JST Jaringan Syaraf Tiruan Pendahuluan JST adalah paradigma

  • Slides: 67
Download presentation
JST (Jaringan Syaraf Tiruan)

JST (Jaringan Syaraf Tiruan)

Pendahuluan • JST adalah paradigma pengolahan informasi yang terinspirasi oleh sistem syaraf secara biologis,

Pendahuluan • JST adalah paradigma pengolahan informasi yang terinspirasi oleh sistem syaraf secara biologis, seperti proses informasi pada otak manusia. • Cara kerja JST seperti cara kerja manusia, yaitu belajar melalui contoh. • Sebuah JST dikonfigurasikan untuk aplikasi tertentu, seperti pengenalan pola atau klasifikasi data, melalui proses pembelajaran.

Mengapa Menggunakan JST ? • Mampu menyelesaikan permasalahan yang tidak terstruktur dan sulit didefinisikan,

Mengapa Menggunakan JST ? • Mampu menyelesaikan permasalahan yang tidak terstruktur dan sulit didefinisikan, dapat belajar dari pengalaman. • Mampu mengakuisisi pengetahuan walaupun tidak ada kepastian. • Mampu melakukan generalisasi dan ekstraksi dari suatu pola data tertentu, dapat menciptakan suatu pola pengetahuan melalui pengaturan diri atau kemampuan belajar (self organizing).

Mengapa Menggunakan JST ? • Mampu memilih suatu input data ke dalam kategori tertentu

Mengapa Menggunakan JST ? • Mampu memilih suatu input data ke dalam kategori tertentu yang sudah ditetapkan (klasifikasi), • Mampu menggambarkan suatu obyek secara keseluruhan, walaupun hanya diberikan sebagian data dari obyek tersebut (asosiasi), • Mampu mengolah data-data input tanpa harus mempunyai target (Self organizing), • Mampu menemukan suatu jawaban terbaik sehingga mampu meminimalisasi fungsi biaya (optimasi).

Kelebihan JST • Belajar Adaptive : Kemampuan untuk mempelajari bagaimana melakukan pekerjaan berdasarkan data

Kelebihan JST • Belajar Adaptive : Kemampuan untuk mempelajari bagaimana melakukan pekerjaan berdasarkan data yang diberikan untuk pelatihan atau pengalaman awal. • Self-Organisation : Sebuah JST dapat membuat organisasi sendiri atau representasi dari informasi yang diterimanya selama waktu belajar. • Real Time Operation : perhitungan JST dapat dilakukan secara paralel, sehingga perangkat keras yang dirancang dan diproduksi secara khusus dapat mengambil keuntungan dari kemampuan ini.

Kelemahan JST 1. Tidak efektif jika digunakan untuk melakukan operasi numerik dengan presisi tinggi

Kelemahan JST 1. Tidak efektif jika digunakan untuk melakukan operasi numerik dengan presisi tinggi 2. Tidak efisien jika digunakan untuk melakukan operasi algoritma aritmatik, operasi logika dan simbolis. 3. Untuk beroperasi JST butuh pelatihan, sehingga bila jumlah datanya besar, waktu yang digunakan untuk proses pelatihan sangat lama.

JST Versus Pemrograman Konvensional Untuk menyelesaikan masalah menggunakan pemrograman konvensional, kita harus mengerti masalah

JST Versus Pemrograman Konvensional Untuk menyelesaikan masalah menggunakan pemrograman konvensional, kita harus mengerti masalah tersebut dan kita harus tahu bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini yang membatasi kemampuan pemecahan masalah menggunakan pemrograman konvensional. JST bisa menyelesaikan masalah tanpa harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Kelemahannya adalah bahwa karena jaringan menemukan cara untuk memecahkan masalah dengan sendirinya, pengoperasiannya tidak dapat diprediksi. JST dan pemrograman konvensional tidak saling bersaing, tetapi saling melengkapi. Ada masalah-masalah yang harus diselesaikan menggunakan pendekatan algoritmik seperti operasi aritmatika dan masalah-masalah yang harus diselesaikan menggunakan JST. Bahkan ada juga masalah-masalah besar yang terpaksa menggunakan kombinasi dari keduanya.

