Mengembangkan Sekolah Kristen Pembelajar 1 Bagaimana seharusnya kualitas
Mengembangkan Sekolah Kristen Pembelajar 1
Bagaimana seharusnya kualitas ideal seorang pemimpin? 2
3
Alasan 1: Memimpin itu sulit Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. (Matthew 23: 10) And don’t let anyone call you “Master”, for there is only one master, the Messiah. School master? (Matthew 23: 10) 4
Merasa letih, lesu, berat menghadapi tugas-tugas kepemimpinan? Anda perlu datang kepada Sang Pemimpin dan belajar pada. Nya. . . Marilah kepada. Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu, Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada. Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang enak dan beban. Kupun ringan Kuk (yoke) (Matius 11: 28 -30) 5
Alasan 2: Dunia terus berubah Abad XXI adalah abad informasi & pengetahuan. Perubahan terjadi sangat cepat. Pengetahuan, menurut Drucker (1993), semakin menjadi faktor utama produksi, menyingkirkan modal, sumber daya alam and tenaga kerja. Tetapi pengetahuan berbeda dengan sumber daya yang lain. Pengetahuan menjadi cepat kedaluwarsa, sehingga pengetahuan hari ini tidak lagi berarti untuk hari esok. Olehkarenanya, organisasi & individidu harus terus belajar tanpa henti. 6
Alasan 3: For continuous improvement Tanpa perbaikan & pengembangan diri secara berkelanjutan, kita akan tertinggal. . . dan telah mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya. LEARN (Kolose 3: 10) CHANGE 7
Anda atau Sekolah Anda berada di kuadran mana? Reeves (2006) 8
Achievement of Results Pencapaian Keberhasilan - Kinerja Contoh pencapaian keberhasilan/kinerja sekolah: - Kelulusan 100% dalam Ujian Nasional - Prestasi siswa dalam berbagai lomba tingkat regional, nasional, international - Jumlah calon siswa yang mendaftar -. . . But achieving high results through luck is different from achieving them through professional effectiveness 9
Antecedents of Excellence Faktor-faktor penentu keunggulan dalam 9 -komponen kehidupan sekolah Kepemimpinan & Manajemen Kurikulum & Proses Pembelajaran Keuangan & Pembiayaan Studi Pendidik (guru) & Tenaga Kependidikan Visi & Misi Sekolah Murid Sarana Prasarana Lingkungan & Budaya Para Ortu & Masyarakat 10
Lucky Quadrant Kuadran “Beruntung” Sekolah-sekolah dalam kuadran ini gagal menengarai, bahwa entah boneka, TV, computer game, atau guru yang berkualitas semuanya mampu mencapai hasil belajar yang sama - karena para murid sudah demikian pandai dan rajin sejak pertama kali mereka “datang” ke sekolah. Para kepala sekolah dan guru sekolah-sekolah ini tak mampu menghubungkan praktik-praktik profesional mereka dengan hasil yang dicapai karena mereka tidak tahu bagaimana praktik mereka mempengaruhi hasil capaian. ◦ Lucky is nice while it lasts, but in a fast changing environment, lucky is not enough. 11
Losing Quadrant Kuadran “Kalah” Para guru dan pimpinan sekolah di kuadran ini terjebak dalam sikap dan perilaku orang yang “kalah” bisa menular kepada para siswa Ada kecenderungan melakukan hal yang sama berulang-ulang namun mengharapkan hasil yang berbeda. Menyalahkan korban atau orang lain menjadi budaya sekolah. 12
Learning Quadrant Kuadran “Belajar” Setiap warga sekolah (mulai dari pengurus, kepala sekolah, guru, staf admin, murid, . . . ) memiliki motivasi besar untuk belajar. Sekolah berhasil mengembangkan dan memiliki sistem yang efektif untuk “belajar” dari setiap peristiwa (lessons learned) Sekolah yang belajar mudah diarahkan menjadi sekolah yang inovatif dan akhirnya “leading” Hasil pencapaian/kinerja Sekolah Pembelajar mungkin belum tampak memuaskan, namun sekolah telah memiliki serta menerapkan strategi dan rencana tindakan yang tepat. 13
