Pengertian Akhlak dan Beberapa Tinjauan Terhadapnya A Pengertian
Pengertian Akhlak, dan Beberapa Tinjauan Terhadapnya A. Pengertian Akhlak. Kata Akhlak berasal dari bahasa arab Khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut bahasa artinya perangai, tabiat, dan agama. juga bersesuaian dengan kata kholaq (kejadian/penciptaan), Kholiq(pencipta), dan makhluq (yang diciptakan). Secara sempit, pengertian akhlak dapat diartikan dengan kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik. jalan yang sesuai untuk menuju akhlak, pandangan akal tentang kebaikan dan keburukan. 1. Menurut Ibnu Maskawiyah (941 -1030 M) ; Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Keadaan ini terbagi menjadi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus maka jadilah suatu bakat dan akhlak. 2. Imam Al-Ghozali (1055 -1111 M) dalam kitab Ihyau ulumuddin menyatakan ; akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi, akhlak merupakan sifat yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan. 3. Muhyiddin Ibnu Arabai (1165 -1240 M) ; Keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan tersebut pada diri seseorang boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan, dan b oleh bjadi merupakan kebiasaan melalui latihan dan perjuangan.
4. Syeh Makarim Asy-Syirozy : Akhlak adalah sekumpulan keutamaan maknawi dan tabiat batini manusia. 5. Al-Faidh Al-Kasyani (w. 1091 H) : Akhlak adalah yngkapan untuk menunjukkan kondisi yang mandiri dalam jiwa, yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa didahului perenungan dan pemikiran. B. Pengertian Etika berasal dari bahasa yunani Ethos yang berarti adat kebiasaan, baik atau buruk. Dalam ilmu filsafat, etika merupakan cabang imu filsafat. Para ahli memberikan pengertian yang berbeda, antara lain : 1. Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip yang disistemasikan tentang tindakan moral yang betul (Webster’s Wict)
Lanjutan. . . 2. Bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan ; hujjah-hujjah dan tujuan yang diarahkan pada makna tindakan (Ensiklopedia Winkler Prins). 3. Ilmu tentang filsafat moral, tindakan mengenai fakta, tentang nilai-nilai, tentang ide-ide, merupakan ilmu formatif. (New American Dict) 4. Ilmu tentang moral atau prinsip kaidah moral tentang tindakan dan kelakuan (A>S. Hornby Dict) 5. Menurut Al-Amin : Akhlak adalah ilmu pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia.
Lanjutan. . . 6. Menurut Soegarda Poerbakawatja : Etika adalah filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikandan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, terutama mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya bentuk perbuatan. Berdasarkan uraian tersebut, maka Etika menurut filasafat adalah ilmu yang menyelidiki perbuatan baik dan buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh dapat diketahui oleh akal pikiran. C. Pengertian Moral berasal dari bahasa latin “mores” jama’ dari “Mos” berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa indonesia moral diartikan susila/kesusilaan. Moral berarti sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia.
Lanjutan. . . Poerwodarminto dalam kamusnya merumuskan moral dengan ajaran tentang baik dan buruknya perbuatan dan kelakuan. Sementara Bergen dan Cornalia Evans menyebutkan bahwa moral merupakan sebuah kata sifat yang artinya berkenaan dengan perbuatan baik atau perbedaan baik dan buruk. E, Sumaryono, moralitas adalah kualitas yang terkandung dalam perbuatan manusia, yang dengannya kita menilai benar atau salah. Persamaan antara etika dan moral, secara etimologis keduanya memilik arti adat kebiasaan. Perbedaannya, etika lebih bersifat teoritis, sedangan moral bersifat praktis. Menurut filsafat; etika bersifat universal sedangkan moral bersifat lokal.
Persamaan dan perbedaan Akhlak, etika, dan moral A. Persamaannya. 1. Ketiganya mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat dan perangai yang baik. 2. Ketiganya merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaanya. 3. Ketiganya tidak merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, statis, dan konstan. tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. B. Perbedaanya. 1. Akhlak bersumber dari Alqur’an dan sunnah, Etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. JADI TOLOK UKURNYA ADALAH ; 1. Akhlak adalah Alqur’an dan sunnah, 2. Etika adalah pikiran dan akal, 3. Moral adalah norma yang hidup di masyarakat.
Landasan dan Kedudukan Akhlak A. Landasan Akhlak. Dasar atau alat pengukur baik buruknya sifat dan prilaku seseorang dalam islam adalah Al. Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan modelnya adalah Rosululloh. Hal itu disandarkan pada jawaban Siti Aisyah Istri belau ketika ditanya oleh Sahabat, bahwa “Akhlak Rosululloh adalah Alqur’an”. Banyak ayat Alqur’an yang menjelaskan tentang perjuangan beliau dalam menegakkan kebenaran dan menjadikan dirinya sebagai contoh teladan bagi ummatnya, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Maidah ; 15 -16, Al-Ahzab; 21, Al. Qolam; 4, dan hadist nabi yang artinya “Sungguh, aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti” HR. Malik. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran akhlak dalam islam.
