KECAMASAN SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR TERJADINYA ORAL CANDIDIASIS
KECAMASAN SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR TERJADINYA ORAL CANDIDIASIS PADA LANSIA Wibowo, S. Kep. Ns. , M. Biomed
LANSIA APA SIALAN ? • • • Usia Kehamilan Usia Balita Usia ……. Usia Remaja Usia Dewasa Usia Lanjut
30 70 Sebagai penurunan seiring-waktu yang sebagian besar makhluk hidup, yang berupa kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait usia (Setiati R. , Harimurti K. , Govinda R A. , 2009).
Penambahan usia pada lansia…… • Penurunan fungsi tubuh baik fisik, fisiologis. • Lansia sebagai kelompok yang rentan terhadap infeksi. • Masalah psikologis/mental yang terjadi pada lansia salah satu gangguan mental yang sering dijumpai pada lansia adalah kecemasan (Hawari, 2012).
Kecemasan… • Kecemasan berasal dari kata Latin anxius, yang berarti penyempitan atau pencekikan. • Kerupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan), kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari • Takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya.
• Masalah psikologis berupa kecemasan yang terjadi pada lanjut usia ini merupakan kondisi penurunan yang turut dipengaruhi oleh kesehatan fisik dengan persoalan mental seperti pola dan sikap hidup, merasa kesepian, perasaan tidak berharga, emosi yang meningkat pada lanjut usia, serta ketidakmampuan dalam menyesuaikan tugas perkembangan lanjut usia.
Shah (dalam M. Nur Ghufron & Rini Risnawita, S, 2014) membagi kecemasan menjadi tiga aspek, yaitu. 1. Aspek fisik, seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan keringat, menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi, dan lain-lain. 2. Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut. 3. Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap perhatian dan memori, rasa khawatir, ketidakteraturan dalam berpikir, dan bingung.
Mulut Kering pada lansia yang mengalami kecemasan • Saliva penting untuk dijaga kualitas dan kwantitasnya agar tidak terjadi perubahan kesehatan mulut dan perubahan lainnya yang dapat mempengaruhi status kesehatan mulut. • Saliva memiliki peran dalam pembersihan secara mekanis agar penumpukan plak dapat dikurangi. Fungsi lain dari saliva adalah untuk lubrikasi elemen gigi-geligi, pengaruh bufer, menghambat kolonisasi mikroorganisme, aktivitas antibakterial, pencernaan, retensi, kelembaban, dan pembersihan makanan (Handajani dkk, 2010).
• Saliva (whole saliva) memiliki komponen yang sangat berperan sebagai antimikroba dalam hal ini adalah laktoferin, lisozim, laktoperosidase, s-Ig. A, musin, histatin dan protein kaya-prolin. Adanya kandungan air maka saliva berfungsi sebagai self cleansing.
ORAL CANDIDIASIS PADA LANSIA YANG MENGALAMI KECEMASAN • Saliva selalu menutupi mukosa sehingga integritas mukosa terjaga, dalam hal ini yang berperan adalah musin dan air. Xerostomia akan berakibat menurunnya komponen saliva sehingga fungsi saliva sebagai pertahanan mukosa mulut terganggu, hal ini akan memudahkan terjadi infeksi dalam rongga mulut, salah satu bentuk infeksi adalah Oral Candidiasis (Ayuningtyas. dkk, 2009).
• Menurut Lamont RJ (2006) dalam Nur’aeny (2017), Candida albicans merupakan agen penyebab utama pada oral candidiasis yang merupakan infeksi opurtunis dalam rongga mulut. Sebanyak 20 – 75% ditemukan pada semua populasi dengan tanpa menimbulkan gejala (Candida carriers). • Menurut Mccullough MJ dan Savage NW (2005) faktor predisposisi oral candidiasis secara keseluruhan diantaranya kelainan endokrin, ganguan nutrisi, keganasan, gangguan hematologi, ganguan imunitas, xerostomia (mulut kering akibat produksi saliva menurun) , gigi palsu, merokok dan obat-obatan (kortikosteroid, atau antibiotik spektrum luas dalam jangka panjang).
• Oral candidiasis akan mudah terjadi pada orang yang mengalami kecemasan, dikarenakan kecemasan akan menyebabkan kerja seluruh sistem imunitas akan mengalami gangguan dalam pertahanan pejamu terhadap infeksi C. albicans. Stresor fisik dan psikis akan mempengaruhi aksis hipothalamuspituitari-adrenal (Aksis HPA) sehingga menghasilkan kortisol. Berbagai efek pleiotropic kortisol kemudian didistribusikan ke berbagai reseptor sehingga membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi, salah satunya adalah infeksi C. albicans (Dullaers M, et al 2009).
• Edy Mustofa pada tahun 2012 : Penelitian terhadap tikus betina jenis Rattus norvegicus strain Wistar didapatkan hasil bahwa stres fisik dan psikis terbukti meningkatkan jumlah Candida dan reaksi radang • Penelitian serupa juga dilakukan oleh Wiwik Agustina pada tahun 2014 terhadap primi gravida didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara tingkat kecemasan pada primigravida dengan kandidasis vulvovaginalis.
• Penelitian yang penulis lakukan terhadap lansia pada tahun 2019 didapatkan uji korelasi spearman menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0. 376 dengan nilai signifikansi 0. 024 (p<0. 05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian Oral candidiasis pada lansia.
• Berdasarkan uji regresi logistik, faktor kecemasan mempunyai nilai signifikansi sebesar 0. 027 (p<0. 05), sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor kecemasan mempengaruhi kejadian Oral candidiasis, dengan koefisien yang bernilai positif sebesar 0. 929. Dengan kata lain, semakin berat tingkat kecemasan yang dirasakan oleh para lansia, maka hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya Oral candidiasis
• Perawatan kandidiasis rongga mulut memerlukan identifikasi yang tepat, baik faktor predisposisi maupun kondisi sistemik yang menyebabkan kandidiasis. Tanpa tindakan tersebut pemberian obat antifungal hanya akan berefek sementara saja, dan kemudian akan muncul kembali. Identifikasi melalui anamnesa untuk mengetahui riwayat medis secara umum maupun dental dapat membantu proses perawatan kandidiasis secara komprehensif (Tarçın BG, 2011)
Terimakasih
- Slides: 18