Disusun Oleh Aldi Ramdhan 55514110051 Anwar Syam 55514110046

  • Slides: 22
Download presentation
Disusun Oleh: Aldi Ramdhan (55514110051) Anwar Syam (55514110046) Jawoto (55514110034) Patikkos Siahaan (55514110019) Redaktur

Disusun Oleh: Aldi Ramdhan (55514110051) Anwar Syam (55514110046) Jawoto (55514110034) Patikkos Siahaan (55514110019) Redaktur Wau (55514110057)

Memberikan pemahaman tentang biaya serta penggolongannya. Menjelaskan tentang Variable Costing. Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan

Memberikan pemahaman tentang biaya serta penggolongannya. Menjelaskan tentang Variable Costing. Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan dari Variable Costing. Menjelaskan tentang manfaat dari Variable Costing. Menerangkan perbedaan antara Variable Costing dan Full Costing. Menjelaskan tentang Cost of Quality. Memberikan pemahaman tentang metode pengukuran Cost of Quality. Memberikan pemahaman tentang Sustainability.

Variable Costing disebut juga Direct Costing. Adalah suatu proses akumulasi harga pokok yang hanya

Variable Costing disebut juga Direct Costing. Adalah suatu proses akumulasi harga pokok yang hanya menghitung biaya produksi variabel (bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead variable). Jadi, seluruh biaya variabel dikumpulkan untuk menghitung contribution margin. Variable costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode variable costing terdiri dari: Biaya bahan baku Rp. xxx Biaya tenaga kerja variabel Rp. Xxx Biaya overhead pabrik variabel Rp. Xxx Harga pokok produk Rp. xxx

Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku

Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusannya. Oleh karena itu, metode variable costing yang menghasilkan laporan rugi-laba yang menyajikan informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek.

Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan

Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan, period costs tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Variable costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka pendek.

 Data yang akan digunakan untuk melakukan analisis biayavolume-laba dapat diambil langsung dari laporan

Data yang akan digunakan untuk melakukan analisis biayavolume-laba dapat diambil langsung dari laporan laba rugi yang disusun dengan format kontribusi. Data-data tersebut tidak tersedia apabila laporan laba rugi disusun dengan pendekatan konvensional. Dengan menggunakan variable costing, laba periodik tidak dipengaruhi oleh tingkat persediaan. Dengan asumsi halhal lain tetap (harga jual, biaya, bauran penjualan dan sebagainya) laba akan searah dengan penjualan apabila menggunakan variable costing. Manajer selalu mengasumsikan bahwa biaya produksi per unit adalah biaya variabel. Hal ini akan menjadi masalah dalam pendekatan absorption costing, karena biaya produksi per unit adalah kombinasi biaya variabel dan biaya tetap. Dengan menggunakan variable costing, biaya produksi per unit tidak mengandung biaya tetap.

 Dampak biaya tetap terhadap laba lebih ditekankan dalam variable costing, dan pendekatan kontibusi.

Dampak biaya tetap terhadap laba lebih ditekankan dalam variable costing, dan pendekatan kontibusi. Jumlah total biaya tetap dinyatakan secara eksplisit dalam laporan labarugi. Dengan menggunakan absorption costing, biaya tetap dicampur dengan biaya tetap dan dialokasikan ke harga pkook penjualan dan persediaan. Data variable costing memudahkan estimasi tingkat profitabilitas produk, konsumen dan segmen bisnis yang lain. Dengan absorption costing, profitabilitas tampak samar-samar karena alokasi biaya tetap yang arbitrer. Variable costing berkaitan dengan metode pengendalian biaya seperti biaya standart dan anggaran fleksibel. Laba bersih berdasarkan variable costing lebih dekat dengan aliran kas bersih dibandingkan dengan laba bersih berdasarkan absorption costing. Hal ini akan sangat penting untuk perusahaan yang mengalami masalah aliran kas.

 Selain karena tradisi, absorption costing masih dipakai karena telah memberikan gambaran pandangan biaya

Selain karena tradisi, absorption costing masih dipakai karena telah memberikan gambaran pandangan biaya dan pendapatan di mata akuntan dan manajer. Absorption costing memiliki argumen bahwa seluruh biaya produksi harus dibebankan ke produk untuk menaningkan secara tepat biaya produksi dengan pendapatan yang diperoleh dari unit yang terjual. Biaya tetap seperti penyusutan, pajak, asuransi, gaji supervisor, dan sebagainya bersifat esenial terhadap biaya produksi dan diperlakukan sebagai biaya variabel. Varable costing berpendapat bahwa biaya produksi tetap bukanlah biaya dari unit produksi tertentu. Biaya tersebut terjadi untuk mencapai kapasitas untuk membuat produk selama periode tertentu dan tetap akan terjadi meskipun tidak ada aktivitas produksi. Oleh karena itu para penganjur variable costing berpendapat bahwa biaya produksi tetap bukanlah bagian dari biaya produksi unit tertentu dan prinsip matching menyatakan bahwa biaya produksi tetap harus dibebankan pada periode berjalan.