Contoh Aplikasi

Contoh Aplikasi

Contoh Aplikasi

Contoh Aplikasi

Contoh Aplikasi

Contoh Aplikasi

ARSITEKTUR JARINGAN

ARSITEKTUR JARINGAN

ARSITEKTUR JARINGAN A) JARINGAN LAPISAN TUNGGAL

ARSITEKTUR JARINGAN A) JARINGAN LAPISAN TUNGGAL

ARSITEKTUR JARINGAN B) JARINGAN LAPISAN BANYAK

ARSITEKTUR JARINGAN B) JARINGAN LAPISAN BANYAK

ARSITEKTUR JARINGAN C) JARINGAN DENGAN LAPISAN KOMPETITIF

ARSITEKTUR JARINGAN C) JARINGAN DENGAN LAPISAN KOMPETITIF

Fungsi Aktivasi Fungsi aktivasi Fungsi Undak Biner Hard Limit

Fungsi Aktivasi Fungsi aktivasi Fungsi Undak Biner Hard Limit

Fungsi Aktivasi Fungsi Undak Biner Threshold

Fungsi Aktivasi Fungsi Undak Biner Threshold

Fungsi Aktivasi Fungsi Bipolar Symetric Hard Limit

Fungsi Aktivasi Fungsi Bipolar Symetric Hard Limit

Fungsi Aktivasi Fungsi Bipolar dengan threshold

Fungsi Aktivasi Fungsi Bipolar dengan threshold

Fungsi Aktivasi Fungsi Linear (identitas)

Fungsi Aktivasi Fungsi Linear (identitas)

Fungsi Aktivasi Fungsi Saturating Linear

Fungsi Aktivasi Fungsi Saturating Linear

Fungsi Aktivasi Fungsi Symetric Saturating Linear

Fungsi Aktivasi Fungsi Symetric Saturating Linear

Fungsi Aktivasi Fungsi Sigmoid Biner

Fungsi Aktivasi Fungsi Sigmoid Biner

Fungsi Aktivasi Fungsi Sigmoid Bipolar

Fungsi Aktivasi Fungsi Sigmoid Bipolar

Paradigma Pembelajaran pelatihan jaringan syaraf tiruan bertujuan memodifikasi bobot hingga diperoleh bobot yang bisa

Paradigma Pembelajaran pelatihan jaringan syaraf tiruan bertujuan memodifikasi bobot hingga diperoleh bobot yang bisa membuat keluaran jaringan sama dengan target yang diinginkan.

Algoritma Pembelajaran Dengan Supervisi Hebb Rule

Algoritma Pembelajaran Dengan Supervisi Hebb Rule

Hebb Rule Algoritma pelatihan Hebb : a) Inisialisasi bobot dan bias: wi = 0;

Hebb Rule Algoritma pelatihan Hebb : a) Inisialisasi bobot dan bias: wi = 0; dengan i =1, 2, . . . , n; b=0 b) Untuk setiap pasangan input-target (s-t), lakukan: 1. Set aktivasi unit input : xi = si; (i=1, 2, . . . , n) 2. Set aktivasi unit output: yj = tj; (j=1, 2, . . . , m) c) Perbaiki bobot menurut persamaan berikut: wi(baru) = wi(lama) + xi*yj; (i =1, 2, . . . , n; dan j =1, 2, . . . , m) d) Perbaiki bias menurut persamaan berikut : b(baru) = b(lama) + y

Hebb Rule

Hebb Rule

Hebb Rule Algoritma pelatihan Hebb : ----------------Inisialisasi bobot dan bias : w 1 =

Hebb Rule Algoritma pelatihan Hebb : ----------------Inisialisasi bobot dan bias : w 1 = w 2 = w 3 = w 4 = w 5 = w 6 = w 7 = w 8 = w 9 = 0 dan bias b = 0

Hebb Rule Pola ke-1 : Perubahan bobot dan bias untuk pola ke-1: w 1(baru)