Leading Quadrant Kuadran “Unggul” Sekolah Pembelajar (the learning school) dengan berkat Tuhan, pada waktu. Nya akan menjadi sekolah yang “unggul” (leading) & menjadi “berkat” Jika kita lebih banyak memfokuskan diri pada upaya menjadikan sekolah kita “leading” daripada “learning”, maka ada godaan untuk menggunakan berbagai cara sah atau tidak sah demi mencapai hasil. ◦ A leading school that stops to LEARN will easily shift from leading to the lucky quadrant. 14
Reeves (2006), The Learning Leader, ASCD 100% 50% 0% -1. 0 0% 0 50% 1. 0 100% 15
16
5 -Disciplines of the Learning School Senge (2000), Schools that Learn Personal Mastery (PM) 2. Mental Models (MM) 3. Shared Vision (SV) 4. Team Learning (TL) 5. Systems Thinking (ST) 1. PM MM ST SV TL 17
PM Personal Mastery Cultivating Individual Aspiration & Awareness 18
Personal Mastery PM Disiplin PERSONAL MASTERY memanggil kita untuk menentukan PILIHAN-PILIHAN. I choose to become. . therefore I dare to take pay the “price” Everybody at school should become a self-motivated person, who knows what he/she is going to do or learn with a passion in his/her heart and from where he/she should start. Self-continuous improvement becomes the school culture. 19
MM Mental Models Becoming More Aware of The Sources of Our Thinking 20
Mental Models MM Sikap dan perilaku kita dibentuk oleh asumsi, persepsi, gambar, kisah yang kita bawa di dalam pemikiran kita tentang diri kita, orang lain, lembaga kita dan setiap aspek kehidupan. Mental models yang keliru bisa membatasi kemampuan kita untuk berubah. 21
SV Shared Vision Fostering commitment to common purpose SLDP & MM Persekolahan www. ypvm. org 22
Shared Vision SV SLDP & MM Persekolahan www. ypvm. org 23
Shared Vision SV Everybody at school has the capacity to develop and hold a shared picture of the future which can bind them together. The school develops a culture of generosity in sharing vision, information, knowledge or opinion in a “healthy” way. 2 Corinthians 9: 13 24
TL Team Learning Transforming our skills of collective thinking 25
Team Learning TL Everybody at school is aware that collective intelligence and effort of a synergized team exceed the sum of intelligence and effort of its individual members. This discipline helps teachers & students to be able to initiate dialogues. They know when they should listen and when they should speak up. I Korintus 12: 12 -31 26
ST System Thinking Developing awareness of complexity, interdependencies, and leverage 27
System Thinking ST Everybody at school learns: - how to handle a complex problem by looking for the root causes of the problem (not just finding a quick fix), - that there is always an interdependency between many components of an inter connected system. 1 Corinthians 2: 10 28
Systems Thinking ST Gejala ? Problem-1 Problem-3 Problem-4 AKAR MASALAH Problem-5 Problem-2 29
Sumber Di sadur dari bahan kuliah “Mengembangkan Sekolah Kristen Pembelajar” oleh Takim Adriono Ph. D (SLDP-MM Ukrida) SLDP & MM Persekolahan www. ypvm. org 30
The Ice Berg ST Gunung Es Events What just happened? Patterns & Trends Have we been here or Place similar before? Systemic Structure What are the forces at play contributing to these patterns? Mental Models What is it about my thinking & everyone’s thinking that causes this structure persist? www. ypvm. org Step 1: Name a critical event (a crisis, a problem) Step 2: Study the patterns & trends Step 3: Reveal the systemic structure Step 4: Develop mental models SLDP & MM Persekolahan 31
Referensi: Peter Senge et al. , (2000), Schools that Learn, A Fifth Discipline Field-book for Educators, Parents, and Everyone Who Cares About Education. Ng, Pak Tee (2005), The Learning School – Innovation & Enterprise. Revees, D (2006), The Learning Leader SLDP & MM Persekolahan www. ypvm. org 32
SLDP & MM Persekolahan www. ypvm. org 33
- Slides: 33