivitas seksual dengan hewan yg berulang kali, lebih disukai sebagai satunya cara untuk menimbulkan gairah seksual

Pedofilia (Child Abuse 302. 20) • Paling banyak adalah seksual abuse, disamping fisical abuse.

Pedofilia (Child Abuse 302. 20) • Paling banyak adalah seksual abuse, disamping fisical abuse. • Umumnya terjadi pada orang-orang lemah, impoten, imatur dan sering pada orang dengan retardasi mental atau orang tua yang terisolasi.

Pedofilia… • Diagnosis differensial – Retardasi mental – Sindrom kepribadian organik – Intoksikasi alkohol

Pedofilia… • Diagnosis differensial – Retardasi mental – Sindrom kepribadian organik – Intoksikasi alkohol – Schizophrenia – Ekshibisionisme – Sadisme seksual

Kriteria diagnosis A. Perbuatan/fantasi untuk melakukan aktivitas seksual dengan anak prapubertas yg berulang kali,

Kriteria diagnosis A. Perbuatan/fantasi untuk melakukan aktivitas seksual dengan anak prapubertas yg berulang kali, lebih disukai sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan gairah seksual. B. Pada individu dewasa dimana beda usia dengan anak paling sedikit 10 tahun. Pada individu akhir masa remaja tidak diperlukan dengan tepat beda usia tetapi maturitas seksual anak itu dan beda usia ditentukan berdasarkan pertimbangan klinis.

Transvestisme (302. 20) • Lebih sering terjadi pada pria, dan ibu penderita sebetulnya menginginkan

Transvestisme (302. 20) • Lebih sering terjadi pada pria, dan ibu penderita sebetulnya menginginkan seorang anak wanita sehingga merawat/membesarkan penderita sebagai seorang wanita • Transvestisme tidak boleh disamakan dengan homoseksual oleh karena orientasinya tetap hubungan heteroseksual dan pergaulan sosialnya juga dengan jenis kelamin berlawanan. Mereka seringkali dapat menikah • Biasa mulai pd usia 5 -14 thn bersamaan dengan pemakaian pakaian wanita dan pemuasan seksual melalui masturbasi. Perilaku ini diperkuat bila perkembangan heteroseksual dihalangi oleh sikap keluarga yang pasif menentang atau norma-norma sosial yg tak dapat diatasinya.

Trans… • Kriteria diagnosis: – Transseksualisme – Pemakaian pakaian lawan jenis untuk menghilangkan ketegangan/perasaan

Trans… • Kriteria diagnosis: – Transseksualisme – Pemakaian pakaian lawan jenis untuk menghilangkan ketegangan/perasaan tak senang tentang identitas jenis – Female impersonators – Pria homoseksual – Fetihisme

Diagnosis Differensial A. Pemakaian pakaian wanita secara berulang dan menetap oleh pria heteroseksual B.

Diagnosis Differensial A. Pemakaian pakaian wanita secara berulang dan menetap oleh pria heteroseksual B. Tujuan pemakaian wanita yaitu untuk mendapatkan kegairahan seksual, setidak -tidaknya pada awal gangguan ini C. Timbul frustasi yg mendalam apabila terjadi halangan dalam upayanya memakai pakaian wanita D. Tidak memenuhi kriteria untuk transeksualisme

Ekshibisionisme (302. 40) • Salah satu jenis parafilia yg paling sering • Penderita biasanya

Ekshibisionisme (302. 40) • Salah satu jenis parafilia yg paling sering • Penderita biasanya putra dari seorang ibu yg dominan, agresif, menyesalkan peranan wanitanya dan menjalankan hidupnya melalui anak-anaknya terutama putra-putrinya. Sang ayah merupakan seorang yg lemah, kurang efektif dan sedikit pengaruhnya terhadap perkembangan emosional penderita. Hal ini menyebabkan penderita mengidentifikasikan dirinya kepada ibunya timbul keinginan incest tetapi hal ini disadari terlarang mekanisme pertahanan tak sadar yg bersifat kompulsif dg memperlihatkan alat kelamin untuk meyakinkan dirinya terhadap bahayakastrasi. • Keadaan ini sering bercampur dengan pedofilia, voyeurisme dan homoseksual