Kedudukan Akhlak dalam Islam Dalam Islam, akhlak memiliki posisi yang sangat penting, yaitu sebagai salah satu rukun agama islam. Rosululloh pernah ditanya, ”Beragama itu apa? ” beliau menjawab “berakhlak yang baik”. Dalam Alqur’an penekanan terhadap penanaman akhlak begitu kuat. Demikian pula hadist nabi, porsi akhlak cukup banyak. Menurut suatu penelitian dari 60. 000 hadis, 20. 000 berkenaan dengan akidah, dan 40. 000 hadist berkenaan dengan akhlak dan muamalah. Di antara hadist yang menekankan tentang pentingnya akhlak adalah “Mukmin yang sempurna imannya adalah orang yang paling bagus akhlaknya” HR. Atturmudzi.
Tujuan Akhlak dan Manfaat Mempelajarinya Tujuan umum : membentuk kepribadian seorang muslim yang memiliki akhlak mulia, lahiriyah maupun batiniyah. Tujuan khususnya adalah : 1. Mengetahui tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad SAW. 2. Menjembatani kerenggangan antara akhlak dan ibadah 3. Mengimplementasikan pengetahuan tentang akhlak dalam kehidupan. Pemba gian Akhlak Pribadi Perintah (awamir), larangan (nawahi), boleh (mubahat), darurat. Berkeluarga Kewajiban antara orangtua dan anak, suami-istri, dan terhadap kerabat Bermasyarakat Yang dilarang, yang diperintahkan, kaidah-kaidah adab Bernegara Hubungan antara pemimpin dan rakyat, hubungan luar negeri Beragama Kewajiban terhadap Allah, dan Rosul. Nya.
Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu lain A. Ilmu Akhlak dengan Ilmu Sosiologi. Hubungan antara keduanya sangat erat sekali. Sosiologi mempelajari perbuatan manusia yang menjadi obyek kajian ilmu akhlak. Ilmu akhlak mendorong mempelajari kehidupan masyarakat yang menjadi pokokpersoalan sosiologi. B. Ilmu Akhlak dengan Psikologi. Ilmu akhlak berhubungan juga dengan ilmu psikologi. Psikologi menyelidiki dan membicarakan tentang kekuatan perasaan, paham, mengenal, ingatan, kehendak, kemerdekaan, khayal, dan rasa kasih yang kesemuanya dibutuhkan oleh ilmu akhlak. C. Ilmu Akhlak dengan Ilmu Hukum. Pokok pembicaraan ilmu akhlak dan ilmu hukum adalah perbuatan manusia. Tujuannyapun hampir sama, yaitu mengatur perbuatan manusia demi terwujudnya keserasian, keselarasan, keselamatan, dan kebahagiaan. D. Ilmu Akhlak dengan Filsafat. Ilmu akhlak adalah cabangnya ilmu filsafat. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan ilmu, maka ilmu akhlak berdiri sendiri.
Lanjutan E. Ilmu Akhlak dengan Imu Tasawuf (irfan). Sebagian besar pembicaraan ilmu tasawuf berkaitan dengan pengetahuan tentang ketuhanan (al ma’arif al ilahiyah) tetapi bukan dengan jalan ilmu dan pebuktian ilmiah, melainkan dengan jalan penyaksian “esoterik” ( asysyuhud al bathini). Ini berarti bahwa hati manusia harus berfungsi bagaikan cermin yang bersih sehingga dapat menangkap hakikat dan menyingkap tirai kehidupan. F. Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan (tarbiyah). Pendidikan akhlak merupakan benang perekat yang merajut semua jenis pendidikan, seperti pendidikan etika, pendidikan akal, pendidikan ilmu, dsb. Semua jenis pendidikan di atas harus tunduk pada kaidah akhlak. G. Ilmu Akhlak dengan Akidah dan Ibadah. Islam telah menghubungkan secara erat antara akidah dan akhlak. Dalam islam, akhlak bertolak dari tujuan-tujuan akidah. Akidah merupakan barometer bagi perbuatan, ucapan, dengan segala bentuk interaksi sesama manusia. Berdasarkan keterangan Al-Qur’an dan As-Sunnah, iman kepada Allah SWT menunut seseorang mempunyai akhlak yang terpuji.
