Quality Control dan Validasi VALIDASI METODE DAN PENETAPAN

  • Slides: 16
Download presentation
Quality Control dan Validasi VALIDASI METODE DAN PENETAPAN KADAR NITRIT (NO 2 -) PADA

Quality Control dan Validasi VALIDASI METODE DAN PENETAPAN KADAR NITRIT (NO 2 -) PADA SOSIS SAPI CURAH DAN SOSIS SAPI KALENG YANG DIJUAL DI SWALAYAN KOTA PALEMBANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Dosen Pengampu: Dr. Stalis Norma Ethica, M. Si Ayu Rahmawati S, M. Si Program Studi Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

Kelompok 5 NURUL AFIFAH SARIKA AZNI MEIDY WANDA IFANOSA (G 1 C 219225) YONATHAN

Kelompok 5 NURUL AFIFAH SARIKA AZNI MEIDY WANDA IFANOSA (G 1 C 219225) YONATHAN LENDE DAMA NUNA (G 1 C 219145) (G 1 C 219218) (G 1 C 219234)

Dasar Teori Nitrit merupakan salah satu pengawet yang digunakan dalam proses pengolahan daging untuk

Dasar Teori Nitrit merupakan salah satu pengawet yang digunakan dalam proses pengolahan daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum. Penggunaan nitrit sebagai pengawet diizinkan, akan tetapi perlu diperhatikan penggunaannya dalam makanan agar tidak melampaui batas, sehingga tidak berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Senyawa nitrit dapat bereaksi dengan amina sekunder dalam produk makanan atau dalam sistem pencernaan yang membentuk turunan nitrosamin yang bersifat toksis.

Contoh Jurnal QC

Contoh Jurnal QC

Latar Belakang • Era globalisasi sekarang ini, banyak masyarakat yang menginginkan sesuatu secara instan,

Latar Belakang • Era globalisasi sekarang ini, banyak masyarakat yang menginginkan sesuatu secara instan, contohnya makanan siap saji. • Makanan siap saji yang saat ini digemari masyarakat, salah satunya sosis. Sosis merupakan produk olahan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi, berbentuk silindris dengan panjang kira-kira 8 – 10 cm, bukan hanya digemari oleh anak-anak dan remaja bahkan orang tua juga menyukai sosis. • Pada tahap pembuatan sosis sering ditambahkan bahan tambahan pangan (BTP) seperti pengawet. • Nitrit merupakan salah satu pengawet yang digunakan dalam proses pengolahan daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum. • Penggunaan nitrit sebagai pengawet diizinkan, akan tetapi perlu diperhatikan penggunaannya dalam makanan agar tidak melampaui batas, sehingga tidak berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. • Senyawa nitrit dapat bereaksi dengan amina sekunder dalam produk makanan atau dalam sistem pencernaan yang membentuk turunan nitrosamin yang bersifat toksis. Efek samping utama dari nitrit adalah dapat menimbulkan kanker. Efek lain yang diketahui adalah menurunkan transport oksigen pada aliran darah melalui mekanisme oksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin yaitu hemoglobin yang tidak berdaya lagi mengangkut oksigen, efek pada bayi dapat menyebabkan wajah bayi menjadi biru disebut syndrom baby blues.

Metode Penelitian Alat • Spektrofotometer UVVis (1700 Shimadzu), blender, neraca analitik, pipet gondok, pipet

Metode Penelitian Alat • Spektrofotometer UVVis (1700 Shimadzu), blender, neraca analitik, pipet gondok, pipet volumetri, pipet tetes, alat mikropipet, erlenmeyer (Pyrex), beaker glass (Pyrex), labu ukur (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), penyaring (milipore), pengaduk kaca, corong kaca, kertas saring (Whatman), stopwatch dan tabung reaksi. Bahan • Baku standar nitrit, sulfanilamid (Pro analyse Merck), N(1 naftil) etilendiamindihidroklorida (NED) (Pro analyse Merck), asam asetat (glasial), merkuri(II) klorida (Hg. Cl 2) (Pro analyse Merck), aquabidestilata, sosis sapi curah merk A, B, C dan sosis sapi kaleng merk 1, 2, 3.