Hebb Rule Pola ke-1 : Perubahan bobot dan bias untuk pola ke-1: w 1(baru) = w 1(lama) + x 1*y = 0 + 1. 1 = 1 w 2(baru) = w 2(lama) + x 2*y = 0 + 1. 1 = 1 w 3(baru) = w 3(lama) + x 3*y = 0 + 1. 1 = 1 w 4(baru) = w 4(lama) + x 4*y = 0 + (− 1). 1 = − 1 w 5(baru) = w 5(lama) + x 5*y = 0 + 1. 1 = 1 w 6(baru) = w 6(lama) + x 6*y = 0 + (− 1). 1 = − 1 w 7(baru) = w 7(lama) + x 7*y = 0 + (− 1). 1 = − 1 w 8(baru) = w 8(lama) + x 8*y = 0 + 1. 1 = 1 w 9(baru) = w 9(lama) + x 9*y = 0 + (− 1). 1 = − 1 b(baru) = b(lama) + y = 0 + 1 = 1

Hebb Rule Pola ke-2 : Perubahan bobot dan bias untuk pola ke-2: w 1(baru)

Hebb Rule Pola ke-2 : Perubahan bobot dan bias untuk pola ke-2: w 1(baru) = w 1(lama) + x 1*y = 1 + 1. (− 1) = 0 w 2(baru) = w 2(lama) + x 2*y = 1 + (− 1) = 2 w 3(baru) = w 3(lama) + x 3*y = 1 + 1. (− 1) = 0 w 4(baru) = w 4(lama) + x 4*y = (− 1) + 1. (− 1) = − 2 w 5(baru) = w 5(lama) + x 5*y = 1 + (− 1) = 2 w 6(baru) = w 6(lama) + x 6*y = (− 1) + 1. (− 1) = − 2 w 7(baru) = w 7(lama) + x 7*y = (− 1) + 1. (− 1) = − 2 w 8(baru) = w 8(lama) + x 8*y = 1 + 1. (− 1) = 0 w 9(baru) = w 9(lama) + x 9*y = (− 1) + 1. (− 1) = − 2 b(baru) = b(lama) + y = 1 + (− 1) = 0

Hebb Rule Diperoleh nilai : w 1 = 0, w 2 = 2, w

Hebb Rule Diperoleh nilai : w 1 = 0, w 2 = 2, w 3 = 0, w 4 = − 2, w 5 = 2, w 6 = − 2, w 7 = − 2, w 8 = 0, w 9 = − 2, dan b = 0 Nilai-nilai ini dipakai untuk menguji seluruh data masukan,

Hebb Rule Pola ke-1 net = 0. 1 + 2. 1 + 0. 1

Hebb Rule Pola ke-1 net = 0. 1 + 2. 1 + 0. 1 + (− 2)(− 1) + 2. 1+ (− 2)( − 1) + 0. 1 + (− 2)( − 1) = 12 f (12) = 1 (sama dengan target) Pola ke-2 net = 0. 1 + 2. (− 1) + 0. 1 + (− 2). 1 + 2. (− 1) + (− 2). 1 + 0. 1 + (− 2). 1 = − 12 f (− 12) = − 1 (sama dengan target) jelas bahwa untuk kedua pola tersebut keluaran jaringan sama dengan target yang diinginkan. Artinya adalah jaringan ini bisa mengenali pola dengan baik.

Hebb Rule Gunakan bobot dari hasil perhitungan sebelumnya untuk mengenali pola berikut :

Hebb Rule Gunakan bobot dari hasil perhitungan sebelumnya untuk mengenali pola berikut :

Hebb Rule Kelemahan: dalam jaringan Hebb, pengenalan pola tidak hanya ditentukan oleh algoritma untuk

Hebb Rule Kelemahan: dalam jaringan Hebb, pengenalan pola tidak hanya ditentukan oleh algoritma untuk merevisi bobot saja, tetapi representasi data juga ikut menentukan hasil pengenalan pola. Biasanya representasi data yang digunakan pada jaringan Hebb adalah bipolar.

Perceptron

Perceptron

Perceptron

Perceptron

Perceptron Algoritma Pelatihan Perceptron: 1. Inisialisasi semua bobot dan bias (biasanya = 0) Set

Perceptron Algoritma Pelatihan Perceptron: 1. Inisialisasi semua bobot dan bias (biasanya = 0) Set learning rate: (0 < 1). untuk penyederhanaan set sama dengan 1. Set nilai threshold (θ) untuk fungsi aktivasi 2. Untuk setiap pasangan pembelajaran s-t, kerjakan: a) set aktivasi unit input xi = si; b) Hitung respon untuk unit output: c) Masukkan kedalam fungsi aktivasi :