Gambaran Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu lainnya Sosiologi Akidah & Ibadah Psikologi Ilmu Akhlak Tarbiyah Tatsawuf Hukum Filsafat
Sejarah Perkembangan Ilmu Akhlak 1) 1. Sejarah Perkembangan Akhlak pada zaman Yunani (Tokoh sufistik, Socrates, Cynics dan Cyrenics, Plato, Aristoteles, Stoics dan Epicuris) 2. Agama Nasroni 3. Akhlak pada abad pertengahan 4. Sejarah Akhlak pada bangsa Arab sebelum Islam 5. Sejarah Akhlak pada bangsa Arab setelah Islam 6. Bangsa barat (zaman baru) (Descartes, Jhon of Salisbury, Bentham dan Stuart Mill, Thomas Hill Green dan Herbert Spencer, Spinoza, Hegel, dan Kant, Victor Cousin dan August Comte, serta pasca Mill dan Spencer)
Sejarah dan Perkembangan Ilmu Akhlak 2) 1. Menurut Ayatulloh Al-Makarim Asy-Syirozi ; mempelajari ilmu akhlak bersamaan dengan pertama kali adanya manusia (Adam), karena sudah diberikan pelajaran tentang akhlak. 2. Frans Magnis Suseno : bahwa etika sebagaiusaha filasafat- lahir dari keambrukan tatanan moral di lingkungan kebudayaan yunani 2500 tahun lalu. 3. Menurut Al-Amin, sejarah dan perkembangan ilmu akhlak adalah sbb. :
1. Akhlak Pada Zaman Yunani a)Tokoh-tokoh sofistik (500 -450 SM) Pada priode ini mereka lebih banyak bicara tentang alam, sedangkan tentang filsafat mereka lebih banyak berbicara tentang upaya menyiapkan generasi muda agar memiliki jiwa nasionalisme, merdeka, dan kewajiban terhadap tanah airnya. Plato memandang mereka sebagai “Sofistry” yaitu memutar lidah dalam penyelidikan dan perdebatan Plato menyerang yang menyebabkan mereka terpuruk meskipun di antara mereka memiliki pandangan yang lebih jauh dari zamannya.
b) Socrates (469 -399 SM) Ia tidak tertarik pada penyelidikan tentang alam, tetapi lebih banyak berpikir tentang tindakan mengenai kehidupan. Sehingga dikenal sebagai perintis pertama ilmu akhlak yunani, dan muncul ungkapan “Socrates menurunkan filsafat dari langit ke bumi”. c)Cynics dan Cyrenics (444 -370 SM). Mereka adalah pengikut Socrates, tetapi ajarannya bertolak belakang dengan pendapat gurunya. Pendapatnya bahwa Tuhan dibersihkan dari segala kebutuhan, dan sebaik-baik manusia adalah yang memiliki perangai ketuhanan. Kebiasaan mereka hidup menderita, miskin, dan tidak memperdulikan hinaan orang atas kemiskinannya (Cynics). Kelompok Cyrenaics dipimpin oleh Aristipus (435 -356 SM) lahir di Cyrena (kota di barkah) Utara Afrika. Tujuan hidup mereka adalah mencari kelezatan dan menjauhi kepedihan.
d)Plato (427 -347 SM) Ia seorang filosuf Athena murid Socrates, pendapatnya tentang akhlak didasarkan pada teori “model”, yaitu di balik alam konkret ini ada alam rohani/ideal yang memiliki kekuatan. Kebaikan bersifat mutlak, azali, kekal, dan sempurna. Ada empat prinsip keutamaan, yaitu ; Hikmah/kebijaksanaan, keberanian, keperwiraan, dan keadilan. Keempat hal tersebut merupakan tiang penegak bangsa-bangsa dan individu. Kebijaksanaan adalah keutamaan mengatur dan menguaai seseorang, keberanian adalah keutamaan seseorang melawan kejahatan, dengan keperwiraan, seseorang menahan dari tindakan berlebihan, dan dengan keadilan, seseorang berbuat sesuai kepentingan masyarakat.
e)Aristoteles (394 -322 SM). Ia adalah murid Plato yang membangun suatu paham khas. Muridnya diberi nama “Paripatetics” karena ia memberi pelajaran sambil berjalan dan berada di tempat terbukayang teduh. Pendapatnya tentang akhlak : 1)Tujuan akhir hidup manusia adalah “bahagia”, dengan pengertian yang lebih luas dari paham Ulitiarianisme. 2) Jalan menuju kebahagiaan adalah menggunakan kekuatan akal pikiran dengan sebaik-baiknya. 3)Keutamaan adalah di tengah-tengah antara dua keburukan, dermawan adalah tengah-tengah antara sifat membabi buta dan takut.
f) Stoics dan Epicurics. Mereka berbeda dengan pendahulunya, kelompok pertama mengikuti paham cynics, ajarannya kemudian diikuti oleh banyak filosuf yunani dan romawi. Diantara mereka yang termashur adalah Seneca (4 Sm-65 M), Epistetus (60 -110 M), dan kaisar Marcus Aerelius (121 -180 M). Pendapat mereka bahwa tujuan hidup manusia adalah menjalani segala sesuatu yang bisa dijalani secara rasional. Kenikmatan dan kesengsaraan datang silih berganti, dan kita tidak perlu melekat pada salah satu di antaranya. .