Prosedur Pembuatan Larutan Pereaksi Griess • Larutan I disiapkan dengan melarutkan 0, 5 g

Prosedur Pembuatan Larutan Pereaksi Griess • Larutan I disiapkan dengan melarutkan 0, 5 g asam sulfanilat dalam 150 ml asam asetat 30% v/v. Larutan II disiapkan dengan cara dididihkan 0, 1 g naftilendiamin dalam 20 ml aquabidest sampai larut dan dituangkan dalam keadaan panas ke dalam 150 ml asam asetat 30% v/v. Dicampurkan larutan I dan larutan II dalam wadah botol berwarna coklat. Analisis Kualitatif Nitrit • Ditimbang sebanyak 5 gram sampel yang telah dihaluskan kemudian ditambah aquabidest 25 ml aduk hingga homogen, kemudian disaring dengan kertas saring. Diambil filtrat sebanyak 5 ml, kemudian ditambahkan 1 ml pereaksi Griess. Diamati perubahan warna yang terjadi, perubahan warna dari bening menjadi merah atau rose menunjukan bahwa sampel mengandung nitrit. Pembuatan Larutan Baku Nitrit • Dipipet sebanyak 10 ml larutan baku standar nitrit 1000 ppm, larutkan dengan aquabidest sampai volumenya tepat 100 ml hingga diperoleh konsentrasi 100 ppm. Dari konsentrasi 100 ppm diambil 5 ml dilarutkan dalam 100 ml aquabidest hingga diperoleh konsentrasi 5 ppm. Dari larutan baku 5 ppm dipipet 4, 6, 8, 10, 12, 14 ml dan diencerkan dengan aquabidest sampai volumenya tepat 50 ml sehingga diperoleh seri konsentrasi 0, 4 0, 6 0, 8 1, 0, 1, 2 dan 1, 4 ppm.

Prosedur Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan Operating Time Validasi Metode Pembuatan Kurva Baku (Linearitas)

Prosedur Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan Operating Time Validasi Metode Pembuatan Kurva Baku (Linearitas) • Larutan baku nitrit konsentrasi 1, 4 ppm diambil 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 2 ml pereaksi Griess selanjutnya dibaca absorbansinya pada λ 480580 nm diperoleh panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum • Larutan baku nitrit konsentrasi 1, 4 ppm diambil 10 ml dan dimasukkan dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 2 ml pereaksi Griess selanjutnya dibaca absorbansinya pada λ max setiap 6, 9, 12, 15, 18 dan 21 menit. Ditentukan operating timenya • Larutan baku nitrit dengan konsentrasi 0, 4; 0, 6; 0, 8; 1, 0; 1, 2; dan 1, 4 ppm, masing-masing diambil 10 ml dan ditambahkan 2 ml pereaksi Griess. Larutan dibiarkan selama operating time kemudian dibaca absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada λ max. Persamaan yang di dapat digunakan untuk menentukan kadar nitrit dalam sosis sapi curah dan sosis sapi kaleng. Data hasil absorbansi selanjutnya dibuat kurva baku sehingga diperoleh persamaan garis y = bx + a. Dari kurva hubungan antara konsentrasi natrium nitrit dengan absorbansi, diperoleh nilai koefisien korelasi tersebut dapat ditentukan linearitasnya baik atau tidak

Prosedur Ketelitian (Precision) • Larutan baku nitrit dengan konsentrasi 1, 4 ppm, diambil 10