Perceptron d) Bandingkan nilai output jaringan y dengan target t jika y ≠ t

Perceptron d) Bandingkan nilai output jaringan y dengan target t jika y ≠ t , lakukan perubahan bobot dan bias dengan cara : wi(baru) = wi(lama) + *t*xi b(baru) = b(lama) + *t jika y = t , tidak ada perubahan bobot dan bias: wi(baru) = wi(lama) b(baru) = b(lama) 3. Lakukan iterasi terus-menerus hingga semua pola memiliki output jaringan yang sama dengan targetnya. Artinya bila semua output jaringan sama dengan target maka jaringan telah mengenali pola dengan baik dan iterasi dihentikan.

Perceptron Kerjakan dengan jaringan Perceptron !

Perceptron Kerjakan dengan jaringan Perceptron !

X 1 X 2 b net f y

X 1 X 2 b net f y

Masukan x 1 1 2 3 4 5 6 7 8 Ta rg et

Masukan x 1 1 2 3 4 5 6 7 8 Ta rg et xiwi +b t net Out put Perubahan bobot y=f( n) 3 w = xi t b = t 1 Epoch/Iterasi ke -1 Bobot baru wbaru = wlama + w bbaru = blama + b 1 2 3 4 5 6 7 8 9 b 0 00 0 0 0 4 5 6 7 8 9 b

Masukan x 1 2 3 4 5 6 7 8 Ta rg et xiwi

Masukan x 1 2 3 4 5 6 7 8 Ta rg et xiwi +b t net Out put Perubahan bobot y=f( n) 3 Epoch ke -2 Bobot baru wbaru = wlama + w bbaru = blama + b 1 2 3 4 5 6 7 8 9 b w = xi t b = t 1 4 5 6 7 8 9 b

Perceptron Diperoleh nilai : w 1 = , w 2 = , w 3

Perceptron Diperoleh nilai : w 1 = , w 2 = , w 3 = , w 4 = , w 5 = , w 6 = , w 7 = , w 8 = , w 9 = , dan b = Nilai-nilai ini dipakai untuk menguji seluruh data masukan, Pola 1 = 1, 1, 1, -1, -1, 1, -1 dgn target = 1 Net = masukkan ke Hasilnya y = , sesuai target pola yaitu

Perceptron Diperoleh nilai : w 1 = , w 2 = , w 3

Perceptron Diperoleh nilai : w 1 = , w 2 = , w 3 = , w 4 = , w 5 = , w 6 = , w 7 = , w 8 = , w 9 = , dan b = Nilai-nilai ini dipakai untuk menguji seluruh data masukan, Pola 2 = 1, -1, 1, 1 dgn target = -1 Net = masukkan ke Hasilnya y = , sesuai target pola yaitu

Perceptron Gunakan bobot dari hasil perhitungan sebelumnya untuk mengenali pola berikut : w 1

Perceptron Gunakan bobot dari hasil perhitungan sebelumnya untuk mengenali pola berikut : w 1 = 0, w 2 = 2, w 3 = 0, w 4 = − 2, w 5 = 2, w 6 = 0, w 7 = 0, w 8 = -2, w 9 = 0, dan b = 0 Pola 1 1 1 -1 1 Net = 4 Y = 1 sesuai huruf T dan 1 1 -1 -1 1 1 Net = 4 Y = 1 sesuai huruf T

Delta Rule Algoritma delta rule untuk memperbaiki bobot ke-i (untuk setiap pola) adalah: w

Delta Rule Algoritma delta rule untuk memperbaiki bobot ke-i (untuk setiap pola) adalah: w (baru) = w(lama) + (t – y)*xi; dengan: xi = input jaringan y = output jaringan. t = target. α = learning rate pelatihan akan dihentikan jika nilai error (t – y) pada suatu epoch bernilai nol.

Delta Rule Kerjakan dengan jaringan Delta Rule !

Delta Rule Kerjakan dengan jaringan Delta Rule !

