PERTEMUAN KE 12 M K TINGKAH LAKU IKAN
- Slides: 40
PERTEMUAN KE – 12 M. K. TINGKAH LAKU IKAN TERHADAP CAHAYA ASEP HAMZAH
PERKEMBANGAN METODE PENANGKAPAN IKAN JEPANG TAHUN CAHAYA 1900 NORWEGIA TAHUN 1930 UNI SOVIET TAHUN 1948 INDONESIA TAHUN 1950 PURSE SEINE, PAYANG, GILL NET LINGKAR, LIFT NET,
Perkembangan penggunaan jenis-jenis cahaya pemikat ikan (fishing lamp) di Indonesia Incandescent Lamp (1972 - present) Lampu listrik Mercury Lamp (1987 - present) Obor (Till 1950 s) Petromaks (1950 s - present) Fluorescent Lamp (1992 - present)
Fluorescent lamp FISHING LAMPS Incandescen t lamp Mercur Pressured y lamp kerosene lamp Halog en lamp Metal Halide lamp
LIGHT FISHING Alat Bantu Tingkah laku Ikan Alat Tangkap Metode menduga kekuatan cahaya Lingkungan Keragaan keluaran cahaya masukan Pengamatan sebaran cahaya di bawah air dibandingkan Model Simulasi Pola Simulasi untuk sebaran cahaya di bawah air Hasil Tangkapan Cahaya yang optimum untuk Memikat ikan
Proses tertangkapnya ikan oleh jenis alat tangkap menyangkut sejumlah interaksi yang cukup pelik. Berkaitan dengan mekanisme alat tangkap dan dengan tingkah laku ikan. Sering dijumpai berbagai kegagalan penangkapan dikarenakan kurangnya pengetahuan yang cukup tentang tingkah laku ikan yang menjadi tujuan penangkapan Dengan memahami pengetahuan tentang tingkah laku ikan diharapkan akan diperoleh berbagai hal yang berguna, yang dapat mengoptimalkan efisiensi suatu alat tangkap
SIFAT IKAN : FOTOTAXIS POSITIF • Penggunaan cahaya dalam proses penangkapan ikan sangat terkait dengan sifat fototaksis, • Ikan-ikan akan terkumpul dalam bentuk gerombolan (schooling) dan berada pada jarak tertentu dari sumber cahaya. respon mata ikan terhadap • Pendekatan iluminasi cahaya dalam proses penangkapan ikan, akan dapat diketahui tingkat ketertarikan terhadap cahaya yang dapat
RETINA MATA IKAN Retina merupakan proyeksi dari otak dan terdiri dari berbagai tipe sel yang meliputi 8 lapisan dan 2 membran. Retina ini terdapat pada salah satu lapisan pada mata ikan dengan ketebalan berkisar 90 -500 µm, sedangkan lapisan sel penglihatannya mempunyai ketebalan 30 -200 µm Morfologi retina mata ikan bertulang belakang (Nicol,
RETINA MATA IKAN Keterangan : 1. Inner limiting membrane 2. Nerve fiber layer 3. Ganglion cell layer 4. Inner plexiform layer 5. Inner nuclear layer 6. Outer plexiform layer 7. Outer nuclear layer 8. Outer limiting membrane 9. Cone and rod layer 10. Retinal pigment epithelium
STRUKTUR DAN FUNGSI RETINA MATA IKAN Ikan bertulang keras memiliki jenis retina duplek, dimana pada retina terdapat sel rod dan sel kon. Kontraksi dan ekspansi pada sel kon dan rod sebagai respon terhadap perubahan cahaya disebut dengan retinomotor response. Sel kon berhubungan dengan adanya cahaya (photopic) dan sel rod Sel kon berhubungan dengan kondisi gelap (scotopic). Pada saat ada cahaya maka sel-sel kon akan bergerak ke limiting membrane dan sebaliknya dalam kondisi gelap akan digantikan Terang oleh sel rod. Sel rod Gelap
CONE INDEX RETINA MATA IKAN Adaptasi mata ikan dihitung dengan menggunakan Cone Index dan Pigment Index (Arimoto et al. , 1988; Baskoro, 1999) CI = C/A x 100% PI = P/A x 100% A C P B CI= Cone Index, PI= Pigment Index; A= jarak dari dasar lapisan pigmen ke lapisan terluar membrane; C= jarak dari dasar lapisan pigmen ke pusat elipsoid cone; P= jarak dari dasar lapisan pigmen ke lapisan tip pigment
