REAKSI HIPERSENSITIVITAS YY Reaksi Hipersensitivitas Hipersensitivitas adalah suatu
- Slides: 24
REAKSI HIPERSENSITIVITAS YY
Reaksi Hipersensitivitas • Hipersensitivitas adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dari respon imun tubuh. • Reaksi hipersensitif terjadi bila jumlah antigen yang masuk relatif banyak atau status imunologik seseorang meningkat.
• Coombs dan Gell membagi menjadi 4 tipe (mekanisme dan waktu): – Hipersensitivitas tipe III – Hipersensitivitas tipe IV Klasifikasi ini didasarkan pada mekanisme patologik utama yang bertanggung jawab atas kerusakan sel atau jaringan.
Reaksi Hipersensitivitas • Reaksi tipe I, II, dan III terjadi karena interaksi antara antigen dengan antibodi sehingga termasuk reaksi humoral. • Reaksi tipe IV terjadi karena interaksi antara antigen dengan reseptor yang terdapat pada permukaan limfosit T dan mengaktifkan limfosit T sehingga termasuk reaksi selular.
• Hipersensitivitas mencakup penyakit autoimun, dimana imun memberikan respon langsung melawan antigen sendiri (selfantigens), dan penyakit berupa tidak terkontrolnya atau respon berlebih terhadap antigen asing.
Autoimunitas • Autoimunitas adalah respon dari sistem imun adaptif terhadap self-antigens yang terjadi saat mekanisme self-tolerance gagal. • Autoimunitas adalah satu penyebab hipersensitivitas.
Reaksi Hipersensitivitas tipe I • Reaksi Hipersensitivitas tipe cepat atau anafilaktik. • Diperantarai Ig. E. • Nama lain: reaksi alergi. • Reaksi dapat bersifat lokal atau sistemik. • Penanganan: - menghindari penyebab alergi - anti-histamin - kortikosteroid untuk menekan sistem imun - adrenalin
Hipersensitivitas Tipe I Paparan pertama antigen Ig. E terbentuk Ig. E melekat pada mast cell - Pada paparan pertama, sebelum terbentuk Ig. E, APC akan menetralisir antigen. - Pelepasan histamin menyebabkan vasodilatasi, oedema, bronkospasma, dan urticarial rash. Paparan kedua, antigen melekat pada permukaan mast cell menyebabkan degranulasi (pelepasan histamin dan senyawa lain)
Tes diagnostik • Skin test • Kadar total Ig. E dan Ig. E spesifik terhadap alergen yang dicurigai (ELISA) Ig. E tinggi pada kondisi atopik
Manifestasi • Gangguan pada sistem pernafasan batuk kering, hidung gatal, iritasi tenggorokan, asthma • Gangguan pada sistem pencernaan • Nausea (mual), glossitis (radang pada lidah) • Gangguan pada kulit • Gatal-gatal, dermatitis (radang dan iritasi)
Hipersensitivitas Tipe I
Hipersentivitas Tipe II • Hipersensitif yang diperantarai antibodi Antibodi diproduksi untuk melawan antigen dari tubuh sendiri (Autoantibodi) • Antibodi yang berperan: Ig. M dan Ig. G.
Hipersentivitas Tipe II Mekanisme: 1. Antibodi Ig. M/Ig. G berinteraksi dengan antigen pada permukaan sel target. 2. Terbentuknya antibodi akan memicu kerusakan sel dan inflamasi.
Hipersentivitas Tipe II Contoh: • Pemfigus Ig. G bereaksi dengan senyawa intraseluler di antara sel epidermal. • Anemia hemolitik autoimun Dipicu obat-obatan seperti penisilin yang dapat menempel pada permukaan sel darah merah dan berperan seperti hapten untuk produksi antibodi kemudian berikatan dengan permukaan sel darah merah dan menyebabkan lisis sel darah merah. • Sindrom Goodpasture Ig. G bereaksi dengan membran permukaan glomerulus sehingga menyebabkan kerusakan ginjal.
Hipersentivitas Tipe II Kerusakan jaringan transplantasi - Antigen sel pada organ transplantasi dianggap asing. - Antibodi pada darah resipien bereaksi dengan antigen pada organ transplantasi yang menyebabkan aktivasi komplemen dan neutrofil.
Hipersentivitas Tipe II
Hipersensitivitas tipe III (diperantarai oleh kompleks imun) • Reaksi hipersensitivitas kompleks imun / reaksi Arthus (kelebihan antibodi) • 3 -10 jam setelah terpapar antigen • Diperantarai kompleks imun (antigen-antibodi) • Antigen eksogen (bakteri, virus, atau parasit)/endogen (SLE) • Contoh: serum sickness, SLE, reaksi Arthus, lupus nephritis, RA, dll
Hipersensitivitas tipe III Diagnosis: – Biopsi jaringan (endapan Ig dan komplemen) – Kompleks imun pada darah dan penurunan jumlah komplemen Terapi: – Anti-inflamasi
Hipersensitivitas tipe III • Terbentuknya deposit kompleks imun memicu inflamasi, dan melibatkan reaksi komplemen dan keping darah. • Reaksi selanjutnya: permeabilitas pembuluh darah merangsang terbentuknya deposit kompleks imun selanjutnya. • Netrofil gagal menghilangkan kompleks imun dan menyebabkan terbentuknya senyawa kimia yang merusak jaringan.
Hipersensitivitas tipe IV • tipe seluler atau tipe lambat. > 12 jam • Diperantarai oleh Sel T.
Hipersensitivitas tipe IV • Contoh klasik: reaksi tuberkulin (Mantoux) yang memuncak 48 jam setelah injeksi antigen. • Contoh lain: dermatitis kontak, penyakit autoimun dan infeksi seperti tuberkulosis, lepra, granulomatosa, toksoplasmosis, dll
- Tangan di infus
- Hypersensitivitas
- Algoritma yang merupakan gabungan dari beberapa rbm adalah
- Ch2=ch2+hcl
- He ne ar kr xe rn
- 2 metil butanamina
- Proses katabolisme merupakan suatu reaksi eksoterm karena
- Fungsi napkin folding adalah
- Penyajian fakta
- Sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari
- Suatu puncak gelombang air diamati menempuh jarak 80 cm
- Rencana kerja yang memuat garis besar
- Persamaan dari reaksi proses fotosintesis adalah
- Pereaksi zwikker
- Reaksi kompleks adalah
- Penyepuhan bertujuan untuk
- Modul kimia fisika
- Rumus kp
- Arah reaksi
- Proses penyepuhan emas
- Pasta kanji iodida
- Tumpuan pendel
- Salah satu reaksi gas yang terjadi dalam kendaraan adalah
- Reaksi kimia adalah
- Reaksi brominasi propana