KEPERAWATAN HIV AIDS PERTEMUAN 3 Askep pada pasien

  • Slides: 19
Download presentation
KEPERAWATAN HIV AIDS PERTEMUAN 3: Askep pada pasien dengan HIV/AIDS Ns. Ira Rahmawati S.

KEPERAWATAN HIV AIDS PERTEMUAN 3: Askep pada pasien dengan HIV/AIDS Ns. Ira Rahmawati S. Kep. , MNSc. (EM) Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES

VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Visi dan Misi Prodi Keperawatan Visi Menjadi pusat pendidikan Ners yang kompeten berbasis intelektulitas,

Visi dan Misi Prodi Keperawatan Visi Menjadi pusat pendidikan Ners yang kompeten berbasis intelektulitas, kreatifitas, dan kewirausahaan, dengan keunggulan dibidang nursing home care serta berdaya saing global pada tahun 2020 Misi 1) Mengembangkan program pendidikan Ners dengan keunggulan nursing home care yang berwawasan global dan berbasis Ilmu pengetahuan dan teknologi 2) Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di bidang keperawatan dengan keunggulan nursing home care melalui kegiatan penelitian 3) Menerapkan dan mengembangkan ilmu keperawatan dengan keunggulan nursing home care melalui pengabdian kepada masyarakat 4) Menyiapkan sumber daya manusia keperawatan dengan keunggulan nursing home care yang berdaya saing global dan menciptakan calon pemimpin yang berkarakter bagi bangsa dan negara 5) Mengelola sarana dan prasarana yang menunjang program akademik dan profesi keperawatan dengan keunggulan nursing home care 6) Berperan aktif dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu keperawatan dengan keunggulan nursing home care yang bermanfaat bagi organisasi profesi, bagi bangsa dan negara Indonesia serta segenap umat manusia

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu: § Menjelasakan prosedur diagnostic infeksi HIV § Menjelaskan

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu: § Menjelasakan prosedur diagnostic infeksi HIV § Menjelaskan terapi antiretroviral (ART) § Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan infeksi HIV

Prosedur Diagnostik HIV/AIDS 1. ü ü Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) Untuk mendeteksi antibodi HIV

Prosedur Diagnostik HIV/AIDS 1. ü ü Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) Untuk mendeteksi antibodi HIV didalam tubuh Serokonversi terjadi dalam waktu 4 - 12 minggu False positif pada penyakit autoimun, infeks virus dan penyakit autoimun Apabila hasil menunjukkan reaktif harus dikonfirmasi dengan test yang lain yaitu PCR 2. Western Blot ü Deteksi antibodi terhadap HIV ü Apabila hasilnya positif, test harus diulang setelah 2 minggu dan 6 bulan ü Dulu digunakan untuk konfirmasi setelah ELIZA positif

3. Polymerase chain reaction (PCR) Test untuk mendeteksi adanya virus HIV, yaitu dengan melihat

3. Polymerase chain reaction (PCR) Test untuk mendeteksi adanya virus HIV, yaitu dengan melihat adanya asam nucleat virus HIV 4. Enzyme immunoassay (EIA) Sangat sensitive untuk melihat antibody HIV-1 dan HIV-2 5. Quantitative PCR (RNA) atau Viral Load Melihat jumlah virus HIV >> melihat kemajuan terapi / stadium klinis HIV

Apabila tidak yakin ada tidaknya faktor resiko atau perilaku beresiko dilakukan dalam tiga bulan

Apabila tidak yakin ada tidaknya faktor resiko atau perilaku beresiko dilakukan dalam tiga bulan terakhir maka dianjurkan tes ulang dalam 1 bulan

Manajemen Pasien dengan Infeksi HIV Tujuan penatalaksanaan pasien dengan infeksi HIV adalah: § Mempertahankan

Manajemen Pasien dengan Infeksi HIV Tujuan penatalaksanaan pasien dengan infeksi HIV adalah: § Mempertahankan kesehatan klien § Memulai dan mempertahankan anti-retroviral terapi (ART) § Mencegah komplikasi penyakit infeksi § Mencegah penularan

Manajemen pasien dengan infeksi HIV 1. Pemeriksaan laboratorium secara berkala : darah lengkap untuk

Manajemen pasien dengan infeksi HIV 1. Pemeriksaan laboratorium secara berkala : darah lengkap untuk mendeteksi anemia, trombositopenia, leukopenia dan perkembangan infeksi. Fungsi ginjal dan fungsi hati. Jumlah CD 4+ sel. viral load/jumal virus HIV dengan interpretasi sbb 10. 000 copy/ ml: resiko rendah AIDS 10. 000 – 100. 000 copy/ ml: resiko meningkat 2 kali untuk terkena AIDS > 100. 000 copy/ml: resiko tinggi AIDS 2. Pemeriksaan tuberculin 3. Pemeriksaan rontgen thorax untuk mendeteksi masalah paru

Anti retroviral terapi Golongan ART ü Nucleoside/ nucleotide reverse transcriptase inhibitors (NRTI) menghambat replikasi

Anti retroviral terapi Golongan ART ü Nucleoside/ nucleotide reverse transcriptase inhibitors (NRTI) menghambat replikasi HIV didalam sel yang baru terinfeksi NRTIs work by competitively inhibiting reverse-transcriptase. contoh obat: zidovudine (AZT) dan lamivudine (3 CT), tenofovir (TDF), ü Non nucleoseide/nucleotide reserve transcriptase inhibitors (NNRTI) bekerja dengan cara : directly binding the reverse transcriptase enzyme contoh obat: nevirapine (NVP), Efavirenz (EFV) ü Penghambat protease (protease inhibitors, PI) mekanisme kerja: menyerang sel yang terinfeksi dan mencegah virus menjadu matur secara cepat ü Penghambat gabungan mencegah HIV memasuki sel T sehat didalam tubuh: contoh obat fuzeon (enfuvirtida), diberikan secara SC 2 kali sehari. Terutama diberikan pada ODHA yang resisten terhadap PI dan NRTI Note: Sebelum dilakukan terapi ARV perlu dilakukan konseling dan pemberiann informasi