Ekshibisionisme… Diagnosis Differensial • Perilaku memperlihatkan alat kelamin secara berulang tanpa menghayati rangsang seksual

Ekshibisionisme… Diagnosis Differensial • Perilaku memperlihatkan alat kelamin secara berulang tanpa menghayati rangsang seksual pada penderita ggn jiwa lain. • Pada pedofilik dpt terjadi perilaku memperlihatkan alat kelamin sebagai tindakan permulaan untuk melakukan aktivitas seksual dg anak

Kriteria Diagnosis • Perilaku berulang dg mempertunjukkan alat kelaminnya secara tak terduga kepada org

Kriteria Diagnosis • Perilaku berulang dg mempertunjukkan alat kelaminnya secara tak terduga kepada org yg tak dikenal, dg tujuan untuk mendapat kegairahan seksual tanpa upaya lanjut untuk mengadakan aktivitas seksual dg org yg tak dikenalnya itu

Fetihisme (302. 81) • Khusus terdapat pd pria • Benda-benda fetish mempunya nilai genital

Fetihisme (302. 81) • Khusus terdapat pd pria • Benda-benda fetish mempunya nilai genital dan bertujuan untuk mengakal perbedaan anatomi dari pria dan wanita • Fetihisme biasanya dianggap sebagai subtitusi adanya dorongan genital terhadap rasa takut akan kastrasi • Beberapa psikoanalisa menganggap fetihisme sebagai usaha untuk mendapatkan identifikasi ego melalui kontak dg benda pengganti yg memberi kepuasan • Pada anak-anak yg tdk bisa dipisahkan dari boneka, selimut, sarung bantal, dll dpt dianggap sbg usaha pemuasan pada saat tak ada ibu. Sehingga benda fetis dapat dianggap pemuasan keinginan pregenital

Diagnosis Differensial • Eksperimen seksual yg tidak patologik • Transvestisme

Diagnosis Differensial • Eksperimen seksual yg tidak patologik • Transvestisme

Kriteria Diagnosis • Penggunaan benda (fetish) yg berulangkali lebih disukai sebagai satunya cara untuk

Kriteria Diagnosis • Penggunaan benda (fetish) yg berulangkali lebih disukai sebagai satunya cara untuk mendapatkan kegairahan seksual. • Benda fetish yg digunakan tdk terbatas pada perangkat pakaian wanita yg biasa diapakai pada transvestisme atau pada alat khusus untuk merangsang gairah seksual (seperti vibrator)

Voyuerisme (302. 82) • Penderita voyeurisme sering mempuyai perasaan takut utuk melihat langsung dan

Voyuerisme (302. 82) • Penderita voyeurisme sering mempuyai perasaan takut utuk melihat langsung dan tak dapat menerima pandangan/tatapan orang lain. • Pada masa kecil penderita sering melihat ibunya telanjang. Ia tak berani mengadakan hubungan seks oleh karena bayangan ketakutan akan persatuan dengan ibunya • Penderita biasanya melakukan masturbasi pada waktu mengintip dan sering menikmati fantasi agresif dan tindakan pembun uhan terhadap wanita.

Diagnosis Differensial • Perilaku yg berulang dg cara melihat/mengintip orang lain telanjang, membuka pakaian

Diagnosis Differensial • Perilaku yg berulang dg cara melihat/mengintip orang lain telanjang, membuka pakaian atau melakukan aktivitas seksual tanpa sepengetahuan mereka, dan tidak ada usaha lanjut untuk melakukan aktivitas seksual dg orang yg dilihat/diintipnya itu. • Perilaku melihat/mengintip itu adalah cara yang berulang kali lebig disukai atau satusaunya cara untuk mendapatkan kegairahan seksual.