Prosedur Ketelitian (Precision) • Larutan baku nitrit dengan konsentrasi 1, 4 ppm, diambil 10 ml sebanyak enam kali, dimasukkan dalam enam tabung reaksi dan masing-masing ditambah 2 ml pereaksi Griess. Larutan di biarkan selama operating time dan dibaca absorbansinya pada λ max, kemudian dihitung nilai RSD Ketepatan (Accuracy) • Diambil salah satu sampel sebanyak 5 g sampel yang telah halus ditimbang secara seksama, dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml. Sampel selanjutnya ditambah dengan 40 ml aquabidest yang telah dipanaskan sampai suhu 80 o. C lalu diaduk dengan pengaduk kaca, ditambahkan air panas hingga 250 ml, dipanaskan selama 2 jam dengan hotplatesambil digoyang-goyang. Ditambahkan 5 ml Hg. Cl 2, digoyangkan dalam suhu kamar, dikocok dan disaring dengan kertas saring, Selanjutnya disaring dengan penyaring millipore. Penyaringan dilakukan dengan menyaring 2 kali dengan erlenmeyer terpisah. Untuk penambahan larutan standar 20 ppm, ambil sebanyak 9, 9 ml filtrat dengan pipet lalu dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml, tambahkan 0, 1 ml larutan standar 20 ppm dengan menggunakan alat mikropipet, lalu tambahkan 2 ml pereaksi Griess. Larutan dibiarkan selama operating time dan dibaca absorbansinya pada λ max dan dihitung presentase perolehan kembali dengan rumus (Harmita, 2004). % Perolehan Kembali = X 100%

PENETAPAN KADAR NITRIT (NO 2 -) PADA SOSIS SAPI CURAH DAN SOSIS SAPI KALENG

PENETAPAN KADAR NITRIT (NO 2 -) PADA SOSIS SAPI CURAH DAN SOSIS SAPI KALENG Sosis Sapi Curah • Sebanyak 5 g sampel yang telah halus ditimbang secara seksama, dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml. Sampel selanjutnya ditambah dengan 40 ml aqua bidest yang telah dipanaskan sampai suhu 80 derajat celcius lalu diaduk dengan pengaduk kaca, kemudian ditambahkan air panas hingga 250 ml dan dipanaskan selama 2 jam dengan hotplate sambil digoyang. Ditambahkan 5 ml Hg. Cl 2, digoyangkan dalam suhu kamar, dikocok dan disaring dengan kertas saring, Selanjutnya disaring dengan penyaring millipore. Penyaringan dilakukan dengan menyaring 2 kali dengan Erlenmeyer terpisah. Diambil sebanyak 10 ml filtrate kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml, dan ditambahkan 2 ml pereaksi Griess. Larutan di biarkan selama operating time dan di baca absorbansinya pada λ max Sosis Sapi Kaleng • Sebanyak 20 g sampel yang telah halus ditimbang secara seksama, dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml. Sampel selanjutnya ditambah dengan 40 ml aquabidest yang telah dipanaskan sampai suhu 80 derajat celcius lalu diaduk dengan pengaduk kaca, kemudian ditambahkan air panas hingga 250 ml dan panaskan selama 2 jam dengan hotplate sambil digoyang. Ditambahkan 5 ml Hg. Cl 2, digoyangkan dalam suhu kamar, dikocok dan disaring dengan kertas saring, Selanjutnya disaring dengan penyaring millipore. Penyaringan dilakukan dengan menyaring 2 kali dengan erlenmeyer terpisah. Diambil sebanyak 10 ml filtrat kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml, dan ditambahkan 2 m pereaksi Griess. Larutan di biarkan selama operating time dan di baca absorbansinya pada λ max.

Analisis Data • Penentuan operating time ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang yang

Analisis Data • Penentuan operating time ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang yang terlebih dahulu ditentukan yaitu 540 nm. • Pengukuran kurva kalibrasi (linearitas) diukur dengan konsentrasi 0, 4 ppm, 0, 6 ppm, 0, 8 ppm, 1, 0 ppm, 1, 2 ppm, dan 1, 4 ppm dibuat dari larutan baku nitrit 5 ppm. Dalam pemipetan larutan baku nitrit harus dilakukan dengan tepat sehingga memberikan hasil serapan absorbansi yang baik. Dari hasil kurva kalibrasi (linearitas) diperoleh persamaan regresi linear yaitu y = ax + b.

