AKHLAK PENGERTIAN l Akhlak adalah suatu sifat yang

  • Slides: 16
Download presentation
AKHLAK

AKHLAK

PENGERTIAN l Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat mendorong

PENGERTIAN l Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat mendorong dan melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan lebih lama. (Imam al-Ghazali)[1] l [1] Mahyudin, Akhlak Tasawuf, hal: 4, Edisi Tiga, Kalam Mulia, Jakarta, 1999

PENDORONG PERBUATAN MANUSIA 1. Tabiat (pembawaan): yaitu suatu dorongan jiwa yang disebabkan oleh naluri/gharizah

PENDORONG PERBUATAN MANUSIA 1. Tabiat (pembawaan): yaitu suatu dorongan jiwa yang disebabkan oleh naluri/gharizah dan faktor warisan sifat orang tua dan nenek moyangnya. 2. Akal-pikiran: dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat sesuatu, mendengarkan, merasakan, dan merabanya. 3. Hati nurani: dorongan jiwa yang hanya terpengaruh oleh faktor intuitif/ wijdan/ bashirah

Pendorong Perbuatan Manusia Tabiat (pembawaan): yaitu suatu dorongan jiwa yang disebabkan oleh naluri/gharizah dan

Pendorong Perbuatan Manusia Tabiat (pembawaan): yaitu suatu dorongan jiwa yang disebabkan oleh naluri/gharizah dan faktor warisan sifat orang tua dan nenek moyangnya. l Akal-pikiran: dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat sesuatu, mendengarkan, merasakan, dan merabanya. l Hati nurani: dorongan jiwa yang hanya terpengaruh oleh faktor intuitif/ wijdan/ bashirah atau Bashirah adalah suatu kekuatan batin dalam hati yang mendapatkan nur ilahi, sehingga manusia dapat melihat hakikat sesuatu dan kenyataanya, dengan pusat pandangan batin dalam dirinya. (Manshur Ali Rajab) l

Aklak Baik kepada Allah Taubat: suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukannya

Aklak Baik kepada Allah Taubat: suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha menjauhinya, serta melakukan perbuatan baik. (QS al-Taubah: 75: QS al-Nisa: 16 -17; QS al-Nuur: 31; QS al. Tahrim: 8; QS al-Nahl: 119) 2. Sabar, suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya 3. Syukur, suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaiknya, nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt kepadanya, baik bersifat materi atau ruhani. (QS al-Baqarah: 52, 56, 152, 158, 172, 185; QS al-Nisa: 146; QS Ali Imran: 123, 144; QS al-Nahl: 14, 114; QS al. Ankabut: 18) 4. Tawakkal: suatu sikap yang menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkannya. (QS Hud: 56, 77, 123; al-Anfal: 50; QS Yusuf: 67; QS Ibrahim: 12; QS al-Mulk: 29) 1.

5. 6. 7. Ikhlas: suatu sikap menjauhkan diri dari riya’ ketika mengerjakan amal baik.

5. 6. 7. Ikhlas: suatu sikap menjauhkan diri dari riya’ ketika mengerjakan amal baik. (QS al-Baqarah: 94, 139; QS Yusuf: 24, 54, 80; QS al-Zumar: 2, 3, 11, 14; QS al-Shaffat: 40; 74, 128, 160: QS al-Bayinah: 5) Raja’: suatu sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang disenangi dari Allah swt, setelah melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya sesuatu yang diharapkannya. (bedakan dengan tamanni) (QS. Al-Baqarah: 218; QS al-Nisa: 103; QS al-Isra: 28, 57; QS al-Kahfi: 111; QS al-Ahzab: 21; QS al-Ankabut: 5) Khauf: suatu sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang tidak disenangi dari Allah swt. (QS al-Maidah: 25, 31, 97, 111; QS al. An’am: 15, 80, 81; QS al-‘Araf: 47, 55, 57; QS al-Sajadah: 16; QS al. Naziat: 40)

Akhlak buruk kepada Allah 1. 2. 3. 4. Takabbur, suatu sikap yang menyombongkan diri,

