KEPERAWATAN HIV AIDS PERTEMUAN 6 Asuhan Keperawatan pada
- Slides: 21
KEPERAWATAN HIV AIDS PERTEMUAN 6: Asuhan Keperawatan pada pasien dengan intoksikasi opioid Ns. Ira Rahmawati S. Kep. , MNSc. (EM) Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES
VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Visi dan Misi Prodi Keperawatan Visi Menjadi pusat pendidikan Ners yang kompeten berbasis intelektulitas, kreatifitas, dan kewirausahaan, dengan keunggulan dibidang nursing home care serta berdaya saing global pada tahun 2020 Misi 1) Mengembangkan program pendidikan Ners dengan keunggulan nursing home care yang berwawasan global dan berbasis Ilmu pengetahuan dan teknologi 2) Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di bidang keperawatan dengan keunggulan nursing home care melalui kegiatan penelitian 3) Menerapkan dan mengembangkan ilmu keperawatan dengan keunggulan nursing home care melalui pengabdian kepada masyarakat 4) Menyiapkan sumber daya manusia keperawatan dengan keunggulan nursing home care yang berdaya saing global dan menciptakan calon pemimpin yang berkarakter bagi bangsa dan negara 5) Mengelola sarana dan prasarana yang menunjang program akademik dan profesi keperawatan dengan keunggulan nursing home care 6) Berperan aktif dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu keperawatan dengan keunggulan nursing home care yang bermanfaat bagi organisasi profesi, bagi bangsa dan negara Indonesia serta segenap umat manusia
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu: § Melakukan Asuhan keperawatan pada pasien dengan intoksikasi opioid
Opioid § Opioid biasanya digunakan dibidang medis untuk analgetik 1. Opiate alamiah: morfin, opium, codein 2. Opiate semi sintetik: heroin/putau dibuat dr opium kekuatan 10 kali morfin 3. Opiate sintetik: methadone, meperidine (400 kali lebih kuat dari morfin) Note: reseptor opioid: terletak diseluruh tubuh manusia termasuk di saluran gastrointestinal. Reseptor opioid yang terletak disistem saraf pusat dan saraf perifer akan menghambat persepsi nyeri.
Efek opioid didalam tubuh § Didalam tubuh opioid harus berikatan dengan reseptor opioid untuk dapat memberikan efek. § Tujuan utama penggunaan opioid adalah untuk analgetik § 4 reseptor opioid yang diketahui yaitu mu (µ), Kappa (қ), beta dan sigma § Reseptor mu meruapakan reseptor utama untuk penghambat rasa nyeri. § Resepro қ selain nyeri juga merupakan reseptor untuk perasaan euforia, depresi pernafasan dan kontriksi pupil. § Efek merugikan dari penggunaan opioid adalah: hipotensi orthostatik, mual, muntah, konstipasi, depresi pernafasan.
Penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi opioid / opioid overdose 3 gejala pasien mengalami opioid overdose: The “opioid overdose triad”: 1. Pintppoint pupils 2. Unconsciousness / hilang kesadaran 3. Depresi pernafasan ( RR < 10 kali per menit)
Prinsip penatalaksanaan pasien dengan intoksikasi opioid dimulai dengan ABCDE A: Airway/ jalan nafas § Pertahankan jalan nafas pasien paten § Pasien dengan hilang kesadaran jalan nafas biasanya tertutup oleh lidah, seket, makanan dll. § Bersihkan mulut pasien dengan tehnik finger swab § Apabila mulut bersih lakukan tehnik membuka jalan nafas dengan tehnik head tilt chin lift atau jaw thrust
Tehnik melakukan Head tilt Chin Lift Tehnik ini hanya dapat dilakukan pada pasien tanpa cedera kepala dan leher 1. Baringkan pasien datar 2. Letakan satu tangan penolong pada dahi pasien, pelan-pelan tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi ke arah belakang 3. Letakan tangan penolong yang satunya pada dagu pasien. Dan angkat dagu pasien dengan ujung jarin penolong 4. Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Pertahankan mulut pasien terbuka. 5. Pertahankan posisi ini dan lanjutkan dengan pemberian ventilasi
Head tilt chin lift
Jaw thrust Membuka jalan nafas pasien dengan tehnik jaw thrust dilakukan apabila pasien dicurigai ada trauma kepala dan atau tulang servical 1. Posisikan pasien berbaring supine 2. Berlutut dibelakang kepala pasien. Letakan kedua siku penolong pada lantai di kedua sisi kepala pasien. 3. Letakan jari-jari penolong dikedua sisi rahang pasien. Kedua ibu jari mendorong mulut agar terbuka. 4. Dorong rahang bawah pasien ke atas. 5. Pertahankan mulut tetap terbuka. Jika perlu tarik bibir bawah dengan kedua ibu jari.