Masochism Sexual (302. 83) • Berasal dari nama org yaitu Sacher Masoch yg juga

Masochism Sexual (302. 83) • Berasal dari nama org yaitu Sacher Masoch yg juga merupakan seorang masokhis • Masokisme mungkin berasal dari proses identifikasi seorang anak pada seseorang yg sedang dihukum dan pada saat bersamaan mengalami kenikmatan / kegairahan seksual ketika rasa nyeri diberikan oleh seorang yg dicintai. Misalnya seorang anak menyenangi pukulan seorang saudara saingannya. Dengan menderita, seorang melatih kepuasan (power) dg menyebabkan rasa bersalah pada objek yg cinta yg diingini, yg memberikan kepuasan seksual • Fantasi yg bersifat masokistik • Ciri kepribadian masokistik

Kriteria Diagnostik Salah satu dari kedua hal berikut • Bahwa caa yg lebih disukai

Kriteria Diagnostik Salah satu dari kedua hal berikut • Bahwa caa yg lebih disukai atau satu-satunya untuk mendapatkan kegairahan seksual yaitu dg cara dihina, diikat, dipukul atau penderitaan lainnya. • Individu itu dengan sengaja turut dalam aktivitas dimana ia mendapat penderitaan atau rudapaksa jasmani atau kehidupannya terancam demi tercapainya kegairahan seks.

Sadism Sexual (302. 84) • Tulisan otobiografi Marquis De Sade pertamakali menggambarkan hubungan antara

Sadism Sexual (302. 84) • Tulisan otobiografi Marquis De Sade pertamakali menggambarkan hubungan antara seksualitas dengan kekeasan • Mula-mula penderita sering berfantasi + masturbasi melakukan tindak kekerasan + penghinaan terhadap objek tertentu timbul kegairahan seksual • Kraff – Ebing (1882): memandang sadisme sebagai suatu keinginan untuk menaklukan orang lain, dengan kekuasaan sebagai tenaga motivasinya • Para psikoanalisa memandang sadisme sebagai pelampiasan (acting out) keinginan-keinginan terhadap korban yg telah ditransfernya dg perasaan ambivalen tentang seksualitas

 • Terhadap pasangan yg tidak menginginkan hal itu, individu telah secara berulang kali

• Terhadap pasangan yg tidak menginginkan hal itu, individu telah secara berulang kali dan dengan sengaja menimbulkan penderitaan psikologi/fisik agar timbul kegairahan seksual. Dengan pasangan yg memang menginginkan hal itu, cara yg berulang kali telah disukai atau satu-satunya cara untuk mendapat kegairahan seksual adalah dengan melakukan kombinasi penghinaan dengan penderitaan yg dibuat-buat, atau penderitaan fisik dengan cedera ringan. Terhadap pasangan yg menginginkan hal itu menimbulkan cedera fisik berat, luas, permanen, atau bahkan dapat berakhir dengan kematian agar tercapainya kegairahan seksual.

Parafillia tidak Khas (302. 20) • • Koprofilia (feces) Fronturisme (menggosok) Klismafilia (enema) Misofilia

Parafillia tidak Khas (302. 20) • • Koprofilia (feces) Fronturisme (menggosok) Klismafilia (enema) Misofilia (kotoran) Nekrofilia (mayat) Urofilia (urin) Skatologia (bicara kotor melalui telepon)

Disfungsi Psikoseksual Gambaran Utama • Terdapat hambatan (inhibisi) pada selera (appetitive) atau perubahan patofisiologik

Disfungsi Psikoseksual Gambaran Utama • Terdapat hambatan (inhibisi) pada selera (appetitive) atau perubahan patofisiologik yg merupakan ciri khas dari siklus respon seksual yg lengkap. • Siklus ini terdiri dari 4 fase: – Selera (Appetitive) – Gairah (Excitement) – Orgasme – Resolusi

Selera (Appetitive) • FANTASI TENTANG AKTIVITAS SEKS dan KEINGINAN untuk MELAKUKAN AKTIVITAS SEKS

Selera (Appetitive) • FANTASI TENTANG AKTIVITAS SEKS dan KEINGINAN untuk MELAKUKAN AKTIVITAS SEKS

