PRANATA SOSIAL Pengertian Pranata Sosial Ciriciri Umum Pranata

  • Slides: 22
Download presentation
PRANATA SOSIAL Pengertian Pranata Sosial Ciri-ciri Umum Pranata Sosial Pertumbuhan Pranata Sosial Tipe Pranata

PRANATA SOSIAL Pengertian Pranata Sosial Ciri-ciri Umum Pranata Sosial Pertumbuhan Pranata Sosial Tipe Pranata Sosial Conformity dan Deviation Cara Mempelajari Pranata Sosial

Pengertian Pranata Sosial Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat

Pengertian Pranata Sosial Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat (Koetjaraninggrat, 1987) Pranata sosial adalah aturan perilaku yang dikukuhkan dengan sangsi oleh anggota masyarakat (Hayami dan Khikuchi, 1987)

CIRI-CIRI PRANATA SOSIAL 1. 2. 3. 4. 5. Berorientasi pada kebutuhan Peran yang dimainkan

CIRI-CIRI PRANATA SOSIAL 1. 2. 3. 4. 5. Berorientasi pada kebutuhan Peran yang dimainkan Adanya upacara Pengawasan sosial Pengakuan karena membudaya

CIRI-CIRI PRANATA SOSIAL 6. 7. 8. 9. 10. Keterlibatan pendukung Merupakan tradisi turun temurun

CIRI-CIRI PRANATA SOSIAL 6. 7. 8. 9. 10. Keterlibatan pendukung Merupakan tradisi turun temurun Empiri Berpegang pada norma Prioritas pada usia dan gengsi

CARA PELAJARI PRANATA 1. 2. 3. Analisis secara historis, bertujuan meneliti sejarah timbul dan

CARA PELAJARI PRANATA 1. 2. 3. Analisis secara historis, bertujuan meneliti sejarah timbul dan perkembangan lembaga Analisis komperatif, bertujuan menelaah suatu lembaga dalam berbagai masyarakat atau pelbagai lapisan masyarakat Analisis fungsional, bertujuan menganalisis hubungan antara lembaga-lembaga di dadalam masyarakat tertentu. Mis: membahas lembaga perkawinan maka menyangkut lembaga muda-mudi, lembaga harta kawin

TIPE PRANATA 1. 2. 3. Kinship atau domestic institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi

TIPE PRANATA 1. 2. 3. Kinship atau domestic institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan. Contoh: pelamaran, perkawinan, perceraian Economics institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencarian hidup. Contoh: pertanian, peternakan, industri, koperasi Educational institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna. Contoh: pendidikan tinggi

TIPE PRANATA 4. 5. 6. Scientific institutions adalah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

TIPE PRANATA 4. 5. 6. Scientific institutions adalah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, menyelami alam semesta. Contoh: penelitian Aesthetic and recreational institutions adalah pranata yang memenuhi kebutuhan manusia menyatakan rasa keindahan dan untuk rekreasi. Contoh : seni rupa, seni suara, seni drama, olah raga Religious institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam gaib. Contoh : masjid, gereja, do’a, kenduri, ilmu gaib

TIPE PRANATA 7. 8. Political institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk

TIPE PRANATA 7. 8. Political institutions adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan berkelompok secara besar-besaran atau kehidupan bernegara. Contoh: pemerintahan, kepartaian, demokrasi Somatic institutions adalah pranata yang bertujuan mengurus kebutuhan jasmaniah dari manusia. Contoh: kedokteran, pemeliharaan kesehatan

PERKEMBANGAN PRANATA 1. 2. Cara (usage) menunjuk pada suatu bentuk perbuatan, mempunyai kekuatan mengikat

PERKEMBANGAN PRANATA 1. 2. Cara (usage) menunjuk pada suatu bentuk perbuatan, mempunyai kekuatan mengikat yang sangat lemah. Suatu penyimpangan terhadap cara tidak akan menimbulkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya suatu celaan terhadap individu saja. Kebiasaan (folkways) yakni menunjuk pada perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara. Contoh: kebiasaan memberi hormat pada orang lain yang lebih tua.

PERKEMBANGAN PRANATA 3. 4. Tata kelakuan (mores) adalah kebiasaan yang diterima sebagai norma pengatur.

PERKEMBANGAN PRANATA 3. 4. Tata kelakuan (mores) adalah kebiasaan yang diterima sebagai norma pengatur. Tata kelakuan di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dilain pihak melarangnya sehingga secara langsung merupakan alat agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatanya dengan tata kelakuan Adat-istiadat (custom) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Anggota masyarakat yang melanggar mendapat sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak langsung diperlakukan oleh masyarakat. Contoh: larangan perceraian (Lampung)

PROSES PELEMBAGAAN Diketahui, norma-norma tertentu sudah mulai melembaga apabila sudah diketahui anggota masyarakat, namun

PROSES PELEMBAGAAN Diketahui, norma-norma tertentu sudah mulai melembaga apabila sudah diketahui anggota masyarakat, namun taraf pelembagaan masih rendah Dimengerti dan dipahami, taraf pelembagaan akan meningkat apabila suatu norma dimengerti dan dipahami oleh anggota masyarakat yang perilakunya diatur oleh norma tersebut. Artinya di dalam berperilaku anggota masyarakat terikat oleh batas-batas tertentu yang tidak boleh dilanggar.