� Pada tingkat tertentu, absorbtion costing diterima sebagai metode yang digunakan untuk menyiapkan laporan

� Pada tingkat tertentu, absorbtion costing diterima sebagai metode yang digunakan untuk menyiapkan laporan eksternal yang diwajibkan dan laporan pajak penghasilan. Dengan alasan biaya dan kemungkinan kebingungan untuk membuat sistem costing ganda, kebanyakan perusahaan menggunakan absorption costing untuk laporan eksternal dan internal.

Metode variable costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim, sehingga laporan keuangan

Metode variable costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim, sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas dasar metode full costing, jika biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam harga pokok persediaan dan harga pokok penjualan akan menghasilkan informasi harga pokok produk yang tidak wajar. Biaya overhead pabrik tetap, seperti halnya dengan biaya overhead pabrik variabel diperlukan untuk memproduksi dan oleh karena itu menurut metode full costing memang lebih ditunjukkan untuk memenuhi informasi bagi kepentingan intern perusahaan. Kelemahan ini dapat diatasi dengan mudah oleh metode variable costing dengan cara mengubah laporan rugi-laba variable costing ke dalam laporan rugi-laba full costing seperti telah diuraikan di muka.

� Pendapatan kotor marjinal dan laba kotor � Marjin kontribusi � Biaya persediaan �

� Pendapatan kotor marjinal dan laba kotor � Marjin kontribusi � Biaya persediaan � Laba bersih operasional

 Hasil penjualan Dikurangi Biaya-biaya Variabel: Biaya produksi variable Biaya pemasaran variable Biaya adm.

Hasil penjualan Dikurangi Biaya-biaya Variabel: Biaya produksi variable Biaya pemasaran variable Biaya adm. & umum variable Biaya Variabel Laba kontribusi Dikurangi Biaya Tetap: Biaya produksi tetap Biaya pemasaran tetap Biaya Adm & umum tetap Total Biaya Tetap Laba Bersih Usaha Rp. 600. 000 Rp. Rp. 150. 000 60. 000 30. 000 240. 000 Rp. 360. 000 Rp. Rp. 100. 000 75. 000 30. 000 205. 000 Rp. 155. 000

Biaya mutu (Quality cost) adalah biaya yang bersangkutan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan

Biaya mutu (Quality cost) adalah biaya yang bersangkutan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan produk cacat. Biaya mutu diperlukan oleh manajemen dalam melakukan perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan tentang mutu produk. Manajemen perlu memahami biaya mutu (quality cost) yang merupakan biaya yang terjadi karena adanya atau kemungkinan mutu produk yang rendah. Biaya mutu (Cost of quality) adalah biaya yang ditimbulkan karena mungkin atau telah dihasilkan produk yang jelek mutunya. (Hansen, 1997: 7) Definisi ini mengimplikasikan bahwa biaya mutu berhubungan dengan dua sulbkategori dari kegiatan terkait dengan mutu: kegiatan pengendalian dan kegiatan produk gagal (kegiatan kegagalan).

Biaya pencegahan (Prevention Cost) adalah Biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya cacat dalam produk

Biaya pencegahan (Prevention Cost) adalah Biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya cacat dalam produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaa /biaya-biaya yang berhubungan dengan upaya pencegahan kegagalan internal maupun eksternal. Contoh: perencanaan kualitas, tinjauan ulang produk baru, pengendalian proses, pelatihan dan audit kualitas. Biaya penilaian (Appraisal Cost) yaitu : biaya yang dikeluarkan untuk menentukan apakah produk & jasa sesuai (derajat konformansi) dengan persyaratan kualitas (spesifikasi yang ditetapkan).

Contoh biaya penilaian: inspeksi dan pengujian kedatangan material, inspeksi dan pengujian produk dalam proses,

Contoh biaya penilaian: inspeksi dan pengujian kedatangan material, inspeksi dan pengujian produk dalam proses, audit kualitas produk, pemeliharaan akurasi peralatan pengujian, evaluasi stock. Biaya kegagalan intern (internal failure costs) yaitu : biaya-biaya yang berhubungan dengan kesalahan atau terjadinya ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi mutu yang telah ditetapkan namun sudah dapat ditemukan (dideteksi) sebelum produk sampai ke konsumen. Contoh scrap, pekerjaan ulang, analisis kegagalan inspeksi ulang dan pengujian ulang dan down grading

�Biaya kegagalan eksternal (eksternal failure costs) yaitu : biaya-biaya yang berhubungan dengan kesalahan atau

�Biaya kegagalan eksternal (eksternal failure costs) yaitu : biaya-biaya yang berhubungan dengan kesalahan atau terjadinya ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi mutu yang telah ditetapkan namun sudah dapat ditemukan (dideteksi ) setelah produk sampai ke konsumen. Contoh jaminan, penyelesaian keluhan, produk dikembalikan dan allowances.