Jaw Thrust
B: Breathing 1. Kaji apakah pernafasan pasien adequat: • RR 12 - 20 kali per menit • Pengembangan dada equal • Penggunaan otot 2 pernafasan tambahan • Pernafasan cuping hidung • Tanda sianosis pada bibir dan ujung jari tangan • Ukur saturasi oksigen 2. Berikan bantuan ventilasi apabila pasien mengalami depresi pernafasan 3. Apabila pasien bernafas, berikan oksigen dengan non-rebreathing mask (NRM) 12 - 15 liter/menit
C: Circulation: sirkulasi Kaji nadi jugular pasien • Normal pulse: teraba kuat, reguler 60 sampai 100 kali per mnit • Jika nadi tidak teraba lakukan kompresi dada >> mulai Advanced life support • Pasang IV access dan berikan infus Dexrose 5% atau Na. Cl 0, 9% atau sesuai intruksi • Cek Capillary refill time (CRT) dan Tekanan darah pasien
D: Disability : tingkat Kesadaran Tingkat kesadaran dapat dinilai dengan menggunakan AVPU atau GCS A - Alert: pasien sadar, awas, responsive, orientasi waktu, tempat dan orang baik V- verbal: Pt berespon terhadap rangsangan verbal tapi orientasi terhadap orang, tempat dan waktu tidak baik P- Pain: pasien tidak berespon terhadap rangsangan verbal, tapi berespon terhadap rangsangan nyeri U – unresponsive: pasien tidak berespon terhadap rangangan nyeri
Glasgow Coma Scale Behaviour Respons Score Membuka mata § § 4 3 2 1 verbal § Berorientasi baik terhadap orang, waktu dan tempat § Bingung/confused § Inappropriate words/ kata 2 kacau tidak berbentuk kalimat § Mengerang/ bukan kata § Tidak ada respons 5 § § § 6 5 4 3 motorik Spontan Terhadap suara/verbal Terhadap stimulus nyeri unresponsive Dapat Mengikuti perintah Bergerak melokalisasi nyeri Fleksi terhadap nyeri Fleksi abnormal/ decorticasi Ekstensi terhadap nyeri? Decerebrasi § Tidak ada respon 4 3 2 1 2
Pemberian antidotum Naloxone § Naloxone adalah opioid antagonist. Naloxone berikatan kuat dengan reseptor opioid dan menghentikan efek opioid. § Merek dagang narcan § Naloxone tidak berefek pada keadaan tidak terdapat opioid didalam tubuh § Dosis pemberian naloxone adalah 0, 4 – 2 mg IV dapat diulang dalam interval 2 sampai 3 menit. § Dosis anak 0, 01 mg/ Kg BB § Dosis IM 0, 4 mg per syringe
Pasien dengan intoksikasi opioid harus diobservasi secara ketat dalam 24 jam pertama: § Tanda-tanda vital § Besarnya ukuran pupil § Tingkat kesadaran
Daftar Pustaka Kidd, P. , Sturt, PA. , and Fultz, J. 2011. Pedoman keperawatan Emergensi. ECG: Jakarta Sumiati. , 2009. , Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Penyalahgunaan & Ketergantungan NAPZA. , Trans Info Media: Jakarta. Vonghia, L. , et al. 2008. ‘Acute Alcohol Intoxication’. , European Journal of Internal Medicine. , vol. 19. , pp. 561 -567.
- Asuhan keperawatan sle pada anak
- Askep rhd
- Askep jiwa anak berkebutuhan khusus
- Asuhan keperawatan retinoblastoma pada anak
- Asuhan keperawatan pada pasien katarak
- Asuhan keperawatan pada klien dg ansietas
- Test wiedzy o aids z odpowiedziami
- Recognize developmental disorders of the dentition
- A bacterial std that usually affects mucous membranes
- Kasus hiv aids
- Chapter 24 sexually transmitted diseases and hiv/aids
- Causative organism of hiv/aids
- Askep syok hipovolemik
- Asuhan keperawatan konstipasi
- Askep preeklamsia nic noc
- Kti tumor otak
- Sistem pengorganisasian asuhan keperawatan
- Aplikasi teori keperawatan hildegard e. peplau
- Pengkajian look adalah
- Trias kad
- Pada pertemuan kali ini kita
- Asuhan pada perempuan berkebutuhan khusus