Sedangkan Epicurics mendasarkan pelajaran hidupnya pada Cyrenics. Pendirinya adalah Epicurus’ pendapatnya bahwa ketenangan batin diperoleh dengan cara : 1)tidak takut pada dewa, mati dan nasib, 2)Para dewa tidak mengganggu, 3) Mati juga tidak perlu ditakuti, 4)Nasib ditentukan manusia sendiri, 5)Tujuan hidup “Hedone” (kenikmatan dan kepuasan). Ketenangan batin diperoleh dengan memuaskan keinginan. Semakin sedikit keinginan, maka semakin tenang. Salah satunya adalah persaudaraan
g) Agama Nasroni. Pada akhir abad ketiga masehi, tersiarlah agama nasrani di Eropa. Agama itu mengubah pikiran manusia dan membawa pokok-pokok akhlak yang tercantum dalam Taurat. Ajarannya adalah bahwa Tuhan adalah sumber segala akhlak yang harus dipelihara dalam berinteraksi antar manusia. Tuhanlah yang memberi arti baik dan buruk sebenarnya. Kedudukan pendeta sama dengan filosuf di yunani. Ajaran mereka sama dengan ajaran filosuf yunani terutama Stoics. Perbedaannya hanya pada dorongan jiwa dalam melakukan perbuatan. Menurut filosuf yunani pendoronganya adalah ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan, sedangkan dalam agama nasroni adalah cinta kepada tuhan dan iman kepada Nya. Menyucikan diri baik pikiran maupun perbuatannya. Agama nasroni mengendalikan badan syahwat.
2. Akhlak Pada Abad Pertengahan Kehidupan mayarakat Eropa pada abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Gereja berusaha memerangi filsafat Yunani serta menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakekat “ telah diterima dari wahyu. Apa yang diperintahkan wahyu pasti benar, tidak butuh lagi akal pikiran untuk penelitian berfilsafat boleh asal tidak bertentangan dengan wahyu. Sekalipun demikian kalangan gereja masih menggunakan pemikiran Plato, Aristoteles dan stoics untuk memperkuat ajaran gereja. Dengan demikian ajaran akhlak pada abad pertengahan merupakan perpaduan antara ajaran yunani dan agama nasrani. Yang termashur adalah Abeland (10791142, Prancis), Thomas Aquinas (1226 -1274, talia).
3. Sejarah Akhlaq Pada Bangsa Arab Sebelum Islam Bangsa arab pada jaman jahiliyah tidak begitu menonjol dalam bidang filsafat, karena penyelidikan terhadap ilmu hanya ada pada bangsa yang maju pengetahuannya. Akan tetapi juga ada beberapa tokoh ahli hikmah dan syair-syair yang mengandung unsur-unsur akhlak, seperti Lukmah Hakim, Aktsam bin Shaifi, Zuhair bin Abi Salma dan Hatim Al-Atho’i 4. Sejarah Akhlak pada Bangsa Arab Setelah Islam datang kepada manusia mengajak pada kepercayaan bahwa sumber segala sesuatu adalah Allah dan Kepada. Nya juga segalanya akan dikembalikan. Oleh karena itu prilaku manusia harus mengikuti kehendak. Nya. Contohnya kebenaran dan keadilan sebagai keutamaan, sedangkan dusta dan kezaliman sebagai keburukan. Dalam Islam tidak diragukan bahwa Nabi Muhammad adalah guru besar dalam bidang akhlak, bahkan Rosululloh diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak.
Lanjutan. . . Akan tetapi siapa penggagas pertama kali ilmu akhlak, masih terus diperbincangkan. Berikut ini dikemukakan beberapa teori : Pertama, Tokoh penggagas pertama kali adalah Ali Bin Abi Tholib. Ini berdasarkan pada risalah yang ditulisnya untuk putranya Hasan setelah pulang dari perang Shiffin (Nahj Al. Balaghoh). Kedua, Tokoh yang pertama kali menulis tentang akhlak adalah Ismail bin Mahran Abu An-Nashr As-Saukani (abad ke-2) dalam kitabnya “Al Mu’min wal Fajir. ” Setelah itu dikenal beberapa tokoh akhlak seperti Abu Zar Al-Ghiffari, Ammar bin Yasir, Nauval Al-Bakkali, dan Muhammad bin Abu Bakar. Ketiga, Ja’far bin Ahmad Al-Qummi pada abad ke-3 H. Menulis kitab Al-Mani’at min Dukhul Al-Jannah. Tokoh-tokoh lain yang secara khusus bicara tentang Akhlak adalah :
Lanjutan. . . 1. Al-Rozi (250 -313 H) menulis kitab yang berjudul At-Thib Ar-Ruhani (kesehatan rohani), Al-Kindi dan Ibnu Shina. 2. Pada abad ke-4 H, Ali bin Ahmad Al-Khufi menulis kitab Al-Adab dan Makarim Al-Akhlaq. Juga dikenal Abu Nashr Al-Farabi yang melakukan penyelidikan tentang akhlak. 3. Pada abad ke-5 H, Ibnu Maskawiah dengan kitabnya Tahzib Al-Akhlaq wa tath-hir Al’aroq dan Adab Al-Arab wal-Furs. Yaitu suatu aliran akhlak yang sebagian materinya berasal dari konsep akhlak Plato dan Aristoteles yang diramu dengan ajaran dan hukum islam.