Gairah (Excitement) • Perasaan senang seks secara subjektif. Dan perubahan-perubahan fisiologik yg menyertainya •

Gairah (Excitement) • Perasaan senang seks secara subjektif. Dan perubahan-perubahan fisiologik yg menyertainya • Pada Pria – Pembesaran penis ereksi – Sekresi kelenjar Cowper • Pada Wanita – Vasokongesti menyeluruh dalam pelvis dengan pelumas vagina dan pembengkakan genetalia luar. – Perkembangan ‘platform’ organik yg berupa penyempitan 1/3 dinding luar vagina oleh karena ketegangan otot pubokoksingeal dan vasokongesti; vasokongesti labia minor; pembengkakan buah dada, perpanjangan + pelebaran 2/3 dinding dalam vagina

Orgasme • Pemuncakan kepuasan seks dengan pelepasan ketegangan seks dan kontraksi ritmik otot-otot perineum

Orgasme • Pemuncakan kepuasan seks dengan pelepasan ketegangan seks dan kontraksi ritmik otot-otot perineum dan alat-alat reproduksi dalam pelvis. Pada pria terjadi perasaan ejakulasi yg tidak dapat ditahan lagi dan diikuti oleh pengeluaran air mani (kontraksi prostat, vesikula seminal, uretera). Pada wanita kontraksi 1/3 dinding luar vagina. Baik pria dan wanita sering terjadi kontraksi otot menyeluruh seperti gerakan involunter pelvis ke depan

Resolusi • Relaksasi dan rasa puas yg menyeluruh serta relaksasi otot. Selama fase ini

Resolusi • Relaksasi dan rasa puas yg menyeluruh serta relaksasi otot. Selama fase ini pria secara fisiologik tak dapat (refraktor) ereksi dan orgasme untuk suatu periode tertentu. Sebaliknya wanita dapat hampir segera menanggapi stimulasi tambahan. Hambatan dapat timbul pada satu atau lebih fase, meskipun hambatan pada fase resolusi jarang bermakna secara klinis

 • Disfungsi dapat bersifat menetap seumur hidup, atau didapat imbangan sesudah suatu periode

• Disfungsi dapat bersifat menetap seumur hidup, atau didapat imbangan sesudah suatu periode berfungsi (sementara), menyeluruh atau situasional terbatas pada situasi (pasangan tertentu), dan total, atau sebagian derajat (frekuensi gangguan itu). Pada beberapa kasus perlu ditelaah apakah disfungsi timbul juga sewaktu masturbasi.

Gambaran Penyerta • Depresi, cemas, rasa salah, malu, frustasi dan keluhan somatik • Ketakutan

Gambaran Penyerta • Depresi, cemas, rasa salah, malu, frustasi dan keluhan somatik • Ketakutan gagal dan sensitivitas luar biasa terhadap reaksi pasangannya

Usia Timbul • Paling sering dalam usia dewasa muda (awal 30 -an dan akhir

Usia Timbul • Paling sering dalam usia dewasa muda (awal 30 -an dan akhir 20 -an) • Untuk ejakulasi prematur perjumpaan seksual pertama kali • Usia dewasa lanjut hambatan gairah seksual pada pria Komplikasi • Gangguan dlm hubungan perkawinan atau seksual

Faktor Predisposisi • Pada wanitas ciri kepribadian histrionik hambatan gairah seks dan hambatan orgasme

Faktor Predisposisi • Pada wanitas ciri kepribadian histrionik hambatan gairah seks dan hambatan orgasme • Pada prias ciri kepribadian kompulsif hambatan selera dan gairah seks • Kecemasan ejakulasi prematur • Sikap negatif terhadap seksualitas akibat pengalaman tertentu, konflik internal, berpegang teguh kepada nilai-nilai budaya tertentu yg kaku

Prevalensi • Sering ditemukan khususnya dalm bentuk ringan – Hambatan selera seks + orgasme