PERIKANAN TANGKAP TEKNOLOGI ALAT TANGKAP ALAT BANTU PEMANFAATAN CAHAYA LAMPU PERMUKAAN LAMPU BAWAH AIR SUMBERDAYA IKAN SIFAT FOTOTAKSIS ILUMINASI CAHAYA MATA IKAN PROSES ADAPTASI MATA IKAN TERHADAP CAHAYA RETINA MATA IKAN CONE INDEX RESPON IKAN TERHADAP STIMULI CAHAYA TINGKAH LAKU IKAN TERHADAP CAHAYA PROSES DAN PENGEMBANGAN PENANGKAPAN IKAN
CAHAYA Nilai iluminasi (lux) akan menurun dengan semakin meningkatnva jarak dari sumber cahaya karena mengalami pemudaran Pemudaran intensitas cahaya di air terjadi secara eksponensial Pemudaran energi secara vertikal berbeda untuk setiap panjang gelombang. Pemudaran energi cahaya dirumuskan dengan hukum eksponensial (Pickard dan Emery, 1990) : I(z) = Io. e -kz I(z) = intensitas cahaya pada kedalaman z (candela) Io = intensitas radiasi yang masuk ke permukaan air k = koefisien pemudaran vertikal di dalam air z = kedalaman air (m)
Respon ikan terhadap cahaya • Kemampuan ikan mendeteksi cahaya dalam air, 2 x mata manusia • Ikan mampu membedakan warna • Bersifat phototaxis positif vs negatif + : teri, layang muda, petek • Keberadaan cahaya asosiasi ikan indikasi makanan • Intensitas optimum - spesifik species ikan • Distribusi vertikal harian berbagai jenis ikan
TYPES OF LIGHT FISHING IN INDONESIA Lift-net (bagan) Hand Line Purse seine Guiding barrier (sero) (pancing ulur) Encircling gillnet
GILL NET
Fixed bagan Raft bagan One-boat bagan Bagan Floated bagan Two-boat bagan Engine-boat bagan
METODE PENGOPERASIAN BAGAN
Jenis Lampu Pemikat di Perikanan Bagan Lampu Petromak Lampu Mercur y Lampu Fluorescent
Alat Pengukur Performa Output Lampu Sederhana
180° 150° 120° cd 90° 1 meter 60° 0° 30° Digital Lux Meter 5180 lm Pola sebaran luminous intensity lampu mercury (250 W, 220 V) pada Bagan Rambo CONTOH PENGUKURAN CAHAYA DI UDARA
CONTOH PENGUKURAN CAHAYA DI UDARA
Pengukuran sebaran iluminasi cahaya di bawah air bagan rakit Lampu petromak Sea surface 1 m interval, horizontally 1 m interval, vertically Tali & connecting cable Underwater lux sensor Pemberat
CONTOH POLA SEBARAN CAHAYA DALAM AIR LAMPU PETROMAK PADA BAGAN RAKIT
Digunakan untuk mengoptimumkan Performa Output Lampu Catchability Diketahui Di analisis dan dibandingkan Sebaran cahaya di bawah air
Pola sebaran vertikal iluminasi cahaya (lux) bagan motor 2400 watt
Pola sebaran vertikal iluminasi cahaya (lux) bagan motor 2400 watt
CONTOH POLA SEBARAN CAHAYA DALAM AIR LAMPU MERCURI 16, 4 KW PADA BAGAN RAMBO (SUDIRMAN 2003)
Metode sederhana untuk mengestimasi total lumen Pengukuran langsung sebaran cahaya di bawah air Performa output lampu • Total lumen • Bentuk lampu Pola sebaran cahaya di bawah air Sesuai ? Tidak Model simulasi sebaran cahaya di bawah air Perbaikan Ya Pengaturan pola sebaran cahaya yang optimum Jumlah Hasi Tangkapan Daya tangkap optimum Efisiensi pemakaian cahaya Hemat Energi Rasionalisasi penggunaan lampu Optimasi transfer teknologi sumber cahaya
ALUMINIUM LAMP SHADE PLASTIC LAMP SHADE Jenis Bahan Reflektor Lampu yang Digunakan Pada Bagan Perahu
1000 Plastic Lamp Shade (kg) anchovy striped mackerel hairtail purse eyed scad 100 frigrate mackerel Indian squid sardine scad mackerel barracuda 10 1 1 10 1000 Aluminium Lamp Shade (kg) TOTAL CATCH COMPARISON BASED ON DIFFERENT LAMP SHADE OF BOAT BAGAN DURING 8 NIGHTS OPERATION