Hasil dan Pembahasan Penentuan Operating Time Setelah penentuan panjang gelombang maksimum perlu dilakukan Operating

Hasil dan Pembahasan Penentuan Operating Time Setelah penentuan panjang gelombang maksimum perlu dilakukan Operating time untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh suatu larutan untuk mencapai absorbansi yang konstan. Penentuan operating time ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang yang terlebih dahulu ditentukan yaitu 540 nm pada konsentrasi 1, 4 ppm dengan rentang waktu 6, 9, 12, 15, 18, dan 21 menit. Berdasarkan (Tabel I) diperoleh absorbansi konstan pada menit ke-15 dengan hasil absorbansi 0, 792 yang memiliki selisih absorbansi yang kecil dibandingkan menit yang lain.

Hasil dan Pembahasan Penentuan Kurva Kalibrasi Persamaan kurva kalibrasi (linearitas) menunjukan hubungan antara absorbansi

Hasil dan Pembahasan Penentuan Kurva Kalibrasi Persamaan kurva kalibrasi (linearitas) menunjukan hubungan antara absorbansi dan konsentrasi larutan standar. Pengukuran kurva kalibrasi (linearitas) diukur dengan konsentrasi 0, 4 ppm, 0, 6 ppm, 0, 8 ppm, 1, 0 ppm, 1, 2 ppm, dan 1, 4 ppm dibuat dari larutan baku nitrit 5 ppm. Dalam pemipetan larutan baku nitrit harus dilakukan dengan tepat sehingga memberikan hasil serapan absorbansi yang baik. Dari hasil kurva kalibrasi (linearitas) diperoleh persamaan regresi linear yaitu y = 0, 5579 x + 0, 0064 dengan nilai r = 0, 999. Aturan umum, nilai 0, 90 < r < 0, 95 menunjukan kurva yang cukup baik, nilai 0, 95 < r < 0, 99 menunjukan kurva yang baik dan nilai r > 0, 99 menunjukan linearitas yang sangat baik. Nilai maksimum dari r adalah 1 yang menunjukan adanya koefisien korelasi yang tepat antara konsentrasi dan absorbansi. Berdasarkan data yang diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0, 999 yang artinya menunjukan linearitas yang sangat baik.

Hasil dan Pembahasan Penentuan Kurva Kalibrasi Nitrit yang terdapat pada masing-masing sampel sosis (Tabel

Hasil dan Pembahasan Penentuan Kurva Kalibrasi Nitrit yang terdapat pada masing-masing sampel sosis (Tabel II dan III) berbeda-beda, dilihat dari karateristiknya dimana harga menentukan kualitas yaitu sampel yang memiliki harga yang murah mengandung kadar nitrit yang tinggi, ada yang hampir dan bahkan melebihi batas yang telah ditetapkan sedangkan sampel yang memiliki harga yang cukup mahal mengandung kadar nitrit yang rendah dan masih dibawah batas maksimum yang telah ditetapkan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari BPOM dan Depkes terkait dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa kadar nitrit pada sampel A dan B yang melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 36 tahun 2013. Walaupun sampel masih ada dibawah batas maksimum, akan tetapi mengkonsumsi makanan yang mengandung nitrit harus tetap dibatasi karena bersifat kumulatif didalam tubuh manusia dan apabila dalam jangka waktu yang panjang dapat berpotensi menimbulkan kanker. Oleh karena itu masyarakat harus mengurangi makanan yang mengandung nitrit karena berbahaya apabila dikonsumsi terlalu banyak.

Kesimpulan • Uji validasi metode analisis dengan spektrofotometri UV-Vis menunjukan semua parameter metode memenuhi

Kesimpulan • Uji validasi metode analisis dengan spektrofotometri UV-Vis menunjukan semua parameter metode memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. • Kadar nitrit pada sampel sosis sapi curah A, B, dan C diperoleh sebesar 77, 36 mg/ kg, 82, 38 mg/ kg dan 26, 76 mg/kg. Sedangkan pada sampel sosis sapi kaleng I, II, dan III diperoleh sebesar 5, 81 mg/kg, 5, 03 mg/kg dan 6, 91 mg/kg. • Terdapat 2 sampel sosis sapi curah merk A dan B yang melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas obat dan makanan No. 36 Tahun 2013 yaitu 30 mg/kg.

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH