VARIETAS SINTETIK VARIETAS KOMPOSIT Materi Kuliah ELearning PEMULIAAN

  • Slides: 14
Download presentation
VARIETAS SINTETIK & VARIETAS KOMPOSIT Materi Kuliah E-Learning PEMULIAAN TANAMAN Sem. Genap 2011 /

VARIETAS SINTETIK & VARIETAS KOMPOSIT Materi Kuliah E-Learning PEMULIAAN TANAMAN Sem. Genap 2011 / oleh Tyastuti P.

VARIETAS SINTETIK Suatu varietas yg merupakan hasil persilangan campuran (inter-cross) beberapa breeding material Breeding

VARIETAS SINTETIK Suatu varietas yg merupakan hasil persilangan campuran (inter-cross) beberapa breeding material Breeding material dapat berupa galur, inbred, klon, maupun varietas yg telah diketahui potensi genetiknya. Kategorinya masuk dalam inter-varietal crossing (krn menggunakan berbagai macam materi persilangan )

Langkah-langkah pembentukan varietas sintetik : 1. Memiliki beberapa galur inbred atau beberapa nomor generasi

Langkah-langkah pembentukan varietas sintetik : 1. Memiliki beberapa galur inbred atau beberapa nomor generasi pertama dari hasil selfing (penyerbukan sendiri ). 2. Melakukan pengujian daya berkombinasi dari breeding material dengan melakukan testcross , terutama untuk daya gabung umum. Dari hasil uji ini dipilihlah nomor atau galur yang memenuhi kriteria seleksi yg ditetapkan.

Langkah-langkah pembentukan varietas sintetik : 3. Melakukan persilangan campuran (intercross) dari galur atau nomor

Langkah-langkah pembentukan varietas sintetik : 3. Melakukan persilangan campuran (intercross) dari galur atau nomor terpilih tersebut. Biji hasil persilangan ini dinamakan generasi Sintetik-0 (Sin-0) 4. Menanam kembali biji-biji dari Sin-0 dan dibiarkan terjadi random mating di antara individu dalam populasi tersebut. Hasil biji yg diperoleh disebut sbg biji varietas Sin-1 ( Sintetik-1 ).

Beberapa catatan : Pada testcross : digunakan suatu tester tertt. • Bila ingin mengetahui

Beberapa catatan : Pada testcross : digunakan suatu tester tertt. • Bila ingin mengetahui daya berkombinasi umum, maka tester yg dignkan adalah varietas dg keunggulan yg sudah benar-benar dikenal. • Bila ingin mengetahui daya berkombinasi khusus, mk tester berupa suatu galur inbred yg sifatnya sudah diketahui. Dalam pelaksanaan pengujian, breeding dan testernya ditanam berselang-seling.

Beberapa catatan : Pada pertanaman populasi S-1 dilakukan pemilihan pendahuluan (atau dpt pula dilakkn

Beberapa catatan : Pada pertanaman populasi S-1 dilakukan pemilihan pendahuluan (atau dpt pula dilakkn selfing), daya berkombinasi tan-tan tsb diuji. Berdasarkan hsl pengujian tsb, dilakukanlah pemilihan yg dilanjutkan dg intercross tanaman terpilih. Keturunan yg diperoleh disebut varietas Sin-2. Dmkn seterusnya. Bila pada populasi tan Sin-1 tidak dilakukan seleksi spt di atas, maka keturunan yg diperoleh tetap mrpkn varietas Sin-1.

Kelebihan varietas sintetik dibanding varietas hibrida 1. Produksi benihnya lebih mudah dilakukan , karena

Kelebihan varietas sintetik dibanding varietas hibrida 1. Produksi benihnya lebih mudah dilakukan , karena biji hasil pertanaman sebelumnya dapat digunakan untuk benih pertanaman berikutnya. Tidak dmkn halnya dg varietas hibrida. 2. Komponen penyusun varietas sintetik lebih banyak, shg variabilitasnya lebih luas/besar. Hal ini memungkinkan varietas sintetik memiliki daya adaptasi yang lebih besar dibanding varietas hibrida.

