MANAJEMEN PRODUKTIVITAS Pertemuan ke VI Oleh Adang Widjana

  • Slides: 22
Download presentation
MANAJEMEN PRODUKTIVITAS Pertemuan ke VI Oleh Adang Widjana

MANAJEMEN PRODUKTIVITAS Pertemuan ke VI Oleh Adang Widjana

PRODUKTIVITAS DAN SUMBER DAYA MANUSIA SDM, modal dan teknologi menempati posisi yang amat strategis

PRODUKTIVITAS DAN SUMBER DAYA MANUSIA SDM, modal dan teknologi menempati posisi yang amat strategis dalam mewujudkan tersedianya barang dan jasa. Penggunaan SDM, modal, dan teknologi secara ekstensif telah banyak ditinggalkan orang. Sebaliknya, pola itu bergeser menuju penggunaan secara lebih intensif dari semua sumber 2 ekonomi. Sumber 2 ekonomi digerakkan secara efektif memerlukan keterampilan organisatoris dan teknis sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi. Artinya, hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan yang diolah. Melalui perbaikan berbagai perbaikan cara kerja, pemborosan waktu, tenaga dan

Berbagai input lainnya akan bisa dikurangi sejauh mungkin. Hasilnya tentu akan lebih baik dan

Berbagai input lainnya akan bisa dikurangi sejauh mungkin. Hasilnya tentu akan lebih baik dan banyak hal yang bisa dihemat. Yang jelas, waktu tidak terbuang sia 2, tenaga dikerahkan secara efektif dan pencapaian tujuan usaaha bisa terselenggara dengan baik, efektif, dan efesien. Hal di atas inilah yang dimaksud dengan PRODUKTIVITAS. Ruang lingkup pengertian dan penghayatan produktivitas perlu kita lihat secara mendalam. Kita tidak bisa memandang sepotong 2 atau apriori karena dibalik pengertian sederhana dari produktivitas, terkandung suatu kekuatan raksasa yang dapat mempercepat proses pertumbuhan bangsa.

Pada dasarnya produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan

Pada dasarnya produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah lebih baik dari hari ini. Sikap seperti ini, bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun, mutlak diperlukan dalam menjawab berbagai tantangan pembangunan, baik tantangan yang bersifat ekonomis maupun non ekonomis. Tantangan 2 ekonomis seperti langkanya modal, langkanya keterampilan SDM, langkanya teknologi yang dikuasai, harus dapat diatasi dengan sikap mental yang optimistis sehingga setiap insan pembangunan akan terus mencari bagaimana metode dan sistem untuk mengatasinya.

Dengan keyakinan, ketekunan dan usaha yang sungguh 2, tantangan ini pasti terjawab tanpa kesukaran

Dengan keyakinan, ketekunan dan usaha yang sungguh 2, tantangan ini pasti terjawab tanpa kesukaran yang berarti. Tantangan non ekonomis lebih banyak berkaitan pada sikap dan kemauan Pemerintah, sikap budaya bangsa, faktor keamanan dan tekad bersama semua lapisan masyarakat untuk menciptakan kemajuan. Sudahkah kita mendapatkan kemajuan yang kita dambakan tersebut? Jawabnya, entahlah. . . Karena apa yang kita alami sulit untuk mendapat jawaban yang benar 2 jawaban jujur dan bertitik tolak pada kenyataan dewasa ini. Konflik berkepanjangan yang menuai bangsa ini jauh keting-

galan dari negara 2 lain di Asean sekalipun. Yang adalah konflik disfungsional tak pernah

galan dari negara 2 lain di Asean sekalipun. Yang adalah konflik disfungsional tak pernah kunjung selesai. Kerja yang bermalas-malasan ataupun korupsi jam kerja dari jam semestinya (selain korupsi harta), bukanlah menunjang pembangunan, tapi menghambat kemajuan yang mestinya dicapai entah berapa tahun kebelakang. Sebaliknya, kerja yang efektif menurut jumlah jam kerja yang seharusnya serta job contents yang seharusnya sesuai dengan uraian kerja masing 2 pekerja, akan dapat menunjang kemajuan serta mendorong kelancaran usaha baik secara individu maupun secara menyeluruh. Banyak kejadian disekitar kita betapa pemanfaatan waktu kerja yang merupakan upaya paling dasar dari produktivitas kerja, banyak