Tata laksana Pemberian ART Menurut World Health Organization ART dengan ART kombinasi harus dimulai

Tata laksana Pemberian ART Menurut World Health Organization ART dengan ART kombinasi harus dimulai segera setelah diagnostic ditegakkan. Tanpa mempertimbangankan CD 4+ counts Menurut kementrian kesehatan republik Indonesia tahun 2011:

Pemerintah Indonesia Menerapkan panduan untuk ARV sebagai lini pertama 2 NRTI + 1 NNRTI

Pemerintah Indonesia Menerapkan panduan untuk ARV sebagai lini pertama 2 NRTI + 1 NNRTI

Efek samping ART: 1. Hilang nafsu makan 2. Nausea dan vomiting 3. Fatique 4.

Efek samping ART: 1. Hilang nafsu makan 2. Nausea dan vomiting 3. Fatique 4. Diare 5. Hiperkolesterol 6. Depresi dan cemas 7. Gangguan tidur 8. Rash

STUDI KASUS Pasien laki-laki 30 tahun dirawat sudah 4 hari diruang penyakit dalam dengan

STUDI KASUS Pasien laki-laki 30 tahun dirawat sudah 4 hari diruang penyakit dalam dengan diagnosa febris suspect viral infection. pasien sebelumnya datang dengan keluhan demam hilang timbul sudah 2 minggu. Ketika datang suhu tubuh 39, 0º Celcius, mengeluh badan terasa nyeri dan pegal-pegal, pembesaran kelenjar limfa dibawah ketiak kanan dan penurunan berat badan sebanyak 5 kg dalam 1 bulan terakhir. Saat ini BB 50 kg dengan TB 170 cm. Kondisi pasien menunjukkan perbaikan walaupun lambat dan diperkirakan bisa pulang dalam 2 sampai 3 hari kedepan. Pasien mengatakan mempunyai riwayat memakai sabu dengan suntikan sewaktu masih kuliah. Namun sudah berhenti. Tanda-tanda vital saat ini TD: 120/70 mm. Hg, frekuensi nadi: 120 kali per menit, frekuensi nafas 20 kali per menit, temperature 38, 1º C dan saturasi oksigen 98% room air. Berdasarkan gejala klinis dan riwayat pemakaian narkoba suntik, test antibody untuk HIV dilakukan. Hasilnya menunjukkan reactive. Pasien dijelaskan mengenai hasil pemeriksaan tersebut. Kemudian pasien mengakui bahwa beberapa kali melakukan hubungan seksual tanpa pelindung dengan pacar yang berganti-ganti. Pasien juga mengatakan bahwa ia tahu HIV adalah sesuatu yang buruk dan menakutkan, namun sama sekali tidak berfikir akan terkena penyakit HIV/AIDS. Pasien mengatakan tidak mengetahui kenapa ia bisa terkena virus HIV.

Buat Analisa masalah dan diagnosa keperawatan Buatlah rencana dan intervensi keperawatan

Buat Analisa masalah dan diagnosa keperawatan Buatlah rencana dan intervensi keperawatan

Data Analisa data infeksi virus HIV DO: § BMI 18, 5 §Temperatur 38, 1

Data Analisa data infeksi virus HIV DO: § BMI 18, 5 §Temperatur 38, 1 §Nadi: 120 kali per menit DS: Pasien mengatakan berat badan menurun 5 kg hanya dalam 1 bulan terakhir - Diagnosa Keperawatan Nutrisi kurang dari kebutuhan b. d peningkatan metabolic mengaktifkan makrofag, dendrit, Sel T helper rate Produksi mediator inflamasi sitokin, IL-1 Merangsang pusat pengaturan suhu di hipotalamus meningkatkan set point thermostat Peningkatan produksi panas dan konservasi panas demam Peningkatan metabolic rate. Asupan kalori kurang atau tidak bertambah nutrisi kurang dari kebutuhan

Rencana dan intervensi keperawatan Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan Nutrisi kurang

Rencana dan intervensi keperawatan Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan Nutrisi kurang dari kebutuhan b. d peningkatan metabolic rate NOC Berat badan Tanda-tanda kurang nutrisi BMI Intake nutrisi • Monitor BB pasien setiap hari • Monitor jenis dan jumlah aktivitas pasien • Kaji alergi makanan • Kaji makanan kesukaan pasien • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pengaturan kalori dan nutrisi pasien • Ajarkan pasien cara meningkatkan asupan vitamin C dan protein • Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi Kriteria hasil Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari, status nutrisi adekuat dengan kriteria Intake kalori cukup Intake nutrient cukup BB naik atau tidak ada lagi penurunan BB

Daftar Pustaka Paul A. Volberding. , Merle A. Sande. , Joep Lange. , Warner

Daftar Pustaka Paul A. Volberding. , Merle A. Sande. , Joep Lange. , Warner C. Greene. , and Joel E. Gallant. , Global HIV/AIDS Medicine. WB Saunders, 2008. Kementrian kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian penyakit dan penyehatan Lingkungan. (2011). Pedoman Nasional tata laksana klinis infeksi HIV dan terapi antiretroviral pada orang dewasa. World Healt Organization (WHO).