HORIZONTAL DISTANCE (m) -7 0 0 7 260. 0 88. 0 135. 0 -5 135. 0 105. 0 20. 0 24. 0 14. 0 32. 0 DEPTH (m) 9. 0 18. 8 20. 0 7. 0 -15 11. 5 8. 0 11. 5 14. 0 5. 0 9. 0 6. 0 9. 0 3. 0 6. 5 3. 5 6. 5 -20 2. 0 4. 0 3. 0 1. 8 0. 8 -25 2. 1 0. 1 1. 5 5. 0 2. 0 Unit : lux 0. 1 A 3. 5 4. 5 2. 5 0. 1 1. 0 1. 5 0. 0 0. 1 0. 5 0. 0 0. 0 -30 2. 5 2. 8 1. 0 -30 3. 0 6. 0 1. 5 0. 5 5. 0 3. 5 1. 9 0. 5 7. 5 9. 0 3. 0 -25 10. 4 10. 5 12. 0 1. 0 0. 5 17. 5 5. 0 2. 1 16. 5 16. 0 7. 5 1. 2 2. 5 22. 0 16. 0 7. 5 -20 19. 5 24. 0 10. 5 -15 26. 0 45. 0 10. 4 3. 0 3. 7 65. 0 16. 5 2. 5 4. 5 1. 5 -10 12. 0 50. 0 60. 0 24. 0 32. 0 75. 0 86. 0 95. 0 26. 0 14 115. 0 60. 0 19. 5 16. 0 7 140. 0 45. 0 55. 0 -10 -5 80. 0 55. 0 115. 0 50. 0 85. 0 0 86. 0 105. 0 80. 0 -7 75. 0 105. 0 31. 5 -14 0 108. 0 135. 0 55. 0 HORIZONTAL DISTANCE (m) 14 DEPTH (m) -14 0. 0 Unit : lux 0. 0 B THE UNDERWATER LIGHT INTENSITY DISTRIBUTION PATTERN OF BOAT BAGAN A : BAGAN WITH ALUMINIUM LAMP SHADE B : BAGAN WITH PLASTIC LAMP SHADE
PERKEMBANGAN LIGHT FISHING DI JEPANG Alat Jaring Alat Pancing Scoop Net Squid jigging Stick held dip-net Pole & line Purse seine Hook & line
Perkembangan penggunaan jenis-jenis cahaya pemikat ikan (fishing lamp) di Jepang Wooden Torch (Till the 1900 s) Acetylene and Kerosene Lamp Incandescent Lamp ( the 1930 s - at present) ( the 1910 s - 1930 s) Mercury Lamp ( the 1950 s) and Fluorescent Lamp ( the 1950 s) Metal Halide Lamp (HID) ( the 1980 s - at present) Halogen Lamp ( the 1970 s - at present) Sources: Imamura, Y. (1972) and Inada, H. and Ogura, M. (1988)
Sejarah Singkat Perkembangan Alat Tangkap Cumi-cumi (Squid Jigging) di Jepang 1 st Stage (before 1457) Simple hollow bamboo with hooks 6 th Stage (1965 -Now) Automatic jigging machine Source: Igarashi, S. (1978) 2 nd Stage (1457 -1950) Tsuno, Tombo, and Sokumata 5 th Stage (1958 -1964) Hand roller jigging reel 3 rd Stage (1451 -1955) Asarisiiki and Suzuran 4 th Stage (1956 -1957) Ichirenshiki
MULYONO S. BASKORO
- Tingkah laku ikan terhadap alat tangkap purse seine
- Overt behavior
- Pertanyaan seputar pasar bisnis
- Tingkah laku ayam
- Froebel teori
- Perangkai tingkah laku
- Pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
- Teori tingkah laku konsumen teori nilai guna
- Suatu kurva kepuasan sama memberikan gambaran tentang
- Tingkah laku ternak adalah
- Tingkah laku sosial kambing
- Teori tingkah laku konsumen
- Prinsip tingkah laku
- Pengaruh kelompok terhadap tingkah laku
- Mores maksud
- Pelaziman operan
- Suatu perwujudan dari tingkah laku pemimpin disebut....
- Rekod pemerhatian
- Keuntungan bahan setengah jadi
- Penataan peredaran pakan ikan dan obat ikan
- Diagram batang
- Struktur array
- Pleonasme
- Penawaran elastis uniter terjadi jika
- Pertemuan 9
- Spk latihan pertemuan 6
- Contoh pendekatan aksi sosial
- Sell adalah pertemuan antara
- Creat by
- Peranan etika
- Sel adalah pertemuan antara titik-titik dan titik-titik
- Pertemuan multikultural
- Sukrosa
- Pada pertemuan kali ini kita
- Pertemuan awal pkh adalah
- Tugas pertemuan 9 metode perancangan program
- Diketahui suatu array segitiga memiliki 3 baris dan kolom
- Denah ruang pertemuan
- Logo pertemuan
- Tester
- Jumlah derajat semua simpul pada suatu graph berjumlah