Yuli Nurullaili Efendi 06197480FA07662 Fakultas Farmasi Universitas Gadjah

  • Slides: 40
Download presentation
Yuli Nurullaili Efendi 06/197480/FA/07662 Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Maret 2011 1

Yuli Nurullaili Efendi 06/197480/FA/07662 Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Maret 2011 1

ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL SARANG SEMUT UJI AKTIVITAS (Myrmecodia tuberosa Jack. )TERHADAP Candida albicans, Escherichia

ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL SARANG SEMUT UJI AKTIVITAS (Myrmecodia tuberosa Jack. )TERHADAP Candida albicans, Escherichia coli, DAN Staphylococcus aureus SERTA PROFIL BIOAUTOGRAFINYA LATAR BELAKANG TUJUA N TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN HASIL & PEMBAHASAN KESIMPULAN 2

 LATAR BELAKANG Infeksi (Gibson, 1996) Resistensi (Volk &Wheeler, 1993) resistensi mikroba terhadap antibiotik

LATAR BELAKANG Infeksi (Gibson, 1996) Resistensi (Volk &Wheeler, 1993) resistensi mikroba terhadap antibiotik (Anonim, 2010) mengembangkan obat-obat BARU dan BERBEDA (Pelczar dan Chan, 1988) Sarang semut 3

 PERUMUSAN MASALAH ? memiliki aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans, Escherichia coli, dan Staphylococcus

PERUMUSAN MASALAH ? memiliki aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus ? Golongan senyawa 4

 TUJUAN mengetahui aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus Mengetahui

TUJUAN mengetahui aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus Mengetahui Golongan senyawa 5

 TINJAUAN PUSTAKA Sarang Semut (Myrmecodia tuberosa Jack) Taksonomi Divisi Tracheophyta; Kelas Magnoliopsida; Sub

TINJAUAN PUSTAKA Sarang Semut (Myrmecodia tuberosa Jack) Taksonomi Divisi Tracheophyta; Kelas Magnoliopsida; Sub kelas Lamiidae; Ordo Rubiales; Familia Rubiaceae; Genus Myrmecodia (Backer dan Van Den Brink, 1965) 5 genus, tetapi hanya dua genus saja yang berasosiasi dengan semut yaitu genus Myrmecodia (45 spesies) dan Hydpnophytum (26 spesies). Dari sekian banyak spesies, hanya jenis Hydpnophytum formicarum, Myrmecodia pendens, dan Myrmecodia tuberosa yang disinyalir memiliki daya pengobatan (Soeksmanto et. al. , 2010) 6

 TINJAUAN PUSTAKA Makanan didapat dari sampah organik yang dihasilkan koloni semut. Sarang semut

TINJAUAN PUSTAKA Makanan didapat dari sampah organik yang dihasilkan koloni semut. Sarang semut juga menyerap karbon dioksida yang dihasilkan semut • nyaris punah di Singapura, namun terdistribusi luas di Malaysia dan di Indonesia Epifit, (Tan et al. , 2008). memfungsikan akarnya untuk berpegangan pada tanaman lain 7

 TINJAUAN PUSTAKA Kandungan : M. Pendens (Subroto dan Saputro, 2006) Hydnophytum formicarum (Prachayasittikul

TINJAUAN PUSTAKA Kandungan : M. Pendens (Subroto dan Saputro, 2006) Hydnophytum formicarum (Prachayasittikul et al. , 2008) Fraksi heksan: stigmasterol Fraksi etil asetat : isoliquiritigenin protoatechualdehyd dan kaya akan kandungan mineral penting seperti kalsium (Ca), natrium (Na), kalium (K), seng (Zn), besi (Fe), fosfor (P), dan magnesium butin butein 8

 TINJAUAN PUSTAKA Kegunaan: (Subroto dan Saputro, 2006). melancarkan dan meningkatkan air susu ibu

TINJAUAN PUSTAKA Kegunaan: (Subroto dan Saputro, 2006). melancarkan dan meningkatkan air susu ibu (ASI), mempercepat proses pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan, dan memulihkan kewanitaan (sari rapet) (Anonim, 2006 a) mengandung flavonoid yang berguna sebagai antioksidan sehingga baik untuk mencegah dan membantu mengobati kanker, melindungi struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, antiinflamasi, dan sebagai antibiotik (Suherman, 2008) 9

 Landasan Teori • Ekstrak heksan, diklormetan, • etil asetat, • ekstrak metanol mengandung

Landasan Teori • Ekstrak heksan, diklormetan, • etil asetat, • ekstrak metanol mengandung senyawa-senyawa kimia dari golongan flavonoid dan tanin. Senyawa golongan fenol termasuk flavonoid dan tanin, juga golongan senyawa saponin dan alkaloid telah diketahui memiliki aktivitas antimikroba. • memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Satu suku 10