Akhlak buruk kepada Allah 1. 2. 3. 4. Takabbur, suatu sikap yang menyombongkan diri, sehingga tidak mau mengakui kekuasaan Allah di ala mini, termasuk mengingkari nikmat Allah yang ada padanya. (QS al-‘Araf: 146; QS al-Nahl: 23, 29; QS al. Mu’min: 27, 35; QS al-Zumar: 60, 72; QS al-Munafiqun: 5) Syirik, suatu sikap yang mempersekutukan Allah dengan mahluk-Nya, dengan cara menganggapnya bahwa ada suatu mahluk yang menyamai -Nya dan membantu-Nya. (QS al-Nahl: 100, 120; QS al-Ankabut: 8, 65; QS al-Ruum: 31, 42; QS Luqman: 31, 42; QS al-Zumar: 65) Riddah, suatu sikap yang meninggalkan atau keluar dari agama Islam, untuk menjadi kafir. (QS al-Baqarah: 217; QS al-Maidah: 54; QS Muhammad: 25) Nifak, suatu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan dengan kemauan hatinya dalam kehidupan beragama. (QS al-Taubah: 64, 67, 68, 73, 97, 101; al-Ahzab: 1, 24, 48; QS al-Munafiqun: 1, 7)

Riya’, suatu sikap yang selalu menunjuk-nunjukan perbuatan baik yang dilakukannya. (QS al-Baqarah: 264; QS

Riya’, suatu sikap yang selalu menunjuk-nunjukan perbuatan baik yang dilakukannya. (QS al-Baqarah: 264; QS al-Nisa: 38: QS al-Anfal: 47) l Israf, perbuatan yang selalu melampaui batas-batas ketentuan agama. (QS al-Nisa: 6; QS al-An’aam: 141; QS al-Syu’ara: 151; QS al-Mu’min: 28, 34; QS al-Zumar: 53) l Hirshu/Thama’, suatu sikap yang tidak pernah merasa cukup, sehingga selalu ingin menambahapa yang seharusnya ia miliki, tanpa memperhatikan hak-hak orang lain. (QS al-Baqarah: 96; QS al. Mudatsir: 15) l

Akhlak baik kepada manusia 1. 2. 3. 4. 5. Syafaqah, sikap jiwa yang selalu

Akhlak baik kepada manusia 1. 2. 3. 4. 5. Syafaqah, sikap jiwa yang selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain. (QS Ali Imran: 159) Ikha’/Ukhuwah, sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan baik dan bersatu dengan orang lain karena ada keterikatan batin dengannya. (QS Ali Imran: 103) Nashihah, suatu upaya untuk memberi petunjuk-petunjuk yang baik kepada orang lain dengan menggunakan perkataan. (QS al-‘Araf: 61, 68, 79, 94; QS Huud: 34; QS al-Qashash: 20) Nashru, suatu upaya untuk membantu orang lain, agar tidak mengalami kesulitan (QS al-Baqarah: 270; QS Ali Imran: 81; QS al. Anfal: 72, 74; QS al-Hajj: 40; QS al-Hadid: 25) Kazhmul Ghaizi, upaya menahan emosi, agar tidak dikuasai oleh perasaan marah terhadap orang lain. (QS Ali Imran: 134)

6. 7. Hilm, sikap jiwa yang lemah-lembut terhadap orang lain, sehingga dalam perkataan dan

6. 7. Hilm, sikap jiwa yang lemah-lembut terhadap orang lain, sehingga dalam perkataan dan perbuatannya selalu mengandung adab kesopanan yang mulia. (QS al-Baqarah: 225, 235, 263; QS al-Nisa: 11; QS al. Hajj: 59; QS al-Ahjab: 51; QS al-Thagabun: 17) Afwu, sikap dan perilaku seseorang yang suka memaafkan kesalahan orang lain yang pernah diperbuat terhadapnya. (QS al-Baqarah: 109, 237; QS Ali Imran: 134; QS al-Nisa: 149; QS al-‘Araf: 199; QS al. Syuura: 40)