Kekurangan varietas sintetik dibanding varietas hibrida : Pada kondisi optimum, varietas hibrida mampu berproduksi

Kekurangan varietas sintetik dibanding varietas hibrida : Pada kondisi optimum, varietas hibrida mampu berproduksi lebih tinggi dibanding varietas sintetik. Dalam pengujian daya berkombinasi, akan lebih mudah diperoleh daya kombinasi umum dengan jumlah galur sedikit atau terbatas dibanding bila jumlah galurnya banyak.

Sewall Wright ( 1922 ) : Bahwa keunggulan suatu keturunan varietas sintetik yang diperoleh

Sewall Wright ( 1922 ) : Bahwa keunggulan suatu keturunan varietas sintetik yang diperoleh dari persilangan random sejumlah n galur inbred akan menurun secara proporsional dengan jumlah galur inbred yang digunakan. F 2 = F 1 – {( F 1 – P ) } / n F 2 = perkiraan kemampuan berproduksi pada generasi ke-2 F 1 = rata-rata keragaan dari single-cross yg diperoleh dari n galur inbred P = rata-rata keragaan dari n galur inbred yang digunakan

F 2 = F 1 – {( F 1 – P ) } /

F 2 = F 1 – {( F 1 – P ) } / n Secara teoritis berdasarkan hubungan tersebut maka keragaan F 2 tidak akan jauh berbeda dengan keragaan rata-rata ( F 1) dengan semakin besarnya jumlah galur yang digunakan. Keragaan F 2 bergantung pada : • Jumlah galur inbred yang digunakan ( n ) • Keragaan dari galur-galur tsb ( P ) • Keragaan rata-rata dari persilangan dialel n galur (single cross).

VARIETAS COMPOSITE merupakan hasil inter-varietal crossing, karena Merupakan varietas hasil seleksi generasi lanjut dari

VARIETAS COMPOSITE merupakan hasil inter-varietal crossing, karena Merupakan varietas hasil seleksi generasi lanjut dari populasi yang merupakan campuran (inter-cross) dari berbagai breeding material. Sebelum dilakukan inter-cross, tidak dilakukan uji daya berkombinasi terhadap breeding material yang digunakan.

Beberapa catatan : Tanaman penyerbuk silang : setiap individu tanaman adalah hibrida, sehingga bila

Beberapa catatan : Tanaman penyerbuk silang : setiap individu tanaman adalah hibrida, sehingga bila biji ditanam akan beragam dan mengalami segregasi pada generasi berikutnya. Bila tanaman terpilih dari populasi segregasi ditanam bersama akan terjadi random mating dan akan terjadi akumulasi gen-gen yang diinginkan Pada jagung, breeding material yg digunakan dapat berupa : galur inbred, varietas, atau nomor-nomor terpilih. Umur berbunga breeding material yg hendak digunakan harus diketahui lbh dulu untuk sinkronisasi pembungaannya saat ditanam bersama sehingga persilangan campuran terjadi secara random.

Beberapa catatan : Biji F 1 hasil intercross , pada saat panen dicampur tanpa

Beberapa catatan : Biji F 1 hasil intercross , pada saat panen dicampur tanpa adanya seleksi secara khusus, kmd digunakan sebagai bahan tanam musim berikutnya. Dilakukan dmkn seterusnya sampai generasi ke-4 atau ke -5. Pada pertanaman generasi ke-4 atau ke-5 tersebut baru dilakukan seleksi terhadap individu tanaman yang sesuai dg kriteria seleksi. Invidu terpilih ditanam secara terpisah dan dilakukan intercross. Biji yang dihasilkan merupakan benih varietas composit.

Penutup Dengan adanya berbagai macam campuran breeding material, secara teoritis variabilitas genetik akan bertambah

Penutup Dengan adanya berbagai macam campuran breeding material, secara teoritis variabilitas genetik akan bertambah besar sehingga pada generasi ke-4 atau ke-5 sudah terjadi akumulasi gen-gen yang baik pada individu tanaman segregannya. Dengan variabilitas genetik yang besar, setelah proses pemilihan dapat diharapkan kemajuan seleksi akan besar pula.