PSIKOLOGI PROYEKTIF PERTEMUAN 4 APPERCEPTIVE DAN PSIKOANALISIS Apperceptive

  • Slides: 20
Download presentation
PSIKOLOGI PROYEKTIF PERTEMUAN 4

PSIKOLOGI PROYEKTIF PERTEMUAN 4

APPERCEPTIVE DAN PSIKOANALISIS Apperceptive psychology dan instrumen klinisnya : sebenarnya merupakan hasil dari perpaduan

APPERCEPTIVE DAN PSIKOANALISIS Apperceptive psychology dan instrumen klinisnya : sebenarnya merupakan hasil dari perpaduan konsep psikoanalisis & konsep-konsep psikologi non analitis (teori Gestalt khususnya learning & perception) Dr. ABT membuat penelitian hasilnya menunjukkan bagaimana konsep psikoanalisis dapat dibuktikan secara eksperimental di dalam problem-problem teori belajar, khususnya mengenai apperceptive distortion. •

 Psikoanalisis juga merupakan teori belajar, khususnya membahas masalah-masalah : 1. Sejarah kehidupan seseorang

Psikoanalisis juga merupakan teori belajar, khususnya membahas masalah-masalah : 1. Sejarah kehidupan seseorang yang dipengaruhi berbagai persepsi. 2. Adanya hukum-hukum interaksi diantara persepsi tersebut 3. Pengaruh persepsi masa lalu terhadap persepsi yang kemudian. v Formulasi di atas menjadi dasar berpijaknya teori-teori Apperception

Persepsi-persepsi masa lalu, pada dasarnya merupakan suatu rangkaian genetik proposisi yang membentuk kepribadian individu.

Persepsi-persepsi masa lalu, pada dasarnya merupakan suatu rangkaian genetik proposisi yang membentuk kepribadian individu. Freud → hukum-hukum interaksi antara persepsi masa lalu & ingatan sebagai dasar pembentukan simptom & karakter-karakter pribadi. Misalnya : Percept Memory (ingatan masa lalu) mengenai ibu akan mempengaruhi persepsi-persepsi anaknya. Seorang anak mengidentifikasi dirinya terhadap ibunya, ia akan menerima & menyimpan ingatan masa lalunya mengenai ibunya. Anak belajar dari apa yang menyenangkan & menghindari apa yang tidak menyenangkan berdasarkan persepsi mengenai ibunya.

 Persepsi mengenai ibunya menjadi image yang mengarahkan tingkah lakunya kemudian, dan menjadi suatu

Persepsi mengenai ibunya menjadi image yang mengarahkan tingkah lakunya kemudian, dan menjadi suatu self system anak. (Freud called : Ego Ideal) Persepsi mengenai ibunya akan berbeda-beda sesuai pada tingkatan usianya. Persepsi pada tingkat usia awal akan mempengaruhi persepsi-persepsi selanjutnya. v Persepsi akhir mengenai ibu, merupakan gabungan dari persepsi-persepsi masa-masa sebelumnya.

Hypnosis Apersepsi subjek diubah sesaat dan sebagai akibatnya terjadi distorsi terhadap apersepsi tersebut. Proses

Hypnosis Apersepsi subjek diubah sesaat dan sebagai akibatnya terjadi distorsi terhadap apersepsi tersebut. Proses hipnotik : - Dimulai dengan penurunan kesadaran yang bertahap sedikit demi sedikit →Akibatnya fungsi-fungsi apersepsi subjek menurun / sempit & terbatas pada apersepsi terhadap suara penghipnotisnya. - Mirip dengan proses seseorang yang akan tidur.

Hypnosis Ferenczi : “orang yang menghipnosis merupakan bentuk ‘image’ orang tua yang akan menidurkan

Hypnosis Ferenczi : “orang yang menghipnosis merupakan bentuk ‘image’ orang tua yang akan menidurkan anaknya atau sedang menyuruh anaknya pergi tidur pada masa-masa lalu si subjek” Bellak : “ terjadi apperceptive distortion mengenai sang hipnotis akibat munculnya ingatan tentang image orang tua si subjek” Proses hipnosis akan dapat berjalan dengan baik bila sang hipnotis mampu menimbulkan image tentang orang tua subjek, sehingga dapat berfungsi sebagai kontrol yang kuat, yang mempengaruhi persepsi-persepsi subjek terhadap stimulus 2 yang lain, sehingga seakan-akan tidak dirasakan subjek adanya perbedaan antara apa yang di dalam pikirannya & apa yang sesungguhnya menjadi realitas

Fenomena psikologi yang terdapat di massa Proses: Mirip dengan hypnosis Freud menulis dalam “Group

Fenomena psikologi yang terdapat di massa Proses: Mirip dengan hypnosis Freud menulis dalam “Group Psychology and the Analysis of the Ego” : Setiap indv. akan mengintrojeksikan massa / kelompok sebagai faktor transitory (sementara) di dalam ego dan super ego, sehingga dia “melihat dunia dari kacamata massa”. Kelompok akan dipandang sebagai fitur otoritas (seperti di dalam hipnosis), sehingga apersepsi kelompok akan mengontrol ingatannya. → Persepsi kelompok akan mengontrol image memory

Transference Merupakan hubungan emosional antara subjek / klien dengan terapis Terjadi bila pasien mentransfer

Transference Merupakan hubungan emosional antara subjek / klien dengan terapis Terjadi bila pasien mentransfer sentimennya kepada terapis Subjek mengharapkan kritik, hukuman, atau pujian dari terapis, dan sering menyebabkan apperceptive distortion terhadap reaksi terapis. Adanya pemunculan gambaran-gambaran masa lalu pasien tentang orangtua / figur penting yang lain.