HIPOTESIS Tanaman Mymecodia tuberosa Jack. mengandung senyawa yang memiliki aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans,

HIPOTESIS Tanaman Mymecodia tuberosa Jack. mengandung senyawa yang memiliki aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus 11

 METODE PENELITIAN Pembuatan serbuk hipokotil Sarang semut Penyarian dan pembuatan ekstrak Skrining aktivitas

METODE PENELITIAN Pembuatan serbuk hipokotil Sarang semut Penyarian dan pembuatan ekstrak Skrining aktivitas antimikroba Identifikasi mikroba Uji aktivitas antimikroba Uji penentuan KHM dan KBM Uji bioautografi KHM dan KBM Senyawa aktif 12

 METODE PENELITIAN Pembuatan serbuk digiling 800 gram 13

METODE PENELITIAN Pembuatan serbuk digiling 800 gram 13

 METODE PENELITIAN Etanol 70 % Penyarian dan pembuatan ekstrak kental = 11, 62

METODE PENELITIAN Etanol 70 % Penyarian dan pembuatan ekstrak kental = 11, 62 gram rendemen sebesar 1, 453%. 14

 METODE PENELITIAN Uji ekstrak Sarang semut Uji organoleptik Diamati dengan panca indera Parameter

METODE PENELITIAN Uji ekstrak Sarang semut Uji organoleptik Diamati dengan panca indera Parameter organoleptik Deskripsi ekstrak Warna Coklat kehijauan Bau Khas tumbuhan sarang semut Rasa Pahit dan sedikit asam Konsistensi Kental 15

 METODE PENELITIAN Uji Ekstrak 100 gram 5 menit 1 kg 80 g 16

METODE PENELITIAN Uji Ekstrak 100 gram 5 menit 1 kg 80 g 16

 Hasil uji daya lekat ekstrak etanol Sarang semut Waktu lepas Replikasi kedua gelas

Hasil uji daya lekat ekstrak etanol Sarang semut Waktu lepas Replikasi kedua gelas Rata-rata SD CV 19, 40 detik 0, 996 5, 13 % objek 1 20, 33 detik 2 19, 53 detik 3 18, 35 detik 17

 METODE PENELITIAN Identifikasi mikroba 18

METODE PENELITIAN Identifikasi mikroba 18

METODE PENELITIAN Hasil pengecatan Gram C. albicans E. coli S. aureus 19

METODE PENELITIAN Hasil pengecatan Gram C. albicans E. coli S. aureus 19

 METODE PENELITIAN Skrining aktvitas antimikroba ekstrak etanol 70% M. tuberosa dengan metode difusi

METODE PENELITIAN Skrining aktvitas antimikroba ekstrak etanol 70% M. tuberosa dengan metode difusi padat 10 ml 100 µl 24 jam pada suhu 37˚C 20

PENELITIAN Hasil. METODE skrining aktivitas antimikroba C. albicans E. coli S. aureus Keterangan S

PENELITIAN Hasil. METODE skrining aktivitas antimikroba C. albicans E. coli S. aureus Keterangan S Sampel uji 1, 2 mg DMSO kontrol pelarut DMSO 5% K+ kontrol positif/ pembanding (Fluconazole 6 µg utuk uji fungi dan Streptomycin 3, 6 µg untuk bakteri) 21

Diameter hambatan uji pendahuluan sampel uji terhadap mikroba uji Mikroba uji C. albicans Keterangan

Diameter hambatan uji pendahuluan sampel uji terhadap mikroba uji Mikroba uji C. albicans Keterangan Kontrol pelarut DMSO 5 % Fluconazole 6 µg Ekstrak etanol Sarang semut 1, 2 mg E. Coli 2, 9 0, 458 ± 0, 882 Kontrol pelarut 5 % - Streptomycin 3, 6 µg 2, 5 Ekstrak etanol Sarang semut 1, 2 mg S. aureus Diameter hambatan (cm) 0, 661 ± 0, 873 Kontrol pelarut 5 % - Streptomycin 3, 6 µg 1, 1 Ekstrak etanol Sarang semut 1, 2 mg 0, 927 ± 1, 139 Keterangan : • Diameter hambatan merupakan diameter zona hambatan pertumbuhan diameter paper disc • Diameter paper disc adalah 5, 00 mm 22

 METODE PENELITIAN Uji aktivitas antimikroba ekstrak mikrodilusi 0, 4% 0, 8% 1, 6%

