PELAYANAN KONTEKSTUAL Pelayanan yang kontekstual adalah pelayanan yang

  • Slides: 10
Download presentation
PELAYANAN KONTEKSTUAL Pelayanan yang kontekstual adalah pelayanan yang disesuaikan dengan orang-orang yang menjadi target

PELAYANAN KONTEKSTUAL Pelayanan yang kontekstual adalah pelayanan yang disesuaikan dengan orang-orang yang menjadi target pelayanan.

Landasan Alkitabiah Paulus: 1 Korintus 9: 19 -23

Landasan Alkitabiah Paulus: 1 Korintus 9: 19 -23

Tuhan Yesus a. Berhadapan dengan Nelayan Matius 13: 47 -52 “Pukat” b. Berhadapan dengan

Tuhan Yesus a. Berhadapan dengan Nelayan Matius 13: 47 -52 “Pukat” b. Berhadapan dengan Petani Matius 9: 37 -38 “Tuaian” Matius 13: 1 -23 “Penabur” Matius 13: 24 -30 “Lalang dan Gandum” Matius 13: 31 -35 “Biji Sesawi” c. Berhadapan dengan Anak-anak

Yohanes 4 “Yesus dengan Perempuan Samaria”

Yohanes 4 “Yesus dengan Perempuan Samaria”

Pdt. Eka Darmaputra dalam bukunya “Konteks Berteologi Di Indonesia” menyatakan tentang “kontekstualisasi” teologi hanya

Pdt. Eka Darmaputra dalam bukunya “Konteks Berteologi Di Indonesia” menyatakan tentang “kontekstualisasi” teologi hanya dapat disebut teologi apabila ia benar-benar kontekstual, mengapa demikian?

Oleh karena pada hakekatnya, teologi tidak lain dan tidak bukan adalah upaya untuk mempertemukan

Oleh karena pada hakekatnya, teologi tidak lain dan tidak bukan adalah upaya untuk mempertemukan secara dialektis, kreatif secara esensial antara “teks” dengan “konteks”, “konteks” antara kerygma (berita) dengan keyataan hidup.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa teologi adalah upaya untuk merumuskan penghayatan iman Kristen pada

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa teologi adalah upaya untuk merumuskan penghayatan iman Kristen pada konteks, ruang dan waktu yang tertentu.

Beberapa ratus tahun yang lalu, saat berita Injil mulai dibawa ke Indonesia, para pemberita

Beberapa ratus tahun yang lalu, saat berita Injil mulai dibawa ke Indonesia, para pemberita Injil dari Eropa bukan hanya menjadi pembawa berita Injil, tetapi juga menjadi pembawa budaya Barat.

Orang-orang Indonesia yang percaya kepada berita Injil harus menyesuaikan diri dengan budaya Barat, sehingga

Orang-orang Indonesia yang percaya kepada berita Injil harus menyesuaikan diri dengan budaya Barat, sehingga kekristenan dikenal sebagai agama Barat, padahal kekristenan sebenarnya berasal dari Timur (Timur Tengah), bukan dari Barat.

Cap kekristenan sebagai agama Barat itu amat merugikan usaha pemberitaan Injil, yaitu bahwa seringkali

Cap kekristenan sebagai agama Barat itu amat merugikan usaha pemberitaan Injil, yaitu bahwa seringkali berita Injil ditolak bukan karena isi beritanya, melainkan karena kekristenan dianggap sebagai tidak cocok bagi orang Timur.