Lanjutan. . . 4. Pada abad ke-enam, Warram bin Abi. Al-Fawaris dengan kitabnya “Tanbih Al-Khothir wa nuzhah An. Nazir”. 5. Pada abad ke-tujuh, Syeh Khawajah Nashr Ath-Thusi dengan kitabnya Al-Akhlaq An-Nashiriyah wa Aushof Asy-Syaraf wa Adab. Al-Muta’allimiin. Pada abad berikutnya dikenal beberapa kitab, seperti Irsyad Ad-Dailami, Mashobih Al-Qulub karya Asy. Syairozi, Makarim Al-Akhlaq karya Hasan bin Amin Ad-diin, Al-Adab Ad-Diniyah karya Amin Ad-Din Ath. Thobarsi, dan Biha Al-Anwar.
5. Barat (Zaman Baru) Pada pertengahan akhir abad ke 15, Eropa mulai bangkit, para ilmuwan mulai menghidup-suburkan filsafat yunani kuno. Penggunaan akal mulai dibangkitkan dari tidurnya. Di antara ajaran yang dikritik dan sekaligus diselidiki adalah ajaran akhlak yang dibawa bangsa yunani dan bangsa-bangsa setelahnya.
A. Descartes (Prancis, 1596 -1650) Dasar-dasar ilmu pengetahuan dan filsafat adalah ; 1. Tidak menerima sesuatu sebelum diperiksa oleh akal dan sebelum dipastikan nyata. Apa yang didasarkan pada sangkaan dan kebiasaan wajib ditolak. 2. Penyelidikan terhadap sesuatu harus dimulai dari yang terkecil dan termudah lalu mengarah kepada yang komplek. 3. Tidak boleh menetapkan kebenaran sebelum diuji kebenarannya terlebih dahulu. Descartes dan pengikutnya cenderung pada ajaran Stoics, Sementara Gassendi (1638 -1709), dan Thomas Hobbes (1588 -1679) cenderung kepada paham Epicurus.
B. Jhon Of Salisburry (1120 -1180) Jhon of Salisbury merupakan contoh paling baik yang mewakili pandanga-pandangan lembaga kepausan. Ia seorang filosuf Inggris. Ia menghabiskan sekitar 12 tahun dari umur pertamanya di Paris yang kala itu merupakan pusat study filsafat, teologi, dan sastra. Iapun pernah tinggal di Chartres sebagai pusat study tentang manusia. Karena itu ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas tentang persoalan umum dan politik. Ia berpendapat bahwa kekuatan spiritual berada di atas kekuatan duniawi. Karena itu ia sebagai pendukung gereja, berbicara mewakili gereja. Bukunya yang terkenal adalah Statemen’s Book. Dalam bukunya ia mengupas tentang dua pedang (kekuasaan) yaitu pedang fisik dan pedang spiritual. Keduanya bersumber dari gereja dan harus kembali padanya.
C. Bentham (1748 -1832) dan Stuart Mill (1806 -1873) Mereka memindahkan paham Epicurus ke dalam paham Ulitarianisme. Dari paham Egoitic Hedonisme ke dalam paham Universalistik Hedonisme. Paham keduanya tersiar luas di eropa dan memberikan peran besar dalam pembentukan hukum dan politik. D. Thomas Hill Green (1836 -1882) dan Herbert Spencer (1820 -1903). Pendapat mereka adalah : 1. Manusia dapat memahami suatu keadaan yang lebih baikdan dapat menghendaki sebab ia pelaku moral. 2. Manusia dapat melakukan realisasi diri karena ia adalah subyek yang sadar diri, suatu reproduksi dari kesadaran diri yang abadi. 3. Cita-cita keadaan yang lebih baik adalah ideal, tujuan yang terakhir.