Prevalensi • Sering ditemukan khususnya dalm bentuk ringan – Hambatan selera seks + orgasme pada wanita lebih banyak daripada pria – Dispareunia fungsional pada wanita lebih banyak daripada pria

Diagnostik Defferensial • Depresi berat • Gangguan kepribadian • Gejala sementara akibat robekan selaput

Diagnostik Defferensial • Depresi berat • Gangguan kepribadian • Gejala sementara akibat robekan selaput dara hambatan gairah seks • Keadaan sementara dari kegagalan ereksi penis oleh karena kelelahan, kecemasan, alkohol dan obat-obatan • Problem perkawinan atau problem hubungan interpersonal lainnya • Keadaan dengan stimulus seks tidak adekuat, baik dalam fokus, intensitas atau lamanya stimulus

Hambatan Selera Seksual (Inhibited Sexual Desire – 302. 71) Kriteria Diagnosis • Terapat hambatan

Hambatan Selera Seksual (Inhibited Sexual Desire – 302. 71) Kriteria Diagnosis • Terapat hambatan selera seks yg enetap serta meresap (pervasif). (perhitungan faktor: umur, jenis kelamin, kesehatan, intensitas dan frekwensi selera seks, konteks kehidupan individu) • Faktor organis tidak ada • Gangguan jiwa lain pada axis I tidak ada

Hambatan Gairah Seksual (Inhibited Sexual Excitement – 302. 72) • Termasuk frigiditas dan impotensi

Hambatan Gairah Seksual (Inhibited Sexual Excitement – 302. 72) • Termasuk frigiditas dan impotensi psikogenik (karena faktor psikologis bukan karena faktor fisik)

Kriteria Diagnosis A. Hambatan yg berulang dan menetap dari gairah selama aktivitas seks yang

Kriteria Diagnosis A. Hambatan yg berulang dan menetap dari gairah selama aktivitas seks yang bermanifestasi sebagai berikut : 1. Pada pria terdapat kegagalan sebagian/menyeluruh untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai akhir aktivitasseks, atau 2. Pada wanita terdapat kegagalan sebagian/menyeluruh untuk mencapai atau mempertahankan respon pelumasan dan pembengkakan alat kelamin yg merupakan respon gairah seks sehingga akhir dari aktivitas seks

Kriteria… B. Penilaian klinik bahwa individu itu melakukan aktivitas seks yg cukup adekuat dalam

Kriteria… B. Penilaian klinik bahwa individu itu melakukan aktivitas seks yg cukup adekuat dalam fokus, intensitas dan lamanya C. Faktor organik tidak ada • Gangguan jiwa lain pada aksis I tidak ada

Hambatan Orgasme Wanita (inhibited orgasme 302. 73) • Hambatan orgasme pada wanita yg berulang

Hambatan Orgasme Wanita (inhibited orgasme 302. 73) • Hambatan orgasme pada wanita yg berulang dan menetap serta bermanifestasi sebagai keterlambatan atau tiodak terjadinya orgasme setelah terjadi fase gairah yg cukup kuat dalam fokus, intensitas dan lamanya individu itu mungkin pula memenuhi kriteria hambatan gairah seks. Apabila pada saat-saat lain terdapat masalah selama fase gairah dari aktivitas seks. Dalam hal demikian kedua kategori diagnosa disfungsi psikoseksual harus dicatat • Faktor organik dan gangguan jiwa lain pada aksis I tidak ada

Hambatan Orgasme Pria (inhibited Male Orgasme 302. 74) Kriteria diagnosis • Sama dengan wanita

Hambatan Orgasme Pria (inhibited Male Orgasme 302. 74) Kriteria diagnosis • Sama dengan wanita kecuali kata orgasme diganti dengan ejakulasi

Ejakuasi Prematur 1. Ejakulasi yg terjadi sebelum individu itu menghendaki karena secara berulang dan

Ejakuasi Prematur 1. Ejakulasi yg terjadi sebelum individu itu menghendaki karena secara berulang dan menetap tidak ada pengendalian volunter yg wajar terhadap ejakulasi dan orgasme selama aktivitas seks (pertimbangan faktor umur, ciri pasangan seks, frekwensi serta lamanya senggama) 2. Gangguan jiwa pada aksis I tidak ada