X 1 X 2 b net f y

X 1 X 2 b net f y

Masukan x 1 2 3 4 5 6 7 8 Ta rg et xiwi

Masukan x 1 2 3 4 5 6 7 8 Ta rg et xiwi t net Out put Perubahan bobot y=f( n) 2 Epoch ke -1 Bobot baru wbaru = wlama + w 1 2 3 4 5 6 7 8 9 w = xi error e r 3 4 5 6 7 8 9

Masukan x 1 2 3 4 5 6 7 8 Ta rg et xiwi

Masukan x 1 2 3 4 5 6 7 8 Ta rg et xiwi t net Out put Perubahan bobot y=f( n) 2 Epoch ke -2 Bobot baru wbaru = wlama + w 1 2 3 4 5 6 7 8 9 w = xi error e r 3 4 5 6 7 8 9

Delta Rule Diperoleh nilai : w 1 = , w 2 = , w

Delta Rule Diperoleh nilai : w 1 = , w 2 = , w 3 = , w 4 = , w 5 = , w 6 =, w 7 = , w 8 = , w 9 = , dan b = Nilai-nilai ini dipakai untuk menguji seluruh data masukan, Pola 1 = 1, 1, 1, -1, -1, 1, -1 dgn target = 1 Net = masukkan ke Hasilnya y = , sesuai target pola yaitu

Delta Rule Diperoleh nilai : w 1 = , w 2 = , w

Delta Rule Diperoleh nilai : w 1 = , w 2 = , w 3 = , w 4 = , w 5 = , w 6 =, w 7 = , w 8 = , w 9 = , dan b = Nilai-nilai ini dipakai untuk menguji seluruh data masukan, Pola 2 = 1, -1, 1, 1 dgn target = -1 Net = masukkan ke Hasilnya y = , sesuai target pola yaitu

Backpropagation adalah metode penurunan gradien untuk meminimalkan kuadrat error keluaran. Ada tiga tahap yang

Backpropagation adalah metode penurunan gradien untuk meminimalkan kuadrat error keluaran. Ada tiga tahap yang harus dilakukan dalam pelatihan jaringan, yaitu : tahap perambatan maju (forward propagation) , tahap perambatan-balik, tahap perubahan bobot dan bias. Arsitektur jaringan ini terdiri dari input layer, hidden layer dan output layer seperti pada Gambar berikut

Backpropagation

Backpropagation

Backpropagation Algoritma backpropagation: * Inisialisasi bobot (ambil nilai random yang cukup kecil). * Selama

Backpropagation Algoritma backpropagation: * Inisialisasi bobot (ambil nilai random yang cukup kecil). * Selama kondisi berhenti bernilai salah, kerjakan : Tahap Perambatan Maju (forward propagation) a) Setiap unit input (Xi, i=1, 2, 3, . . . , n) menerima sinyal xi dan meneruskan sinyal tersebut ke semua unit pada lapisan tersembunyi. b) Setiap unit tersembunyi (Zi, j=1, 2, 3, . . . , p) menjumlahkan bobot sinyal input dengan persamaan berikut:

Backpropagation Dan menerapkan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya : zj = f(z_inj) biasanya

Backpropagation Dan menerapkan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya : zj = f(z_inj) biasanya fungsi aktivasi yang digunakan adalah fungsi sigmoid. kemudian mengirimkan sinyal tersebut ke semua unit output. c) Setiap unit output (Yk, k=1, 2, 3, . . . , m) menjumlahkan bobot sinyal input

Backpropagation Dan menerapkan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya : yk = f(y_ink) Tahap

Backpropagation Dan menerapkan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya : yk = f(y_ink) Tahap Perambatan-Balik (Backpropagation) d) Setiap unit output (Yk, k=1, 2, 3, . . . , m) menerima pola target yang sesuai dengan pola input pelatihan, kemudian hitung error dengan persamaan berikut: k = (tk – yk) f’(y_ink) f ‘ adalah turunan dari fungsi aktivasi kemudian hitung koreksi bobot dengan persaamaan berikut: wjk = k zj Dan menghitung koreksi bias dengan persamaan berikut : w 0 k = k Sekaligus mengirimkan k ke unit-unit yang ada di lapisan paling kanan.

