1102022 General Dilution Ventilation SISTIM VENTILASI PENGENCERAN UDARA

  • Slides: 41
Download presentation
1/10/2022 General Dilution Ventilation SISTIM VENTILASI PENGENCERAN UDARA Ir. LATAR MUH. ARIF, MSc 1

1/10/2022 General Dilution Ventilation SISTIM VENTILASI PENGENCERAN UDARA Ir. LATAR MUH. ARIF, MSc 1

1. 2. 3. 4. 5. PERSAMAAN VENTILASI PENGENCERAN UDARA MENGHTUNG KOSENTRASI KONTAMINAN / Contaminant

1. 2. 3. 4. 5. PERSAMAAN VENTILASI PENGENCERAN UDARA MENGHTUNG KOSENTRASI KONTAMINAN / Contaminant Concentration Build Up NILAI AMBANG BATAS/MIIXTURES- DILUTION VENTILASI PENGENCERAN UDARA UNTUK LEDAKAN BAHAYA KEBAKARAN DAN LEDAKAN VENTILASI CONTOL DAN SISTEM ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Modul-3, Sistim Ventilasi Pengencran udara 2

v Keterbatasan untuk sistim ventilasi pengenceran udara adalah: Jumlah kontaminan yang dihasilkan tidak terlalu

v Keterbatasan untuk sistim ventilasi pengenceran udara adalah: Jumlah kontaminan yang dihasilkan tidak terlalu besar, dengan laju aliran udara yang diperlukan untuk pengenceran tidak praktis. v Pekerja harus berada pada jarak yang tepat dari sumber kontaminan , dan harus dalam konsentrasi yang cukup rendah sehingga pekerja tidak akan memiliki eksposur yang melebihi NAB yang ditetapkan. v Toksisitas kontaminan harus rendah. v Tingkat emisi kontaminan harus cukup seragam ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Umumnya digunakan untuk mengontrol uap dari cairan organik dengan NAB 100 ppm , atau bds 1/10/2022 KENYAMANAN KESEHATAN

Rate of accumulation = Rate of generation – Rate of removal Vd. C =

Rate of accumulation = Rate of generation – Rate of removal Vd. C = G. dt – Q’. C. dt dimana : ……………. . . 4. 1 V = volume ruang G = generation rate Q’ = efektif volumetric, flow rate C = kosentrasi gas atau uap t = waktu ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Tingkat akumulasi = tingkat generatioan - tingkat penghapusan 1/10/2022 4. 1. PERSAMAAN

Untuk kosentrasi (C) konstan, dan generation rate (G), dideferensialkan sebagai berikut , G(t 2

Untuk kosentrasi (C) konstan, dan generation rate (G), dideferensialkan sebagai berikut , G(t 2 - t 1) = Q’. C (t 2 - t 1) . . 4. 2 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L d. C = 0, maka ----- G. dt = Q’. C. dt, dari persamaan integrasi dapat ditulis, 5

. . . . dimana , Q’ = efektif laju alir, cfm Q =

. . . . dimana , Q’ = efektif laju alir, cfm Q = aktual vintilation rate, cfm K = faktor keamanan (K = 1 - 10) . . . . K- Faktor keamanan lihat gambar 4. 4 4. 3 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Dalam hal apapun, penggunaan rumus di atas membutuhkan pengetahuan yang cukup tepat nilai-nilai dan K yang harus digunakan,

dimana , Q’ = efektif laju alir, cfm Q = aktual vintilation rate, cfm

dimana , Q’ = efektif laju alir, cfm Q = aktual vintilation rate, cfm K = faktor keamanan (K = 1 - 10) Kosenderasi K faktor, memiliki makna sbb ; 1. Angka faktor K antara 1 s/d 10 (gambar, 2. Toxit solvent ; Rendah : Sedang : Tinggi : 1/10/2022 4. 1) TLV > 500 ppm TLV 100 = 500 ppm TLV < 100 ppm ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L

ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Gambar, 4. 1 -Figure Suggested K factors for

ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Gambar, 4. 1 -Figure Suggested K factors for inlet and exhaust locations

1. Sebuah nilai K antara 1 dan 10 (gambar, 4. 1) harus dipilih sebagai

1. Sebuah nilai K antara 1 dan 10 (gambar, 4. 1) harus dipilih sebagai fungsi dari kemanjuran campuran udara di ruang yang diberikan, dari toksisitas pelarut (semakin kecil, semakin besar nilai K akan), dan setiap keadaan lain yang dianggap relevan oleh (ACGIH), antara lain, mengutip lamanya proses, siklus dari operasi dan lokasi yang biasa para pekerja sehubungan dengan sumber-sumber emisi polutan, jumlah sumber-sumber dan lokasi mereka di ruang diberikan, musiman perubahan jumlah ventilasi alami dan pengurangan diantisipasi dalam keberhasilan fungsional dari peralatan ventilasi sebagai kriteria menentukan lain. 2. Jumlah polutan yang dihasilkan mungkin cukup sering diperkirakan dengan jumlah bahan tertentu yang dikonsumsi dalam proses yang menghasilkan polutan. Jadi, dalam kasus pelarut, jumlah yang digunakan menjadi indikasi yang baik dari jumlah maksimum yang dapat ditemukan di lingkungan. 3. Sebagaimana ditunjukkan di atas, nilai K harus ditentukan sebagai fungsi dari kemanjuran campuran udara di ruang yang diberikan. Nilai ini akan, oleh karena itu, lebih kecil berbanding lurus dengan seberapa baik estimasi adalah menemukan konsentrasi polutan yang sama pada setiap titik dalam ruang yang diberikan. Hal ini, pada gilirannya, akan tergantung pada bagaimana udara didistribusikan dalam ruang yang sedang ventilasi. 4. Menurut kriteria ini, nilai minimum K harus digunakan bila udara disuntikkan ke ruang dalam mode didistribusikan (dengan menggunakan sidang pleno, misalnya), dan ketika injeksi dan ekstraksi udara di ujung berlawanan dari ruang yang diberikan. ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Faktor keamanan - K, di mana dan memiliki makna : 9

5. Toxit solvent ; Rendah Sedang Tinggi : : : TLV > 500 ppm,

5. Toxit solvent ; Rendah Sedang Tinggi : : : TLV > 500 ppm, atau bds TLV 100 = 500 ppm, atau bds TLV < 100 ppm, atau bds 1/10/2022 Menurut kriteria ini, nilai minimum K harus digunakan bila udara disuntikkan ke ruang dalam mode didistribusikan (dengan menggunakan sidang pleno, misalnya), dan ketika injeksi dan ekstraksi udara di ujung berlawanan dari ruang yang diberikan. ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L 4. 10

Konsentrasi gas atau uap pada kondisi mapan dapat dinyatakan oleh persamaan material, rekomendasi teknis

Konsentrasi gas atau uap pada kondisi mapan dapat dinyatakan oleh persamaan material, rekomendasi teknis seperti nilai-nilai ambang batas (NAB) , (TLV- ACGIH), yang merekomendasikan bahwa tingkat ventilasi dihitung dengan rumus G = 403 x SG x ER MW dimana ; ------- 4. 4 G = generation rate SG = berat jenis ER = tingkat emisi, liter/menit MW = berat melekul 403 = nilai yang ditetapkan, cairan gas STP ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L 4. 2. MENGHTUNG KOSENTRASI 11

Q’ = 403 x 106 x SG x ER MW x C C -------

Q’ = 403 x 106 x SG x ER MW x C C ------- 4. 5 = Konsentasi gas atau uap, (TLV/NAB) ppm/bds ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Untuk, 12

Metil Clorofom menguap dari tangki pada tingkat 1, 5 per 60 menit. Temukan aliran