E. Spinoza (1632 -1677), Hegel (1770 -1831), dan Kant (1724 -1831) Di antara ilmuwan barat yang memiliki pengaruh bsar adalah mereka bertiga. Ethica Ordine Geometrico Demonstrata adalah karya utama Spinoza, ditulis untuk membantu mengurangi penderitaan penganut suatu keyakinan. Pendapatnya bahwa tuhan merupakan bagian dari penciptaan, bahwa semua hal yang eksis adalah manifestasi dari tuhan – termasuk ummat manusia. Agar manusia bisa memahami hal ini, maka harus bersikap mandiri dan bebas dari fanatisme yang membelenggu. Ia membuktikan keyakinan tersebut dalam kehidupannya. Kalimat terahir dalam bukunya “ Semua hal yang mulia adalah sulit, karena sangat langka”
F. Victor Cousin (1792 -1867) dan august Comte (1798 -1857) Cousin adalah seorang yang bertanggung jawab menggeser paham filsafat prancis sensasionalisme ke arah spiritualisme menurut pemikirannya sendiri. Ia mengajarkan bahwa dasar metafisika adalah pengamatan yang hati-hati dan anlisis atas fakta-fakta tentang kehidupan sadar. August Comte seorang ilmuwan Perancis dijuluki sebagai “bapak sosiologi” karena ia orang pertama kali mengaplikasikan methode ilmiyah dalam ilmu sosial. G. Pasca Mill dan Spencer. Sejak Mill dan Spencer hingga sekarang, penelitian tentang akhlak masih seperti uraian di atas, dan belum ditemukan teori -teori baru yang menjelaskan tentang akhlak
Baik dan Buruk Prinsip berpikir rasional : 1)Hanya terikat pada dogma yang dengan tegasdisebut dalam Al-Qur’an dan As. Sunnah (ayat Qoth’i), 2)Memberikan kebebasan kepada manusia untuk berbuat, berkehendak, dan memberikan daya yang kuat pada akal, Prinsip berpikir tradisional : 1) Terikat pada dogma dan ayat yang Dlonni (teks yang mengandung arti lain), 2)Tidak memberikan kebebasan pada manusia dalam berbuat dan berkehendak. 3)Memberikan daya yang kecil pada akal. Pembicaraan baik dan buruk penting, karena : 1)Menjadi pembicaraan utama dalam ilmu akhlak, 2)Mengetahui pandangan islam.
Pengertian Baik dan Buruk 1. Ali Bin Abi Tholib (w. 40 H) : kebaikan adalah menjauhkan diri dari larangan, mencari sesuatu yang halal, dan memberikan kelonggaran kepada keluarga. 2. Ibnu Maskawiyah (941 -1030 M) : Kebaikan adalah yang dihasilkan oleh manusia melaluikehendaknya yang tinggi. Keburukan adalah sesuatu yang diperlambat demi mencapai kebaikan. 3. Muhammad Abduh (1849 -1905) : Kebaikan adalah apa yang lebih kekal faedahnya sekalipun menimbulkan rasa sakit dalam melakukannya. 4. Toshihiko Izutsu (1914 -1993) : Dalam Al-Qur’an tidak ada konsep baik buruk abstrak yang dikembangkan sepenuhnya. Rumusan bahasa moral level sekunder ini karya para ahli hukum masa pasca Qur’anik.
Lanjutan. . . 5. Louis Ma’luf : baik lawan buruk, adalah menggapai kesempurnaan sesuatu. Buruk lawan baik, adalah kata yang menunjukkan sesuatu yang tercela dan dosa. 6. Poerwadarminto (1904 -1958) : Baik adalah ; 1)elok, patut, teratur. 2)berguna, manjur. 3)tidak jahat, 4)sembuh, pulih, 5)selamat (tak kurang sesuatu apapun). Buruk ; 1)rusak atau busuk, 2)jahat, jelek, kurang baik, tidak menyenangkan. Dengan demikian pengertian Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan, dan disukai manusia. Buruk adalah sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang rendah, hina, menyusahkan, dan dibenci manusia.
Ukuran Baik dan Buruk 1. Aliran Naturalisme ; menerima “natura” sebagai keseluruhan realitas, lawan supranaturalisme yang memiliki pandangan ganda terhadap alam dengan adanya kekuatan di balik fakta/alam. Pandangan Naturalisme, ukuran baik atau buruk adalah apakah sesuatu itu sesuai dengan fitrah (naluri) manusia baik lahir maupun batin. Kebahagiaan manusia diperoleh dengan jalan memenuhi panggilan natur atau kejadian manusia sendiri. Pandangan naturalisme : 1)Segala sesuatu dalam dunia ini menuju pada tujuan tertentu. Memenuhi panggilan natur dapat mengantarkan kepada kesempurnaan. 2)Benda-benda dan tumbuh-tumbuhan mencapai tujuan secara otomatis tanpat pertimbangan dan perasaan, hewan melalui nalurinya, sedangkan manusia dengan akalnya.
Lanjutan. . . 2. Aliran Hedonisme : dari Bhs. Yunani “Hedone” berarti kesenangan atau kenikmatan. Penemunya Aristippos dari Kyrene (433 -355 SM) murid Socrates. Pandangannya ialah ; 1)Setiap pebuatan dikatakan susila apabila mengandung unsur kenikmatan atau kelezatan. 2)Kenikmatan dan kelezatan merupakan tolok ukur dalam menentukan baik-buruknya suatu perbuatan. 3. Aliran Eudaemonisme /Eudaemonia (yunani) berarti bahagia atau kebahagiaan yang lebih tertuju pada bahagia. Merupakan sntral ajaran etika yunani kuno. Beberapa filosuf meyakini bahwa eudaemonia mengajarkan tujuan trtinggi yang hendak dicapai manusia.
Lanjutan. . . Penemu aliran ini Aristoteles (384 -322 SM). Pandangan aliran ini adalah : 1) Tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan yang sifatnya sementara, 2) Kesenangan dan kebahagiaan jasmaniah satu -satunya hal yang baik dalam dirinya, kejahatan sebagai penyebab utama rasa sakit dan kesedihan, 3) Baik secara moral adalah hal-hal yang mendatangkan kegunaan dan keuntungan dalam mencapai cita-citanya. Eudaemonisme ada dua macam, yaitu : 1)bersifat pribadi, yaitu kebahagiaan yang dirasakan secara individual, 2) Bersifat sosial, yaitu kebahagaiaan dan kesejahteraan yang dirasakan bersama-sama dalam masyarakat. terutama yang berhubungan dengan kesejahteraan, pengaruh, dan kekuasaan suatu kelompok tertentu beserta anggotanya.
Lanjutan. . . 4. Pragmatisme ; suatu gerakan filsafat Amerika yang terkenal selama 20 tahun, dipelopori oleh Charles Sanders Peirce, William James, dan John Dewey. Aliran ini sangat kritis terhadap aliran materialisme, idealisme, realisme, dan rasionalisme. Pendapatnya filsafat mempunya nilai manfaat dalam kehidupan jika dapat menemukan apa yang berguna secara praktir. Dalam bentuknya yang umum, Pragmatisme dipengaruhi oleh situasi dan kondisio yang ada. Artinya selalu mengalami perubahan sesuai perkembangan situasi dan kondisi. Maka disebut pemikiran yang tidak teratur. Aliran ini menitikberatkan pada nilai manfaat secara individual baik moril maupun materiil.
Lanjutan 5. Vitalisme : tokohnya Friedrich Niettcche (1844 -1900) Eksisteni manusia baru sebagai Ubermensh (manusia sempurna) yang berkemauan keras menempuh hidup baru. Bersifat atheisme, tidak percaya adanya tuhan dan penentang ajaran gereja. Ukuran baik-buruk bukan alam, tetapi “Vitae” atau hidup (yang sangat diperlukan untuk hidup). Pandangannya : 1)Ukuran baik dan buruk adalah daya kekuatan hidup. Manusia dikatakan baik jika memiliki daya kekuatan untuk hidup, 2)Kaburukan adalah apabila manusia tidak memiliki daya kekuatan dan kemampuan kuat untuk memaksa untuk mengikuti pola kehidupan orang lain.
Lanjutan. . . 6. Idealisme. Tokoh utamanya Immanuel Kant (1725 -1804) Pokok-pokok pandangannya : a. Wujud paling dalam kenyataan (hakikat) adalah kerohanian. Seseorang berbuat baik bukan karena dorongan orang lain, tetapi kemauan sendiri atau rasa kewajiban. b. Faktor yang berpengaruh adalah kemauan yang melahirkan tindakan konkret. c. Kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang menyempurnakannya, yaitu rasa kewajiban. 7. Eksistensionisme. Tokohnya adalah Kierkegaard (1813 -1855), dan Hegel Pandangannya “Truth is subjectivity” kebenaran terletak pada pribadinya. Keputusan yang diambil oleh seseorang dalam suatu persoalan, itu disebut baik. Sebaliknya apabila keputusan itu tidak baik bagi pribadinya, maka disebut buruk.
Lanjutan. . . 8. Utilitarisme. Tokohnya John Stuart Mill (1806 -1873) Pokok-pokok pandangannya adalah : a. Baik buruknya suatu perbuatan berdasarkan besar kecilnya manfaat yang ditimbulkan. b. Kebaikan tertinggi (Summun bonum) adalah utility (manfaat). c. Segala tingkah laku manusia selalu diarahkan pada pekerjaan yang membuahkan manfaat. d. Tujuannya adalah kebahagiaan (happiness) orang banyak. Pengorbanan dipandang baik jika mendatangkan manfaat. Utility disebut juga Universal karena menjadi norma moral yang memiliki akibat bagi seluruh ummat di dunia.
Lanjutan. . . 9. Deontologi. Tokohnya Immanuel Kant (1734 -1804) Deontologi berasal dari bahsa Yunani “Deon” berarti kewajiban. Artinya etika yang menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Tindakan dianggap baik bukan ditentukan oleh tujuannya, tetapi tindakan itu sendiri. Dengan kata lain perbuatan bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban. 10. Teologi. Pokok ajarannya bahwa yang menjadi ukuran baik buruknya perbuatan adalah ajaran Tuhan. Apakah perbuatan itu diperintah batau dilarang. Segala sesuatu yang diperintah pasti baik, dan yang dilarang pasti buruk.