Backpropagation e) Setiap unit tersembunyi (Zj, j=1, 2, 3, . . . , p)

Backpropagation e) Setiap unit tersembunyi (Zj, j=1, 2, 3, . . . , p) menjumlahkan delta inputnya (dari unit-unit yang berada pada lapisan di kanannya): untuk menghitung informasi error, kalikan nilai ini dengan turunan dari fungsi aktivasinya: j = _inj f’(z_inj) kemudian hitung koreksi bobot dengan persamaan berikut: vjk = j xi Setelah itu hitung juga koreksi bias dengan persamaan berikut: v 0 j = j

Backpropagation Tahap Perubahan Bobot dan Bias f) Setiap unit output (Yk, k=1, 2, 3,

Backpropagation Tahap Perubahan Bobot dan Bias f) Setiap unit output (Yk, k=1, 2, 3, . . . , m) dilakukan perubahan bobot dan bias (j=0, 1, 2, . . . , p) dengan persamaan berikut: wjk(baru) = wjk(lama) + wjk Setiap unit tersembunyi (Zj, j=1, 2, 3, . . . , p) dilakukan perubahan bobot dan bias (i=0, 1, 2, . . . , n) dengan persamaan berikut: vij(baru) = vij(lama) + vij g) Tes kondisi berhenti

Heteroassociative Memory Jaringan syaraf heteroassociative memory adalah jaringan yang dapat menyimpan kumpulan pengelompokan pola,

Heteroassociative Memory Jaringan syaraf heteroassociative memory adalah jaringan yang dapat menyimpan kumpulan pengelompokan pola, dengan cara menentukan bobot-bobotnya sedemikian rupa. Setiap kelompok merupakan pasangan vektor (s(n), t(n)) dengan n=1, 2, . . . , N. Algoritma pelatihan yang biasa digunakan adalah Hebb rule Algoritma: 1. Inisialisasi semua bobot = 0. 2. Perbaiki bobot dengan persamaan berikut : Wij(baru) = wij(lama) + xi*tj

Heteroassociative Memory 3. Untuk setiap vektor input, kerjakan: * Set input dengan nilai sama

Heteroassociative Memory 3. Untuk setiap vektor input, kerjakan: * Set input dengan nilai sama dengan vektor input: * Hitung input jaringan ke unit output:

Heteroassociative Memory * Tentukan aktivasi dari setiap unit output: (untuk target bipolar) (untuk target

Heteroassociative Memory * Tentukan aktivasi dari setiap unit output: (untuk target bipolar) (untuk target biner)

Bidirectional Associative Memory (BAM) adalah model jaringan syaraf yang memiliki 2 lapisan, yaitu lapisan

Bidirectional Associative Memory (BAM) adalah model jaringan syaraf yang memiliki 2 lapisan, yaitu lapisan input dan lapisan output yang mempunyai hubungan timbal balik antara keduanya. Hubungan ini bersifat bidirectional artinya jika bobot matrik dari sinyal yang dikirim dari lapisan input X ke lapisan output Y adalah W, maka bobot matrik dari sinyal yang dikirim dari lapisan output Y ke lapisan input X adalah WT. Arsitektur jaringan untuk 3 neuron pada lapisan input dan 2 neuron pada lapisan output seperti terlihat pada Gambar berikut.

Bidirectional Associative Memory (BAM)

Bidirectional Associative Memory (BAM)

Learning Vector Quantization (LVQ) adalah suatu metode pelatihan pada lapisan kompetitif terawasi yang akan

Learning Vector Quantization (LVQ) adalah suatu metode pelatihan pada lapisan kompetitif terawasi yang akan belajar secara otomatis untuk mengklasifikasikan vektor-vektor input ke dalam kelas-kelas tertentu. Kelas-kelas yang dihasilkan tergantung pada jarak antara vektor-vektor input. Jika ada 2 vektor input yang hampir sama, maka lapisan kompetitif akan mengklasifikasikan kedua vektor input tersebut ke dalam kelas yang sama.

Pembelajaran Tanpa Supervisi (Jaringan Kohonen) Pertama kali yang memperkenalkan jaringan kohonen adalah Prof. Teuvo

Pembelajaran Tanpa Supervisi (Jaringan Kohonen) Pertama kali yang memperkenalkan jaringan kohonen adalah Prof. Teuvo Kohonen pada tahun 1982. Pada jaringan ini, neuron-neuron pada suatu lapisan akan menyusun dirinya sendiri berdasarkan input nilai tertentu dalam suatu cluster. Dalam proses penyusunan diri, cluster yang dipilih sebagai pemenang adalah cluster yang mempunyai vektor bobot paling cocok dengan pola input (memiliki jarak yang paling dekat).