diabaikan, bahkan secara sengaja dilanggar. Sikap mental seperti ini tidak akan menimbulkan suasana kerja

diabaikan, bahkan secara sengaja dilanggar. Sikap mental seperti ini tidak akan menimbulkan suasana kerja yang optimistis, apalagi diharapkan untuk menciptakan metoda dan sistem kerja yang produktif di semua perangkat kerja yang ada. Contoh yang kita lihat dari suatu unit kerja misalnya, terlihat bahwa sekitar 25% dari pekerja baik di tingkat atas, menengah maupun lapisan pekerja bawahan benar 2 bekerja keras dengan memanfaatkan semua waktu kerja yang ada. Ada diantara mereka yang terpaksa harus bekerja lembur (over time) karena mengejar batas waktu penyelesaian kerja yang telah ditetapkan dalam SOP (Standard Operational Procedure). Sementara itu ditempat yang sama didapati 75% pekerja yang tidak memanfaatkan jam kerja yang

ada, bahkan cenderung untuk mengurangi jam kerja. Banyak diantara pekerja atau pegawai/karyawan yang mengisi

ada, bahkan cenderung untuk mengurangi jam kerja. Banyak diantara pekerja atau pegawai/karyawan yang mengisi waktu kerjanya dengan duduk 2 mengobrol ngalor-ngidul tanpa makna yang jelas, menelpon keluarga atau teman, asyik dengan ponselnya atau yang sekarang lagi marak dan ngetrend dalam kehidupan alih teknologi yaitu ber BBM-an. Hal ini tentu saja para pegawai yang bersangkutan bekerja jauh dari produktif. Bahkan bukan hal yang aneh apabila para pekerja justru menghabiskan waktunya di luar pekerjaannya, izin ke luar kantor untuk urusan pribadi yang tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan tugas pekerjaannya. Hal ini berakibat pelambanan kerja pun tidak terhindarkan.

Falsafah kerja santai juga kurang pada tempatnya. Istilah itu tidak cocok dalam suasana membangun.

Falsafah kerja santai juga kurang pada tempatnya. Istilah itu tidak cocok dalam suasana membangun. Santai atau rileks adalah selingan diantara dua masa kerja produktif. Jadi bukan berupa pada masa kerja produktif. Suasana santai diperlukan untuk memulihkan (recovery) kondisi tubuh dan otak setelah bekerja penuh selama suatu masa tertentu, misalnya satu minggu atau lima hari kerja dalam seminggu. Jadi kerja santai tidaklah berada dalam waktu kerja produktif sehingga mestinya berada di luar jam kerja normal. Kerja produktif memerlukan keterampilan kerja yang sesuai dengan isi kerja sehingga bisa menimbulkan penemuan 2, inovasi 2, kreatifitas hal 2 yang baru untuk memperbaiki cara kerja

Atau minimal mempertahankan cara kerja yang dinilai sudah baik. Kerja produktif memerlukan prasyarat lain

Atau minimal mempertahankan cara kerja yang dinilai sudah baik. Kerja produktif memerlukan prasyarat lain sebagai faktor pendudukng yaitu: kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum (meskipun sekarang sudah ada UMR atau UMK yang semestinya disesuaikan dengan KHL atau kebutuhan hidup layak), jaminan sosial yang memadai, kondisi kerja yang manusiawi dan hubungan kerja yang harmonis. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 248 juta jiwa, harus dengan populasi sebanyak itu harus juga memiliki sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang memadai. Tinggal

lagi diusahakan agar jumlah penduduk yang demikian besar itu, dapat digerakkan agar menjadi sumber