Metil Clorofom menguap dari tangki pada tingkat 1, 5 per 60 menit. Temukan aliran udara ; (i) Q’ efektif aliran udara dan (ii) aktual ventilation rate Q yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat pemaparan di bawah TLV/NAB? . Solusi: TLV (Metil Clorofom) = 350 ppm, SG = 1, 32 , MW = 133, 4 K - diasumsikan ( K = 5) Mengingat: - ER = 1, 5/60 liter /menit Q’ = 403 x 106 x SG x ER MW x C Q ' = (403)(10 6 )(1, 32)(1, 5/60) = 285 cfm (133, 4)(350) ii) Actual flow rate ----- Q = Q‘ * K Q = (285)*5 = 1425 cfm ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Masalah -1 :

Metil Klorida menguap dari tangki pada tingkat 0, 24 cfm. Tentukan besarnya aliran udara

Metil Klorida menguap dari tangki pada tingkat 0, 24 cfm. Tentukan besarnya aliran udara (Q ) yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat pemaparan di bawah 50 bds= bagian dalam sejuta (bagian uap atau gas perjuta volume dari udara yang terkontaminan) Penyelesaian , Q '= (403 * 10 6 * SG * ER) (MW * C) Actual flow rate Q = Q' * K * , dimana , Q’ = efektif laju alir, dalam cfm Q = aktual vintilation rate, dalam cfm K = faktor keamanan (K = 1 - 10) SG = berat jenis ER = tingkat emisi, dalam liter/menit MW = berat melekul C = kosentari gas atau uap, dalam ppm atau bds ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Contoh Masalah- 2 : 14

NAB = 50 bds (NAB Permennakertrans No. Per 13. /MEN/X/2011 tahun 2011) MW =

NAB = 50 bds (NAB Permennakertrans No. Per 13. /MEN/X/2011 tahun 2011) MW = berat melekul = 50, 49 SG = berat jenis =1, 785 Mengingat: ER = 0, 24 cfm = 0, 24 * 59, 85 liter / menit = 14, 36 liter / min Q '= (403 * 10 6 * 1, 785 * 14, 36) / (50, 49 * 50) = 4, 092 * 10 6 cfm K- diamsusikan sebesar 5 Q = 4, 092 * 10 6 * 5 =20, 46 * 10 6 cfm ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Untuk Metil Klorida, no. Gas ; Metil Klorida (74 -87 -3) Dampak, gannguan sistim saraf pusat, kerusakan di hati dan ginjal, kerusakan di saluran tentis, efek teratogenik 15

Perubahan Kosentrasi Kontaminan Kosentrasi kontaminan lihat grafik gambar, 4. 2 dengan selang waktu t

Perubahan Kosentrasi Kontaminan Kosentrasi kontaminan lihat grafik gambar, 4. 2 dengan selang waktu t 1 ke t 2 (t 1 = awal waktu, dalam menit, t 2 = waktu akhir, dalam menit) terjadi perubahan kosentasi C 1 ke C 2 ( C 2 = akhir konsentrasi dalam ppm , C 1= awal konsentrasi dalam ppm) dihitung secara deferensial sebagai berikut : ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L 4. 3. 16

Untuk C 1= 0, persamaan 4. 7, menjadi persamaan 4. 8 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING,

Untuk C 1= 0, persamaan 4. 7, menjadi persamaan 4. 8 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Untukmengitung selang waktu t 2 – t 1, atau t, dilihat persamaan 4. 7 17

C 2, adalah penumpukan konsentrasi dalam ppm atau parts/10 6 (misalnya jika ppm y,

C 2, adalah penumpukan konsentrasi dalam ppm atau parts/10 6 (misalnya jika ppm y, gunakan y/106) Untu nilai-nilai faktor K, digunakan persamaan, Δt = K * (V / Q) * ln [G / {G – (Q / K) * C 2 }] . . . 4. 10. a ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L selang waktu t 2 – t 1, atau t dan C 1 = 0 18