METODE PENELITIAN Uji aktivitas antimikroba ekstrak mikrodilusi 0, 4% 0, 8% 1, 6% 3, 2% inkubasi selama 18 -24 jam dengan kontrol suhu 36, 7°Cpembanding Suspensi mikroba kontrol DMSO standar Mc. Farland II (108 CFU/ml) (pelarut) 23

uji aktivitas antimikroba metode mikrodilusi C. Albicans E. coli S. aureus 24

uji aktivitas antimikroba metode mikrodilusi C. Albicans E. coli S. aureus 24

(Modifikasi dari Quave dkk. , 2008) Keterangan : OD sampel = Optical density ekstrak

(Modifikasi dari Quave dkk. , 2008) Keterangan : OD sampel = Optical density ekstrak dengan suspensi OD blanko+sampel = Optical density ekstrak dengan saline OD vehicle = Optical density kontrol vehicle dengan suspensi bakteri OD blanko vehicle = Optical density kontrol vehicle dengan saline 25

Hasil uji mikrodilusi ekstrak etanol M. tuberosa Mikroba uji (a) (b) (c) C. albicans

Hasil uji mikrodilusi ekstrak etanol M. tuberosa Mikroba uji (a) (b) (c) C. albicans E. coli S. aureus Konsentrasi ekstrak uji (%) 0, 4 0, 8 1, 6 3, 2 % Penghambatan 52, 1 152, 6 83, 05 48, 92 96, 32 81, 95 107, 4 73, 24 87, 88 96, 15 132, 67 KHM (%) 0, 8 1, 6 26

 METODE PENELITIAN Penentuan harga KBM 0, 8% 1, 6% 3, 2% 6, 4%

METODE PENELITIAN Penentuan harga KBM 0, 8% 1, 6% 3, 2% 6, 4% kontrol DMSO (pelarut) kontrol pembanding Suspensi mikroba standar Mc. Farland II (108 CFU/ml) inkubasi selama 18 -24 jam dengan suhu 36, 7°C 27

Pengukuran KBM terhadap C. albicans Keterangan : 1 kontrol positif (media+suspensi jamur) 2 kontrol

Pengukuran KBM terhadap C. albicans Keterangan : 1 kontrol positif (media+suspensi jamur) 2 kontrol negatif (kontrol media) 3 kontrol pelarut (Vdmso 0, 8%) 4 kontrol pembanding (Fluconazole 3, 2 µg/ml) 5 kontrol pelarut (Vdmso 1, 6%) 6 kontrol pelarut (Vdmso 3, 2%) 7 kontrol pelarut (Vdmso 6, 4%) 8 sampel uji (ekstrak hipokotil Sarang semut 0, 8%) 9 sampel uji (ekstrak hipokotil Sarang semut 1, 6%) 10 sampel uji (ekstrak hipokotil Sarang semut 3, 2%) 11 sampel uji (ekstrak hipokotil Sarang semut 6, 4%) 28

Keterangan : Pengukuran KBM terhadap E. coli 1 kontrol positif (media+suspensi bakteri) 2 kontrol

Keterangan : Pengukuran KBM terhadap E. coli 1 kontrol positif (media+suspensi bakteri) 2 kontrol negatif (kontrol media) 3 kontrol pembanding (Streptomycin 0, 128 mg/ml) 4 kontrol pelarut (Vdmso 0, 8%) 5 kontrol pelarut (Vdmso 1, 6%) 6 kontrol pelarut (Vdmso 3, 2%) 7 kontrol pelarut (Vdmso 6, 4%) 8 sampel uji (ekstrak hipokotil Sarang semut 0, 8%) 9 sampel uji (ekstrak hipokotil Sarang semut 1, 6%) 10 sampel uji (ekstrak hipokotil Sarang semut 3, 2%) 11 sampel uji (ekstrak hipokotil Sarang semut 6, 4%) 29

Pengukuran KBM terhadap S. aureus Keterangan : 1 kontrol positif (media+suspensi bakteri) 2 kontrol

Pengukuran KBM terhadap S. aureus Keterangan : 1 kontrol positif (media+suspensi bakteri) 2 kontrol negatif (kontrol media) 3 kontrol pembanding (Streptomycin 0, 128 mg/ml) 4 kontrol pelarut (Vdmso 0, 8%) 5 kontrol pelarut (Vdmso 1, 6%) 6 kontrol pelarut (Vdmso 3, 2%) 7 kontrol pelarut (Vdmso 6, 4%) 8 sampel uji (ekstrak hipokotil Sarang semut 0, 8%) 9 sampel uji (ekstrak hipokotil Sarang semut 1, 6%) 10 sampel uji (ekstrak hipokotil Sarang semut 3, 2%) 11 sampel uji (ekstrak hipokotil Sarang semut 6, 4%) 30