 Metode Pengganda Mengasumsikan bahwa total biaya produk gagal adalah beberapa kali lipat dari

Metode Pengganda Mengasumsikan bahwa total biaya produk gagal adalah beberapa kali lipat dari biaya produk gagal yang diukur: Total biaya produk gagal = £ (biaya produk gagal eksternal yang diukur). Dimana k adalah angka pengganda. Metode Penelitian Pasar Digunakan untuk menilai pengaruh mutu yang jelek terhadap penjualan dan pangsa pasar. Hasil penelitan pasar dapat digunakan untuk memperkirakan hilangnya laba dimasa depan akibat mutu yang jelek.

 Fungsi Rugi Mutu Taguchi Definisi tanpa cacat tradisional mengasumsikan bahwa biaya mutu yang

Fungsi Rugi Mutu Taguchi Definisi tanpa cacat tradisional mengasumsikan bahwa biaya mutu yang tersembunyi hanya terjadi atas unit-unit yang menyimpang jauh dari batas spesifikasi atas dan bawah. Rumus Taguchi : L (Y) = k(y-T)2 Di mana : K = (Konstanta), konstanta proporsionalitas yang besarnya tergantung pada struktur biaya produk gagal eksternal. Y = (Yield), nilai aktual dari karakteristik mutu T = (Target), nilai target dari karakteristik mutu L = (Loss), rugi mutu

Hubungannya dengan ISO 9004: 1994 Bagian 3 Biaya mutu Operasional : Biaya Pencegahan dan

Hubungannya dengan ISO 9004: 1994 Bagian 3 Biaya mutu Operasional : Biaya Pencegahan dan Pemeriksaan Biaya kesalahan: Kesalahan Internal dan kesalahan External Biaya jaminan mutu external Manajemen kelayakan Ekonomis: biaya mutu, tujuan utama laporan biaya mutu adalah untuk menentukan efektivitas sistem manajemen mutu untuk program peningkatan berkesinambungan.

ISO 9004: 2000 Manajemen harus mempertimbangkan pengembangan pendekatan keuangan yang inovatif untuk mendukung dan

ISO 9004: 2000 Manajemen harus mempertimbangkan pengembangan pendekatan keuangan yang inovatif untuk mendukung dan memotivasi peningkatan. Efektifitas dan efisiensi dari sistem manajemen mutu dapat mempengaruhi keuangan organisasi, contohnya : Internal, melalui kesalahan produk dan proses atau buangan dari bahan baku dan waktu dan Eksternal, melalui kesalahan produk, biaya kompensasi dan jaminan dan biaya kehilangan pelanggan dan pasar. Pelaporan hal-hal tersebut dapat memberikan masukan tentang proses yang tidak efektif dan tidak efesien dan mendorang tindakan perbaikan. Laporan keuangan mengenai kinerja sistem manajemen mutu seharusnya digunakan dalam tinjauan manajemen.

Kuhlman (2010) dalam Rustika (2011: 24) menyatakan bahwa konsep sustainability awal mulanya tercipta dari

Kuhlman (2010) dalam Rustika (2011: 24) menyatakan bahwa konsep sustainability awal mulanya tercipta dari pendekatan ilmu kehutanan. Istilah sustainability berarti suatu upaya untuk tidak akan pernah memanen lebih banyak daripada kemampuan panen hutan pada kondisi normal. Sebuah kata yang berasal dari bahasa Jerman nachhaltigkeit yang berarti keberlanjutan mengandung makna yang berarti upaya untuk melestarikan sumber daya alam untuk masa depan. Menurut US EPA, sustainability atau keberlanjutan didasarkan pada sebuah prinsip sederhana yang dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang kita butuhkan untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan hidup yang secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan alam (www. epa. gov). Keberlanjutan menciptakan dan memelihara sebuah kondisi dimana manusia dan alam dapat hidup secara harmonis, yang memungkinkan memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi dan lainnya dari generasi saat ini dan generasi mendatang. Keberlanjutan sangat penting untuk memastikan bahwa kita akan tetap memiliki sumber daya untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.