Konsentrasi awal adalah nol di ruang volume 4. 500 m 3. . Sebuah sumber

Konsentrasi awal adalah nol di ruang volume 4. 500 m 3. . Sebuah sumber toluena dioperasikan selama setengah jam dengan laju aliran udara 1, 0 cfm. Temukan laju alir sehingga konsentrasi tidak melebihi NAB= 50 bds. Gunakan rasio pencampuran K= 4. 1/10/2022 Contoh Masalah- 3 Untuk awal konsentrasi awal nol, selama setengah jam atau 30 menit, dihitung sebagai berikut , Δt = K * (V / Q) * ln [G / {G – (Q / K) * C 2 }] Dimana K - adalah faktor untuk pencampuran tidak lengkap, V - adalah volume dalam kaki ³atau ft³, Q - adalah laju alir aktual dalam cfm, G - adalah tingkat generasi dalam cfm C 2 - adalah penumpukan konsentrasi dalam ppm atau parts/10 jika ppm y, gunakan y/10 6) 6 (misalnya ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Penyelesaian , 19

Tingkat generasi (G), dihitung dengan persamaan ; G = (403 * 10 6 *

Tingkat generasi (G), dihitung dengan persamaan ; G = (403 * 10 6 * SG * ER) / (MW * C 2 ) Mengingat : V = 4500 m³ = 158916 ft³ C 2 = 50 bds, ER = 1 cfm = 59, 85 liter / min K=4 Δt = 30 menit G = (403 * 10 6 * 0. 866 * 59. 85) / (92. 13 * 500) = 4, 534 * 10 6 cfm Oleh karena itu, Δt = K * (V / Q) * ln [G / {G – (Q / K) * C 2 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Untuk toluena, Dampak iritasi pada kulit berat jenis ---SG = 0, 866, bearat molekul ------ MW = 92, 13 NAB = 50 bds (NAB Permennakertrans No. Per 13. /MEN/X/2011 tahun 2011) }] 30 = 4 * (158916 / Q) * ln [ 4, 534 * 10 6 / { 4, 534 * 10 6 – (Q / 4) * 50 ) } ] 30 =635664/Q * ln [ 4, 534 * 10 6 / (4, 534 * 10 6 – 1, 25 Q * 10 -5 ) Q - trial and error 20

Konsentrasi awal adalah nol, pada volume ruang 4. 500 m 3. . Sebuah sumber

Konsentrasi awal adalah nol, pada volume ruang 4. 500 m 3. . Sebuah sumber toluena dioperasikan selama setengah jam dengan laju 1, 0 cfm. Temukan laju alir (Q), sehingga konsentrasi tidak melebihi TLV =100 ppm. Gunakan rasio pencampuran Solusi: Untuk awal konsentrasi nol, konsentrasi membangun waktu di menit diberikan oleh Δt = K * (V / Q) * ln [G / {G – (Q / K) * C 2 }] Dimana K, - adalah faktor untuk pencampuran tidak lengkap, V, - adalah volume, ft³, Q, - adalah laju alir aktual, cfm, G, - adalah tingkat generasi, cfm C 2, - adalah penumpukan konsentrasi dalam ppm atau parts/10 6 (misalnya jika ppm y, gunakan y/10 6) ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Masalah -4 : 21

G = (403 * 10 6 * SG * ER) (MW * C 2

G = (403 * 10 6 * SG * ER) (MW * C 2 ) Untuk toluena, SG = 0, 866, MW = 92, 13 Mengingat: - V = 4500 m³ = 158916 ft³ TLV= C 2 = 100 ppm, ER = 1 cfm = 59, 85 liter / min K=4 Δt = 30 menit G = (403 * 10 6 * 0. 866 * 59. 85) (92. 13 * 100) = 2. 267 * 10 6 cfm ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Juga, G - adalah tingkat generasi : 22

V = 4500 m³ = 158916 ft³ K=4 Δt = 30 menit G =

V = 4500 m³ = 158916 ft³ K=4 Δt = 30 menit G = 2. 267 * 10 6 cfm Δt = K * (V / Q) * ln [G / {G – (Q / K) * C 30 = 4 * (158916 / Q) * ln [ 2. 267 * 10 Menyelesaikan oleh trial and Q = 0, 455 cfm 6 2 }] / { 2. 267 * 10 6 – (Q / 4) * (100 / 10 6 ) } ] error, ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L digunakan persamaan, 23