lagi diusahakan agar jumlah penduduk yang demikian besar itu, dapat digerakkan agar menjadi sumber daya yang produktif. Manusia pembangnan yang produktif, sebagaimana dikehendaki oleh pembangunan Indonesia adalah manusia yang menghargai kerja sebagai suatu sikap pengabdian kepada Tuhan, berbudi luhur, cakap bekerja dan trampil, percaya pada kemampuan diri sendiri, mempynai semangat kerja yang tinggi dan memandang hari esok dengan gairah dan optimistis. Oleh karena itu, salah satu usaha yang konkrit untuk mendorong produktivitas tenaga manusia adalah peningktan pendidikan dan keterampilan agar mampu mengemban tugas dan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Pekerjaan yang dilakukan dengan baik dan dengan tingkat pendi-

dikan dan keterampilan yang sesuai dengan isi kerja akan mendorong kemajuan setiap usaha yang

dikan dan keterampilan yang sesuai dengan isi kerja akan mendorong kemajuan setiap usaha yang pada gilirannya akan juga meningkatkan pendapatan, baik pendapatan perorangan, kelompok maupun pendapatan nasional. Tentu saja hal ini sangat diharapkan atas dukungan pemerintah, hakekatnya bahwa pembangunan mental bangsa tidak lepas dari peningkatan kompetensi yang bertitik tolak pada kemampuan: 1. Knowledge (pengetahuan dan pengalaman) 2. Skill (keterampilan) 3. Ability (kecakapan) Skill dimaksud, bukan hanya keterampilan semata, tetapi lebih dari itu bahwa manusia yang terampil juga harus ditunjang oleh

kemampuan dibidang budipekerti, artinya, sebaik-baik orang dan sepintar-pintar tenaga kerja percuma saja apabila tidak

kemampuan dibidang budipekerti, artinya, sebaik-baik orang dan sepintar-pintar tenaga kerja percuma saja apabila tidak ditunjang oleh kelakuan yang baik atau budi pekerti yang luhur (Ingat IQ, SQ dan ESQ) dan inilah yang kita kenal sekarang dengan istilah Soft Skill lebih diarahkan pada perilaku (behaviour), sikap (attitude), dan kepribadian (personality). Untuk lebih jelasnya bahwa unsur kompetensi dimaksud terdiri: (a) Motif: hal yang dipikirkan secara teratur yang menyebabkan seseorang bertindak (b) Bawaan: karakteristik fisik dan respon yang diberikan secara teratur/konsisten dalam menghadapi suatu situasi atau informasi

(c) Sikap : nilai, prinsip, sikap yang dianut (d) Pengetahuan : informasi yang dimiliki

(c) Sikap : nilai, prinsip, sikap yang dianut (d) Pengetahuan : informasi yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang tertentu (e) Keterampilan: kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan fisik & mental. Kompetensi ini diartikan sebagai karakteristik dasar manusia yang dari pengalaman nyata (nampak dari perilaku, sikap, dan kepribadian) ditemukan mempengaruhi, atau dapat dipergunakan untuk meperkirakan (tingkat) performansi di tempat kerja atau kemampuan mengatasi persoalan pada suatu situasi tertentu.

Hubungan Kompetensi dengan Prestasi Kerja Spirit Tindakan Hasil Dimensi Individu - Bakat Motif Sikap,

Hubungan Kompetensi dengan Prestasi Kerja Spirit Tindakan Hasil Dimensi Individu - Bakat Motif Sikap, Nilai Pengetahuan Perilaku - Keterampilan Lingkungan Prestasi kerja - Karya - Kegiatan

Penerapan Kompetensi Berdasarkan Fungsi SDM Setiap organisasi memiliki kompetensi yang berbeda, karena belum adanya

Penerapan Kompetensi Berdasarkan Fungsi SDM Setiap organisasi memiliki kompetensi yang berbeda, karena belum adanya persyaratan standar untuk menempati suatu posisi, serta penentuan pelatihan bagi SDM belum sistematis maka aplikasi kompetensi diprioritaskan berdasarkan SDM di organisasi. Menurut Mitrani, Dalziel, Fitt juga Spencer and Spencer dari pemikiran para ahli dapat diidentifikasikan beberapa pokok pikiran tentang kualitas yang dimiliki orang pada eksekutif, manajer, dan karyawan (employees). Dalam kuliah ini yang dibahas adalah mengenai kompetensi tingkat karyawan, sesuai dengan konsentrasi MSDM yang anda pilih.