Dispareunia Fungsional (302. 76) Kriteria Diagnosis A. Rasa nyeri berulang dan menetap pada alat

Dispareunia Fungsional (302. 76) Kriteria Diagnosis A. Rasa nyeri berulang dan menetap pada alat kelamin pada waktu senggama baik pada wanita maupun wanita B. Gangguan fisik/kurang pelumasan dalam vagina/vaginismus fungsional/gangguan jiwa lain pada aksis I tidak ada

Vaginismus Fungsional • Dikategorikan sebagai faktor psikologik yg mempengaruhi kondisi fisik Kriteria diagnostik A.

Vaginismus Fungsional • Dikategorikan sebagai faktor psikologik yg mempengaruhi kondisi fisik Kriteria diagnostik A. Terdapat riwayat yg berulang dan menetap dari spasme involunter otot 1/3 bagian luarvagina sehingga menghalangi senggama B. Gagguan fisik/jiwa lain pada aksis I tidak ada

Disfungsi Psikoseksual Tidak Khas (302. 70) kategori sisa • Terapi disfungsi seksual: bila ada

Disfungsi Psikoseksual Tidak Khas (302. 70) kategori sisa • Terapi disfungsi seksual: bila ada cemas/depresi beri antisiolotik/anti depresan – Konseling pernikahan – Psikoterapi individual untuk pasien dengan kepribadian neurotik – Terapi tingkah laku : sex therapy – Master dan Johnson • Prognosis : baik bila mempunyai fungsi seksual yg adekuat sebelumnya

Homoseksualitas yg ego-distonik (302. 00) • Termasuk lesbianisme yg ego-distonik • Homoseksualitas: rasa tertarik

Homoseksualitas yg ego-distonik (302. 00) • Termasuk lesbianisme yg ego-distonik • Homoseksualitas: rasa tertarik secara perasaan (kasih sayang, hubungan emosional) dan atau secara erotik, baik secara predominan (lebih menonjol) maupun eksklusif (semata-mata) terhadap orang-orang yg berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa hubungan fisik (jasmaniah)

Kinsley dkk (1948 -1953) • Homoseksualitas dan heteroseksualitas adalah suatu kontinum dengan pelbagai gradasi

Kinsley dkk (1948 -1953) • Homoseksualitas dan heteroseksualitas adalah suatu kontinum dengan pelbagai gradasi kelabu diantaranya ada 7 gradasi:

7 Gradasi (Kinsley) 1. Heterosexual exclusive (semata-mata) 2. Heteroseks predominan (lebih menonjol), homoseks. Hanya

7 Gradasi (Kinsley) 1. Heterosexual exclusive (semata-mata) 2. Heteroseks predominan (lebih menonjol), homoseks. Hanya kadang-kadang (gradasi sedikit saja) 3. Heteroseks predominan, homoseks lebih sering (gradasi lebih banyak) 4. Heteroseks dan homoseks kurang lebih sama banyak/gradasinya 5. Homoseks predominan, heteroseks lebih sering (gradasi lebih banyak) 6. Homoseks predominan, heteroseks hanya kadang (gradasi sedikit saja) 7 – 13% 7. Homoseks eksklusif (semata-mata) 2 – 4% • Epidemiologi : homoseks terdapat pada hampir semua bentuk budaya dan lapisan masyarakat sepanjang sejarah

Etiologi Hasil penelitian masih kontroversial • Bell, Weinberg, Hammersmith (1981) + Kallman (1952). Kondisi

Etiologi Hasil penelitian masih kontroversial • Bell, Weinberg, Hammersmith (1981) + Kallman (1952). Kondisi konstitusionalyg berdasarkan bawaan biologik converdance rate 100% diantara anak kembar monozigot homoseks • Pengaruh peran orang tua (ayah lemah/absen, ibu dominan) • Bujukan orang dewasa homoseks terhadap remaja. Pendapat sekarang homoseks bukan suatu gangguan atau penyakit jiwa • 1973 – APA (American Psychiatric Association) • 1975 – American Psychology Association • 1982 – Depkes RI