Hasil pengukuran KBM Mikroba uji C. albicans KBM > 6, 4% b/v E. coli

Hasil pengukuran KBM Mikroba uji C. albicans KBM > 6, 4% b/v E. coli 6, 4% b/v S. aureus 1, 6% b/v 31

 METODE PENELITIAN Skrining fitokimia dengan KLT fase diam fase gerak : silika gel

METODE PENELITIAN Skrining fitokimia dengan KLT fase diam fase gerak : silika gel 60 F 254 : toluen: aseton: metanol: asam formiat (26: 8: 5: 1) v/v 2 µl 8 cm UV 254, UV 366, pereaksi semprot h. Rf kemudian dibandingkan dengan data dari pustaka yang ada untuk mengetahui golongan senyawa dari bercak tersebut 32

Profil kromatogram ekstrak etanol M. tuberosa metode KLT Sinar tampak UV 254 UV 366

Profil kromatogram ekstrak etanol M. tuberosa metode KLT Sinar tampak UV 254 UV 366 Vanilin as. Sulfat Fase diam Fase gerak Fe. Cl 3 Al. Cl 3 Sb. Cl 3 KOH etanolik 5% Sitroborat Dragendorff Amoniak DNPH : silika gel F 254 : toluen: aseton: methanol: asam formiat (26: 8: 5: 1) 33

Hasil KLT Sinar tampak setelah disemprot No h. Rf Sinar tampak UV 254 UV

Hasil KLT Sinar tampak setelah disemprot No h. Rf Sinar tampak UV 254 UV 366 1. 0 Coklat Pemadaman 2. 31 - 3. 50 4. 51 Vanillin asam sulfat Fe. Cl 3 Al. Cl 3 Coklat - - Coklat - - - Violet Biru kehijauan - - Abu-abu Coklat - Kuning pucat Violet tua di bagian tengah dan garis violet pias sepanjang lebar plat Biru - 5. 53 Coklat kehijauan Pemadaman (Ungu kecoklatan) 6. 56 - - - Coklat kuning - - 7. 59 - Pemadaman - - 8. 65 - - Oranye pias - - - 9. 75 - - - Ungu 10. 76 - Pemadaman - Oranye/ coklat Coklat - 11. 84 - - - Hijau 12. 88 - - Violet Biru kehijauan 13. 91 Hijau Pemadaman (Coklat muda) Ungu kemerahan Hijau Pendar kuning Pendar oranye - 34

Hasil klt Hasil analisis KLT ekstrak Sarang semut tidak menunjukkan keberadaan senyawa golongan alkaloid,

Hasil klt Hasil analisis KLT ekstrak Sarang semut tidak menunjukkan keberadaan senyawa golongan alkaloid, flavonoid polihidroksi, antrakuinon, senyawa karbonil, maupun steroid. Kemungkinan senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol Sarang semut ini adalah golongan terpenoid, iridoid, fenolik baik polimer maupun tunggal, turunan flavonoid (antosianidin), saponin, dan senyawa yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi panjang lainnya. 35

 METODE PENELITIAN Uji aktvitas antimikroba golongan senyawa dengan metode Bioautografi 10 ml 100

METODE PENELITIAN Uji aktvitas antimikroba golongan senyawa dengan metode Bioautografi 10 ml 100 µl Pengamatan Bercak yang jernih diukur harga h. Rfnya dan dibandingkan dengan lempeng yang telah disemprot dengan pereaksi (Kusumaningtyas et al. , 2008). 24 jam pada suhu 37˚C 36

Hasil Uji Bioautografi K S C. albicans K S E. coli K S S.

Hasil Uji Bioautografi K S C. albicans K S E. coli K S S. aureus 37

KESIMPULAN Ekstrak etanol M. tuberosa memiliki aktivitas antimikroba dengan nilai: KHM KBM C. albicans

KESIMPULAN Ekstrak etanol M. tuberosa memiliki aktivitas antimikroba dengan nilai: KHM KBM C. albicans 0, 8% b/v > 6, 4% b/v E. coli 0, 8% b/v 6, 4% b/v S. aureus 1, 6% b/v Hasil uji bioautografi menunjukkan bahwa bercak dengan h. Rf 0 dan h. Rf 59 pada KLT dengan fase diam silika gel 60 F dan fase gerak toluen: aseton: metanol: asam formiat (26: 8: 5: 1) v/v merupakan bercak aktif. 38

 SARAN 1 Perlu dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa aktif yang memiliki aktivitas antimikroba

SARAN 1 Perlu dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa aktif yang memiliki aktivitas antimikroba dari tanaman M. tuberosa. 2 Perlu dilakukan uji aktivitas antimikroba senyawa aktif dari tanaman M. tuberosa terhadap mikroba resisten antibiotik. 39

40

40