Akhlak Terpuji (Mahmudah) A. Pengertian. Akhlak mahmudah, maf’ul dari hamida-yahmadu berarti terpuji. Disebut juga akhlakul karimah (akhlak mulia), atau makarimul akhlak, atau alakhlak al-munjiat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya). Pendapat para ulama : 1. Menurut Al-Ghozali : Sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT. 2. Al-Quzwaini ; Ketepatan jiwa dengan perilaku yang baik dan terpuji. 3. Al-Mawardi : perangai yang baikdan ucapan yang baik. 4. Ibnu Qoyyim : pangkal akhlak adalah ketundukan dan keinginan yang tinggi. 5. Ibnu Hazm : pangkal akhlak ada empat; adil, paham, keberanian, dan kedermawan. 6. Abu Dawud Assijistani : akhlak terpuji adalah perbuatan-perbuatan yang disenangi, sedangkan akhlak tercela adalah perbuatan yang harus dihindari.
B. Macam-Macam Akhlak Terpuji A. Terhadap Allah SWT. 1. Manauhidkan Allah SWT. 2. Berbaik sangka (husnud dhon) 3. Zikrulloh 4. Tawakkal. B. Terhadap diri sendiri : 1. Sabar (dari maksiyat, taat pada perintah, dari musibah) 2. Syukur 3. Menunaikan amanah 4. Benar dan jujur. 5. Menepati janji 6. Memelihara kesucian diri
Lanjutan. . . c. Terhadap keluarga ; 1. Berbakti kepada orang tua 2. Bersikap baik kepada keluarga d. Terhadap masyarakat ; 1. Berbuat baik terhadap tetangga 2. Suka menolong orang lain. e. Terhadap lingkungan. Bersumber dari fungsi sebagai Kholifah, yaitu berinteraksi dengan sesama manusia dan alam. Mengayomi, memelihara, membimbing agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Contonhnya; tidak boleh mengambil buah sebelum matang, semua makhluk saling bergantung, dilarang menganiaya, dsb.
Akhlak Ma. Tercela (Madzmumah) A. Pengertian. Madzmumah artinya tercela (Ihya’u ulumud diin, Ar-risalatul Qusairiyah), Masawi’ al akhlaq (as-Syamiri). Segala bentuk akhlak yang bertentangan akhlak terpuji, yaitu tingkah laku yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusia. Bentuk-bentuk akhlak tercela bisa berkaitan dengan dirinya, keluarganya, masyarakat, dan alam sekitarnya.
Macam-macam Akhlak Tercela 1. Syirik (Syirik rububiyah, Asma’iyah was-sifat, dan syirik uluhiyah), ada syirik akbar (besar) dan asghor(kecil) 2. Kufur. (kufur besar; mendustakan rosul, karena enggan dan sombong, karena ragu terhadap kebenaran rosul, berpaling secara menyeluruh dari agama dan apa yang dibawa rosul, karena nifaq, yaitu nifak i’tikad) 3. Nifak dan fasik. (Nifak berarti lubang tempat keluarnya yarbu; tikus, tempat tersembunyi. Ada nifak i’tikodi dan nifak amali. Nifak i’tikaodi ada enam ; mendustakan rosul, apa yang dibawa rosul membenci rosul, apa yang dibawa rosul, merasa gembira kemunduran islam, dan benci kemenangan islam) Ada nifak besar dan nifak kecil. 4. Takabur dan ujub (kepada Allah, Rosulnya, dan kepada manusia)
Lanjutan. . . 5. Dengki/hasad ; yaitu munculnya perasaan/tidak senang pada diri seseorang setelah melihat apa yang dimiliki orang lain sementara dirinya tidak punya. Al-Ghozali membagi dengki menjadi empat , yaitu ; 1)menginginkan lenyapnya kenikmatan dari orang lain, meski tidak pindah ke dirinya, 2)menginginkan lenyapnya kenikmatan karena ia menginginkannya, 3)Tidak menginginkan kenikmatan itu, tapi menginginkan kenikmatan serupa, 4)Menginginkan kenikmatan serupa, tapi tidak menginginkan lenyapnya kenikmatan dari orang lain.
Lanjutan. . . 6. Gibah (mengupat) Raghib Al-Ashfani ; membicarakanb aib orang lain dan tidak ada keperluan dalam penyebutannya. Al-Ghozali ; menuturkan sesuatu yang berkaitan dengan orang lain yang jika terdengar yang bersangkutan, ia tidak suka. Ibnu Atsir ; membicarakan keburukan orang lain yang tidak pada tempatnya walaupun keburukan itu memang ada padanya. An-Nawawi ; menuturkan keburukan orang lain, baik yang dibicarakan itu ada pada badanya, agamanya, dunianya, dirinya, kejadiannya, akhlaknya, h artanya, anbaknya, orangtuanya, istri atau suaminya, pembantu rumah tangganya, pakaiannya, gaya berjalannya, gerakannya, senyumnya, cemberutnya, air mukanya, atau lainnya.
Lanjutan. . .
- Slides: 52