PROSES PELEMBAGAAN Ditaati, apabila anggota masyarakat memahami norma-norma yang mengatur kehidupan bersama, maka akan

PROSES PELEMBAGAAN Ditaati, apabila anggota masyarakat memahami norma-norma yang mengatur kehidupan bersama, maka akan timbul kecenderungan untuk mentaati norma-norma tersebut. Dihargai, apabila norma diketahui, dimengerti dan dipahami, ditaati, maka tidak mustahil bahwa norma tersebut akan dihargai. Penghargaan ini merupakan proses pelembagaan pada taraf yang lebih tinggi lagi.

PERUBAHAN PRANATA Pertumbuhan penduduk Perkembangan teknologi Perkembangan kebutuhan Preferensi Penetrasi pemerintah atas desa Komersialisasi

PERUBAHAN PRANATA Pertumbuhan penduduk Perkembangan teknologi Perkembangan kebutuhan Preferensi Penetrasi pemerintah atas desa Komersialisasi

PENGENDALIAN SOSIAL Pengendlian sosial atau social control seringkali diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap

PENGENDALIAN SOSIAL Pengendlian sosial atau social control seringkali diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan. Arti pengendalian jauh lebih luas, karena dalam pengertian tersebut tercakup segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku.

TUJUAN PENGENDALIAN SOSIAL Untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat Untuk mencapai

TUJUAN PENGENDALIAN SOSIAL Untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat Untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan/kesebandingan

SIFAT PENGENDALIAN SOSIAL Preventif, yakni merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguanganguan pada keserasian

SIFAT PENGENDALIAN SOSIAL Preventif, yakni merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguanganguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan Represif, yakni usaha-usaha untuk mengembalikan keserasian yang pernah mengalami gangguan Usaha-usaha preventif, misalnya: sosialisasi, pendidikan formal dan non-formal; usaha represif: pemberian sanksi

SIFAT PENGENDALIAN SOSIAL Comulsion, yakni merupakan usaha pengendalian sosial dengan cara menciptakan situasi sedemikian

SIFAT PENGENDALIAN SOSIAL Comulsion, yakni merupakan usaha pengendalian sosial dengan cara menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga seseorang terpaksa taat atau mengubah sikapnya, yang menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung. Pervasion, norma atau nilai yang ada diulang penyampaiannya sedemikian rupa, dengan harapan bahwa hal tersebut masuk dalam aspek bawah sadar seseorang.

Perwujudan Pengendalian Sosial Pemidanaan, suatu larangan apabila dilanggar akan penderitaan bagi pelanggarnya. Dalam hal

Perwujudan Pengendalian Sosial Pemidanaan, suatu larangan apabila dilanggar akan penderitaan bagi pelanggarnya. Dalam hal ini kepentingan-kepentingan seluruh masyarakat dilanggar, sehingga inisiatif sanksi datang dari warga Kompensasi, standard patakonnya adalah kewajiban, dimana inisiatif untuk memproses ada pada fihak yang dirugikan. Terapi dan konsiliasi, sifatnya remidial, yakni bertujuan mengembalikan situasi pada keadaan semula. Prisipnya bukan siapa yang menang atau kalah, yang penting adalah menghilangkan yang tidak menyenangkan bagi dua belah pihak.

CONFORMITY DAN DEVIATION Conformity adalah proses penyesuaian diri dengan masyarakat, dengan cara mengindahkan kaidah

CONFORMITY DAN DEVIATION Conformity adalah proses penyesuaian diri dengan masyarakat, dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Deviation adalah penyimpangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat

GOTONG ROYONG Sejarah: istilah gotong royong muncul pertama kali dalam bentuk tulisan dalam karangan

GOTONG ROYONG Sejarah: istilah gotong royong muncul pertama kali dalam bentuk tulisan dalam karangan tentang hukum adat dan dalam karangan tentang aspek sosial budaya dari pertanian Gotong royong adalah suatu sistem pengerahan tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga, untuk mengisi kekurangan tenaga pada masa-masa sibuk dalam lingkaran aktivitas produksi bercocok tanam di sawah

GOTONG ROYONG Kompensasi gotong royong adalah menyediakan makan siang tiap hari kepada teman yang

GOTONG ROYONG Kompensasi gotong royong adalah menyediakan makan siang tiap hari kepada teman yang membantu dan harus mengembalikan jasa kepada semua petani yang diundang Komersialisasi mendorong perubahan pada sistem gotong royong dipandang menjadi kurang praktis

BAHAN BACAAN Koentjaraningrat, 1987. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia. Jakarta Koentjaraningrat, 1987. Manusia dan

BAHAN BACAAN Koentjaraningrat, 1987. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia. Jakarta Koentjaraningrat, 1987. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jambatan. Michael Dove. 1985. Peranan Kebudayaan Tradisionil Inonesia dalam Modernisasi. Yayasan Obor Indonesia. Soerjono Soekanto, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. David Korten, 1987. Pembangunan Berdemensi Kerakyatan. Yayasan Obor Indoneia. Darsana Wisadirana, 2004. Sosiologi Pedesaan. UMM Press. Koentjaraningrat. 1987. Bunga Rampai Antropologi Pembangunan. Hayami dan Kikhuci, 1987. Dilema Ekonomi Desa.