G=0 Vd. C = -Q’Cdt d. C/ C = (-Q’/V)dt Integratsi waktu t 1,

G=0 Vd. C = -Q’Cdt d. C/ C = (-Q’/V)dt Integratsi waktu t 1, ke t 2 dan kosentrasi C 1 ke C 2 , pers menjadi ln(C 2 / C 1) = -Q’/V(t 2 -t 1) t 2 - t 1 = -(V/Q’) ln(C 2 / C 1) ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Untuk kasus ini, tingkat generasi kontaminan 1/10/2022 4. 4. Rate of Purging/Pembersihan

Utk waktu t 1=0 , maka t 2 = -(V/Q’) ln(C 2 / C

Utk waktu t 1=0 , maka t 2 = -(V/Q’) ln(C 2 / C 1) = -(V/Q’) ln(C 1 / C 2) Q’= Q/K dimana t 2 = waktu, menit C 1 & C 2, = adalah awal dan akhir kosentrasi dalam ppm ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L t 2 = K(V/Q) ln(C 1 / C 2) 25

Q = (403 * 100 * sp. gr * ER*Sf) , . . .

Q = (403 * 100 * sp. gr * ER*Sf) , . . . . (MW * LEL * B) 4. 12 di mana Q = laju alir actual, cfm ER = tingkat emisi dalam liter / menit, MW = adalah berat molekul, LEL = (lower explosive limit) adalah batas ledakan lebih rendah dalam %, B = adalah konstan, B=1 untuk upto suhu 250 F, B=0, 7 untuk F. > suhu 250 F Sf = safety faktor adalah 10 sp. gr = specific gravity ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L 4. 5. VENTILASI PENGENCERAN UDARA UNTUK BAHAYA KEBAKARAN DAN LEDAKAN 26

Hitung pengenceran ventilasi untuk ledakan bahaya kebakaran 350 F, selama 60 menit, untuk 2

Hitung pengenceran ventilasi untuk ledakan bahaya kebakaran 350 F, selama 60 menit, untuk 2 liter xylene di berikan : LEL = 1%; MW = 106; B = 0, 7; sp. gr. = 0, 88 ; Sf = 10. Solusi: Q = (403 * 100 * sp. gr * ER* Sf) (MW * LEL * B) Q = (403)(100)( 0. 88)(2/60)(10) = 159 cfm (106)(1)(0. 7) ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Masalah - 5: 27

QA = (cfm. STP)(ratio of absolute temperature) = (cfm. STP) {(460 F+350 F)/(460 F+70

QA = (cfm. STP)(ratio of absolute temperature) = (cfm. STP) {(460 F+350 F)/(460 F+70 F)} = 159 (810/530) = 243 cfm ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L 70 0 F – 350 0 F (kondisi operasi) (cfm. STP) = Q 28

Apabila terdapat lebih dari satu bahan kimia berbahaya yang bereaksi terhadap sistim atau organ

Apabila terdapat lebih dari satu bahan kimia berbahaya yang bereaksi terhadap sistim atau organ yang sama, di suatu lingkungan kerja, maka kombinasi pengaruhnya perlu diperhatikan, efek gabungan mereka dikenal sebagai efek aditif harus diberikan pertimbangan utama. Nilai Ambang Batas (NAB) ampuran dari bahan kimia tersebut, dapat diketahui dengan menghitung dari jumlah perbandingan diantara kadar Nilai Ambang Batas (NAB) masing dengan rumus- rumus sebagai berikut (C 1/NAB 1) + (C 2/NAB 2) +… (Cn/NABn) =. . . . 4. 13 Atau, NILAI AMBANG BATAS CAMPURAN 4. 6. Nilai Ambang Batas Campuran (C 1/TLV 1) + (C 2/TLV 2) +……… (Cn/TLVn) > 1 C = observed atmospheric concentration TLV = corresponding threshold limit 29