Alasan • Psikopatologi kalangan homoseks setara heteroseks (Saabter 1970, Bell + Weinberg 1978) •

Alasan • Psikopatologi kalangan homoseks setara heteroseks (Saabter 1970, Bell + Weinberg 1978) • Hopmoseks mampu mencapai taraf pendidikan, pekerjaan dan ekonomi yg setara heteroseks (Saghir, dkk 1970) • Homoseks dapat berfungsi secara efektif dalam bidang seksual, sosial maupun pekerjaan (Bell + Weinberg) • Test psikologik (Rorschach, MMPI, dll) homo dan heteroseks tak ada perbedaan berarti • Sikap tak manusiawi/tak toleran/fobik terhadap homoseks sumber tekanan mental bagi kalangan homoseks

Gambaran Utama • Keinginan untuk mendapatkan/menambah kegairahan heteroseks, agar hubungan heteroseks dpt terbentuk atau

Gambaran Utama • Keinginan untuk mendapatkan/menambah kegairahan heteroseks, agar hubungan heteroseks dpt terbentuk atau dipertahankan dan yg pola kegairahan homoseksnya yang nyata (overt) dengan jelas dinyatakan oleh individu itu sebagai sesuatu yg tidak diinginkan dan merupakan sumber penderitaan bagi dirinya

Dampak Perasaan kesepian (sering), rasa bersalah, malu, cemas dan depresi

Dampak Perasaan kesepian (sering), rasa bersalah, malu, cemas dan depresi

Proses • Banyak individu dg gangguan ini akhirnya melepaskan keinginan untuk menjadi heteroseks dan

Proses • Banyak individu dg gangguan ini akhirnya melepaskan keinginan untuk menjadi heteroseks dan akhirnya menerima diri mereka sebagai homoseks (perlu sikap suportif dan pengertian terhadap homoseks) • Perubahan ke heteroseks pada homoseks eksklusif jarang sekali walaupun dengan terapi

 • Hendaya : Hendaya ringan dalam fungsi sosial Komplikasi : depresi neurotik •

• Hendaya : Hendaya ringan dalam fungsi sosial Komplikasi : depresi neurotik • Faktor predisposisi : Pandangan negatif masyarakat terhadap homoseks yg telah di internalisasi oleh

Diagnosis Banding • Homoseks yg ego sintonik • Hambatan hasrat seksual (302. 71) •

Diagnosis Banding • Homoseks yg ego sintonik • Hambatan hasrat seksual (302. 71) • Homoseks yg menderita depresi berat

Kriteria Diagnosis • Individu itu mengeluh secara terus menerus, kegairahan heteroseks tidak ada atau

Kriteria Diagnosis • Individu itu mengeluh secara terus menerus, kegairahan heteroseks tidak ada atau lemah, dan secara cukup bermakna menghalangi upaya dirinya untuk memulai atau mempertahankan hubungan heteroseksnya. • Terdapat pola kegairahan homoseks yg menetap dan oleh individu itu secara jelas dinyatakan bahwa hal itu tidak dikehendakinya dan merupakan suatu sumber penderitaan yg terus menerus.

Therapy Tetapkan tujuan terapi yang jelas • Obati masalah-masalah yg menyertainya (ggn afektif neurotik)

Therapy Tetapkan tujuan terapi yang jelas • Obati masalah-masalah yg menyertainya (ggn afektif neurotik) • Pertahankan kesungguhan motivasi untuk beralih ke heteroseks (tanpa paksaan) • Terapi tingkah laku Fokus pengobatan • Pengurangan ansietas heteroseks • Peningkatan respon heteroseks • Mengembangkan rasa puas pada tingkah laku heteroseks • Mengurangi minat penyimpangan seks Homoseks tidak sama dengan sexual obsession (hanya pikirannya saja