Kompetensi karyawan diperlukan untuk mengidentifikasi pekerjaan yang sesuai dengan prestasi yang diharapkan. Kompetensi tingkat

Kompetensi karyawan diperlukan untuk mengidentifikasi pekerjaan yang sesuai dengan prestasi yang diharapkan. Kompetensi tingkat karyawan meliputi: 1. Flexibility, yaitu kemampuan untuk melihat perubahan sebagai suatu kemampuan yang menggembirakan katimbang sebagai ancaman. 2. Information seeking, motivation, and ablity to learn, yaitu kemampuan mencari kesempatan belajar tentang keahlian teknis dan interpersonal 3. Achievement Motivation, yaitu kemampuan berinovasi sebagai peningkatan kinerja, kualitas dan produktivitas.

4. Work motivation under the pressure, yaitu kemampuan menahan stress dalam organisasi, dan komitmen

4. Work motivation under the pressure, yaitu kemampuan menahan stress dalam organisasi, dan komitmen dalam menyelesaikan pekerjaan. 5. Collaborativeness, yaitu kemampuan pegawai untuk bekerja secara kooperatif di dalam kelompok. 6. Customer service orientation, yaitu kemampuan melayani konsumen, mengambil inisiatif dalam mengatasi masalah yang dihadapi konsumen.

Contoh kompetensi yang penting untuk manajer: a. Fleksibilitas b. Kemampuan untuk mengimplementasikan perubahan c.

Contoh kompetensi yang penting untuk manajer: a. Fleksibilitas b. Kemampuan untuk mengimplementasikan perubahan c. Kewirausahaan untuk suatu inovasi d. Kemampuan untuk membina hubungan impersonal e. Memobilisasi membuat pekerja merasa mampu dan termotivasi untuk melaksanakan tanggungjawab yang lebih besar f. Memfasilitasi tim g. Kemudahan untuk bergerak dan berubah

Contoh kompetensi yang penting untuk para pekerja: a. Fleksibilitas b. Motivasi untuk mencari informasi

Contoh kompetensi yang penting untuk para pekerja: a. Fleksibilitas b. Motivasi untuk mencari informasi dan kemampuan untuk mempelajarinya c. Kemampuan untuk merencanakan target kerja yang lebih baik dan melaksanakannya d. Motivasi kerja dibawah kondisi yang menegangkan e. Kerjasama f. Kepekaan dan kesediaan untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan

Dalam kaitan ini, kompetensi adalah mutlak diperlukan bagi tenaga kerja tak terkecuali bagi tenaga

Dalam kaitan ini, kompetensi adalah mutlak diperlukan bagi tenaga kerja tak terkecuali bagi tenaga governement (PNS) yang ditenggarai yang memiliki kompetensi hanya berjumlah 40% saja. Selebihnya dapat dikatakan sebagai pengangguran tak kentara. Oleh karena itu ‘morartorium” adalah jalan yang ditempuh pemerintah untuk menciptakan tenaga kerja yang handal dan kompetensi yang mumpuni. Dibutuhkan: v kemampuan merencanakan dan mengimplementasikan v kemampuan melayani v kemampuan memimpin v kemampuan mengelola v kemampuan berpikir (cognitive) v kemampuan bersikap dewasa.

Untuk itu diperlukan Personal Qualities : (1) High motivated vs Low motivated (2) Ulet

Untuk itu diperlukan Personal Qualities : (1) High motivated vs Low motivated (2) Ulet vs Cepat menyerah (3) Rajin vs Malas (4) Ramah vs Judes (5) Positive thinking vs Negative thinking (6) Extrovert vs Introvert (7) Mudah beradaptasi vs Sulit beradaptasi (8) Mau belajar vs Enggan belajar (9) Pemberani vs Penakut (10) Customer oriented vs Superior oriented