Keadaan umum, (Permennakertrans Nomor PER. 13/MEN/X/2011 TAHUN 2011, tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika

Keadaan umum, (Permennakertrans Nomor PER. 13/MEN/X/2011 TAHUN 2011, tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja) (C 1/NAB 1) + (C 2/NAB 2) +……… (Cn/NABn) > 1 Contoh 1. a Udara mengandung 400 bds Aseton (NAB=750 bds), 150 bds Butil asetat sekunder (NAB=200 bds), dan 100 bds Metil keton (NAB=200 bds). (C 1/NAB 1) + (C 2/NAB 2) +……… (Cn/NABn) > 1 = (400/750) + (150/200) + (100/200) = 0, 53 + 0, 75 + 0, 5 = 1, 78 =(> 1, maka terlampaui) ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L 1. Efek saling menambah Dengan demikian kadar bahan kimia campuran tersebut diatas telah melampaui NAB campuran, karena hasil dari rumus lebih besar dari 1 (satu). 30

Kasus Khusus Yang dimaksudkan dengan kasus khusus, yaitu sumber kontaminan adalah suatu zat cair

Kasus Khusus Yang dimaksudkan dengan kasus khusus, yaitu sumber kontaminan adalah suatu zat cair dan komposisi bahan-bahan kimia diudara dianggap sama degan komposisi campuran diketahui dalam % (persen) berat, sdangkan NAB campuran dinyatakan dalam milligram per meter kubik (mg/m 3) NABcampuran = [{1/ (fa/NABa) + (fb/NABb) + ……. . (fn/NABn)}] Contoh 1. b Zat cair mengandung 50 % heptan (NAB= 400 bds atau 1640 mg/m 3), 30 % metil kloroform (NAB=350 bds atau 1910 mg/m 3), 20 % perkloroetelin (NAB= 25 bds atau 170 mg/m 3). NABcampuran = [{1/ (0, 5/1640) + (0, 3/1910) + (0, 2/170)}] = [{1/ (0, 00030) + (0, 00016) + (0, 00018)}] ={1/ (0, 00164)} = 610 mg/m 3 50 % atau (610)(0, 5) mg/m 3 = 305 mg/m 3 heptan = 73 bds 30 % atau (610)(0, 3) mg/m 3 = 183 mg/m 3 metil kloroform = 33 bds 20 % atau (610)(0, 2) mg/m 3 = 122 mg/m 3 Perkloroetelin = 18 bds NABcampuran ; 73 + 33 + 18 = 124 bds atau 610 mg/m 3 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L 2. 31

NABcampuran (C 1/NAB 1 = 1) : (C 2/NAB 2 = 1) : …

NABcampuran (C 1/NAB 1 = 1) : (C 2/NAB 2 = 1) : … (Cn/NABn = 1) > 1 Contoh 1. c Udara mengandung 0, 15 mg/m 3 Pb (NAB = 0, 15 mg/m 3) dan 0, 07 mg /m 3 H 2 SO 4 (NAB = 1 mg. m 3). Apakah melebihi Nilai Ambang Batas untuk campuran? NAB campuran = {(0. 15 / 0. 15) = 1} : {(0. 07 / 1) = 1} = 0, 7 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L 3. Berefek sendiri-sendiri Dengan demikian NAB campuran belum dilampui 32

 s = (M – W) + C + R - E Dimana :

s = (M – W) + C + R - E Dimana : s = change in body heat content (M-W) = total metabolism C = convection heat exchange R = radiative heat exchange E =evaporative heat loss C and R are positive if delta s increases in heat Data required: Measurement of metabolic heat production Air temperature Air water vapor pressure Wind velocity Mean radiant temperature ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L 4. 7. Heat Balance and Exchange/ pertukaran panas 33

Convection Radiation Evaporation 1. Convection C = 0. 65 Va 0. 6 (ta-tsk) ETAPRIMA