Akhlak buruk kepada manusia 1. 2. 3. 4. 5. Ghadhab, kondisi emosi seseorang yang

Akhlak buruk kepada manusia 1. 2. 3. 4. 5. Ghadhab, kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan oleh kesadarannya, sehingga menonjolkan sikap dan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain. (QS al-“Araf: 150, 154) Hasad atau Hiqdu, sikap kejiwaan seseorang yang selalu menginginkan agar kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bisa hilang sama sekali. (QS al-Baqarah: 109; QS al-Nisa: 54; QS al-Fath: 15: al-Falq: 5) Namimah, suatu perilaku yang suka memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain, dengan maksud agar hubungan social keduanya rusak. Sha’aru, yaitu sikap dan perilaku yang menampilkan kesom-bongan, baik dilihat dari tingkah laku maupun perkataannya. Ghibah, suatu sikap perilaku yang suka membicarakan keburukan seseorang kepada orang lain

6. 7. Bukhlu, suatu sikap yang tidak mau memberikan nilai materi dan jasa kepada

6. 7. Bukhlu, suatu sikap yang tidak mau memberikan nilai materi dan jasa kepada orang lain. (QS Ali Imran: 180; QS al-Nisa: 37; QS al-Taubah: 76; QS Muhammad : 37 -38, QS al-Lail: 8) Zhulmu, suatu perbuatan yang merugikan orang lain, baik kerugian materil maupun non-materil. (QS al-Baqarah: 95, 246, 258; QS Ali Imran: 57, 128, 140; QS al-Nisa: 10, 30, 153; QS al-“Araf: 5, 41; QS Ibrahim: 13, 34, 42)

Sikap hidup sebagai puncak akhlak baik Hikmah, kemampuan jiwa yang dapat mengekang hawa nafsu,

Sikap hidup sebagai puncak akhlak baik Hikmah, kemampuan jiwa yang dapat mengekang hawa nafsu, mengendalikan amarahnya dan sanggup melakukan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan Allah swt. 2. Iffah, menahan diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah swt dan menjauhi hal-hal yang tidak mengandung kebaikan. 3. Syaja’ah, sikap hidup yang selalu berani membela kebenaran agama dan negara dari berbagai ancaman tanpa ragu-ragu. 4. Adalah, sikap hidup yang selalu menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya 1.

Tingkat keburukan akhlak Jahil, perbuatan buruk yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan nafsunya. 2.

Tingkat keburukan akhlak Jahil, perbuatan buruk yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan nafsunya. 2. Jahil Dhall, perbuatan buruk yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bias meninggalkannya karena nafsunya sudang menguasai dirinya. 3. Jahil Dhall Fasiq, perbuatan buruk karena hilangnya pengertian tentang perbuatan baik, sehingga kejahatan dianggap sebagai kebaikan 4. Jahil Dhall Fasiq Syar, perbuatan buruk yang sangat berbahaya karena sulit dihilangkan. Kejahatan sudah dianggap nikmat dilakukannya. 1.

Contoh mengatasi sikap takabbur 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sikap tawadu yang berlebihan

Contoh mengatasi sikap takabbur 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sikap tawadu yang berlebihan dari orang lain Pandangan masyarakat yang keliru tentang ukuran keutamaan hidup. Membandingkan nikmat yang diperoleh dengan nikmat yang orang lain peroleh dan melupakan Zat yang memberi nikmat. Mengira nikmat yang diberikan kepadanya akan abadi dan tidak akan meninggalkannya. Terdahulu dalam melakukan keutamaan Lalai akan dampak buruk takabbur

Contoh melakukan taubat Meninggalkan dosa dengan sekuat hati dan sekuat-kuat azam, yang berarti tidak

Contoh melakukan taubat Meninggalkan dosa dengan sekuat hati dan sekuat-kuat azam, yang berarti tidak akan kembali mengerjakan hal-hal seperti itu sama sekali. 2. Menghentikan/meninggalkan semua dosa yang telah ia kerjakan sebelumnya ia taubat. (bedakan taubat dengan menjaga) 3. Dosa yang pernah dilakukannya haruslah seimbang dengan dosa yang ditinggalkan sekarang 4. Meninggalkan perbuatan dosa karena mengagungkan Allah swt 5. Tidak menceritakan perbuatan dosanya kepada orang lain. 6. Tidak bercampur-bergaul lagi dengan orang yang menyebabkan dia berdosa 7. Tidak akan melihat atau menginjak tempat-tempat dosa 8. Tidak mendengar lagi orang yang mengobrol tentang dosa. 9. Taubat dari kelalaian terdahulu 10. Taubat dari kesombongan karena bias taubat 1.