Psychosis Pada delusi dan halusinasi psikotik muncul image-image masa lalu yang sangat kuat, yang

Psychosis Pada delusi dan halusinasi psikotik muncul image-image masa lalu yang sangat kuat, yang mempengaruhi, merusak apersepsi sekarang terhadap dunia. → Image ketakutan terhadap dunia, yang terbentuk di masa-masa silam, akan sangat memberikan pengaruh yang merusak appersepsi-appersepsi yang kemudian, sehingga dunia dirasakan teramat membahayakan dirinya (pasien)

TERAPI DALAM PSIKOANALISIS Teori terapi dari psikoanalisis terdiri dari beberapa tahap: A. Communication B.

TERAPI DALAM PSIKOANALISIS Teori terapi dari psikoanalisis terdiri dari beberapa tahap: A. Communication B. Interpretation C. Insight D. Working Through

A. COMMUNICATION Komunikasi pasien dengan terapis dilakukan melalui asosiasi bebas. Melalui asosiasi bebas terapis

A. COMMUNICATION Komunikasi pasien dengan terapis dilakukan melalui asosiasi bebas. Melalui asosiasi bebas terapis mempelajari perilaku klien di dalam berbagai situasi dan menemukan sejumlah “common denominator” dalam pola perilaku klien

B. INTERPRETATION Interpretasi terjadi jika terapis telah menemukan situasi kehidupan klien; melihat common denominator

B. INTERPRETATION Interpretasi terjadi jika terapis telah menemukan situasi kehidupan klien; melihat common denominator di dalam pola-pola perilaku pasien, dan menunjukkan kepada pasien perilaku yang sebaiknya dilakukan pasien di dalam menghadapi situasi kehidupan yang sekarang.

CARA-CARA INTERPRETASI a. Horizontal Study b. Vertical Study c. Hubungan dengan terapisnya Keterangan :

CARA-CARA INTERPRETASI a. Horizontal Study b. Vertical Study c. Hubungan dengan terapisnya Keterangan : a. Horizontal Study Terapis menemukan common denominator di dalam pola-pola tingkah laku & hubungan interpersonal klien di dalam kehidupan sekarang.

CARA INTERPRETASI b. Vertical Study : Terapis menggunakan asosiasi bebas / cara lain untuk

CARA INTERPRETASI b. Vertical Study : Terapis menggunakan asosiasi bebas / cara lain untuk melacak sejarah kehidupan klien, terutama p’kembangan elemen kecil tersebut yang terdapat pada pola-pola perilaku masa yang lalu. c. Hubungan dengan terapis Dalam melacak sejarah kehidupan klien, hubungan klien dengan terapis amat penting. Sehingga memungkinkan dilakukannya analisis terhadap situasi transference

Tujuan Interpretasi : Terapis menunjukkan kepada pasien common denominator dalam pola-pola tingkah lakunya melalui

Tujuan Interpretasi : Terapis menunjukkan kepada pasien common denominator dalam pola-pola tingkah lakunya melalui penyeledikan secara horizontal, vertikal dan di dalam hubungannya dengan terapis Terapis menyadarkan pasien adanya apperceptive distortionnya terhadap situasi-situasi kehidupan.

C. INSIGHT Arti secara umum : Klien menyadari bahwa dirinya (keadaan mental) “sakit” Arti

C. INSIGHT Arti secara umum : Klien menyadari bahwa dirinya (keadaan mental) “sakit” Arti di dalam psikoterapi : Klien mampu melihat hubungan antara simtom-simtom yang dialami dan apperceptive distortion yang tidak disadarinya, yang mendasari munculnya simtom tersebut ATAU Apersepsi klien (persepsi yang berarti) terhadap common denominator di dalam perilakunya, seperti yang ditunjukkan oleh terapisnya. Cara Analisis Insight : Intellectual Insight Emotional Insight

INTELLECTUAL INSIGHT Klien dapat melihat antar relasi antara pola horisontal-vertikal secara gestalt. Potongan-potongan peristiwa-peristiwa

INTELLECTUAL INSIGHT Klien dapat melihat antar relasi antara pola horisontal-vertikal secara gestalt. Potongan-potongan peristiwa-peristiwa menjadi satu kebutuhan memory dan akhirnya dapat menyusun dan mempelajari kembali pola perilakunya.

EMOTIONAL INSIGHT Klien menghasilkan afek yang menyertai intellectual insight seperti : Rasa lega, cemas,

EMOTIONAL INSIGHT Klien menghasilkan afek yang menyertai intellectual insight seperti : Rasa lega, cemas, merasa bersalah, bahagia dst Jika hanya menghasilkan intellectual insight, tanpa emotional insight, maka proses terapi belum berhasil.

D. WORKING THROUGH Merealisasi insight yang diperoleh secara intelektual, emosional, dan perilaku (1) Secara

D. WORKING THROUGH Merealisasi insight yang diperoleh secara intelektual, emosional, dan perilaku (1) Secara Intelektual : Klien mengaplikasikan apa yang telah dipelajari ke dalam situasi-situasi lain (2) Secara Emosional : Klien dapat menerapkan pola-pola emosional yang didapatkan melalui transferens ke dalam situasi kehidupan sehari-hari (3) Secara Perilaku : - Klien mampu menerapkan insight ke dalam situasi yang nyata - Dengan Mental set yang baru diharapkan klien dapat bereaksi secara progresif terhadap situasi-situasi yang dihadapi berdasarkan petunjuk