Convection Radiation Evaporation 1. Convection C = 0. 65 Va 0. 6 (ta-tsk) ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L 4. 8. Methods of Heat Exchange dimana C = convective heat exchange, Btu/h Va = air velocity, fpm ta = air temperature, F tsk = mean weighted skin temperature, usually assumed to be 95 F 34

2. Radiation R = 15. 0 (tw - tsk) dimana: R = radiant heat

2. Radiation R = 15. 0 (tw - tsk) dimana: R = radiant heat exchange , Btu/hr tw = mean radiant temperature, F tsk = mean weighted skin temperature(usually 95 F) ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Methods of Heat Exchange 35

3. Evaporation E = 2. 4 Va 0. 6(ρsk - ρa) dimana: E =

3. Evaporation E = 2. 4 Va 0. 6(ρsk - ρa) dimana: E = evaporative heat loss, Btu/h Va = air velocity, fpm ρa = water vapor pressure of ambient air, mm Hg ρsk= water vapor pressure on the skin, (assumed to be 42 mm Hg at a 95 F skin temperature) ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Methods of Heat Exchange 36

Heat stroke gangguan pada fungsi saraf pusat Kurangnya berkeringat Suhu rektal> 410 C Pengobatan

Heat stroke gangguan pada fungsi saraf pusat Kurangnya berkeringat Suhu rektal> 410 C Pengobatan Menempatkan pasien di daerah teduh Melepaskan pakaian luar Pembasahan kulit Meningkatkan pergerakan udara Bantuan profesional 1/10/2022 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L Gangguan akut Panas

Rumus yang digunakan untuk pengukuran dalam gedung (Indoor) ISBB = 0. 7 SBA +

Rumus yang digunakan untuk pengukuran dalam gedung (Indoor) ISBB = 0. 7 SBA + 0. 3 SG Rumus yang digunakan dengan memperhatikan radiasi sinar matahari (Outdoors), umumnya pengukuran dilakukan diluar gedung ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L ISBB = 0. 7 SBA + 0. 2 SG + 0. 1 SK 38

Volumetric flow diestimasikan dengan persamaan sebagai berikut ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L SISTEM

Volumetric flow diestimasikan dengan persamaan sebagai berikut ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M. ARIEFF. L SISTEM VENTILASI 39

DAFTAR PUSTAKA 2. 3. 4. 5. 6. 7. NIOSH, Occupational Diseases - A Guide

DAFTAR PUSTAKA 2. 3. 4. 5. 6. 7. NIOSH, Occupational Diseases - A Guide to their Recognition, in Publication No 77181. 1977. 2, . ACGIH, Industrial Ventilation a manual of recommended practice. 22 ed. 5, . ACGIH Industri Ventilasi manual praktek yang disarankan. 22 ed. ACGIH; 1995. Kang SK, Lee MY, Kim TK, Lee JO, Ahn YS. 7, . Kang SK Lee MY, TK Kim, Lee JO, YS Ahn. Occupational exposure to benzene in South Korea. Chem Biol Interact. 2005: 153– 4. Paik NW, Yoon CS, Zoh KE, Chung HM. 9, Paik. NW CS Yoon Zoh EK, , Chung HM. A study of component of thinners using in Korea. J Korean Soc Occup Environ Hyg. 1998; 8 : 105– 14. Lee KS, Kwon HW, Han IS, Yu IJ, Lee YM. 10 KS. Lee, HW Kwon, Han IS, Yu IJ, YM Lee. A study on the reliability of material safety data sheets for paint thinner. J Korean Soc Occup Environ Hyg. 2003; 13 : 261– 72. Aksoy M, Erdem S, Dincol G. Types of leukemia in chronic benzene poisoning: A study in thirty-four patients. Acta Haematol. 1976; 55 : 65– 72. ACGIH, Recommended Threshold Limit Values for Work Environment. ACOGI Hygienists, editor. 2005. ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING CONCULTANS 1. 40

ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING CONCULTANS 1/10/2022 Terima Kasih

ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING CONCULTANS 1/10/2022 Terima Kasih