Metaetika 1 Hal yang dibahas bukan moralitas secara

Metaetika (1) Hal yang dibahas bukan moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan di bidang moralitas Metaetika seolah-olah bergerak lebih tinggi daripada perilaku etis, yakni taraf “bahasa etis” atau bahasa yang dipergunakan dalam bidang moral (etika analitis) The is/ought question: apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari ucapan faktual Jika sesuatu ada atau sesuatu kenyataan (is: faktual), apakah dapat disimpulkan sesuatu harus atau boleh dilakukan (ought: normatif) 1

Metaetika (2) �Dengan menggunakan peristilahan logika dapat ditanyakan juga apakah dari dua premis deskriptif bisa ditarik suatu kesimpulan preskriptif �Kalau satu premis preskriptif dan premis lain deskriptif, kesimpulannya pasti preskriptif �Contoh: q. Setiap manusia harus menghormati orang tuanya (premis preskriptif) q. Lelaki ini adalah orang tua saya (presmis deskriptif) q. Jadi, lelaki ini harus saya hormati (kesimpulan preskriptif) 2

Konklusi Pendekatan non-filosofis adalah etika deskriptif Pendekatan filosofis bisa sebagai etika normatif dan bisa juga sebagai metaetika atau etika analitis Dalam pendekatan normatif, diambil suatu posisi (standpoint moral) → terjadi dalam etika normatif (umum/khusus) Dalam pendekatan non-normatif, si peneliti tinggal netral terhadap setiap posisi moral, terjadi dalam etika deskriptif dan metaetika 3

Hakikat Etika Filosofis �Pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain �Etika adalah refleksi kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah laku manusia sejauh berkaitan dengan norma �Etika: refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma-norma atau dari sudut baik dan buruk �Etika adalah ilmu, tapi sebagai filsafat ia tidak merupakan suatu ilmu empiris 4

Peranan Etika dalam Dunia Modern • Ada tiga ciri menonjol dalam dunia modern, yakini: 1. Adanya pluralisme moral 2. Timbulnya masalah-masalah etis baru, terutama disebabkan perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu-ilmu biomedis 3. Kepedulian etis yang bersifat universal 5

Moral dan Agama Di bidang moral kesepakatan antar-agama jauh lebih mudah tercapai daripada di bidang dogmatik (pendangan tentang Allah, tentang hubungan antara Allah dan dunia, dan seterusnya) Munculnya sekularisasi Dostoyevski: “Seandainya Allah tidak ada, semuanya diperbolehkan. ” Jean-Paul Sartre (1905 -1980) menolak perkataan Dostoyevski itu Tidak benar bahwa bagi orang yang tidak beragama semua diperbolehkan 6

Moral dan Hukum (1) �Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dituliskan dan secara kurang lebih sistematis disusun dalam kitab undang-undang �Norma moral lebih bersifat subyektif dan akibatnya lebih banyak “diganggu” oleh diskusi-diskusi yang mencari kejelasan tentang yang harus dianggap etis atau tidak etis �Hukum maupun moral mengatur tingkah laku manusia �Namun hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja (legalitas) �Moral menyangkut juga sikap batin seseorang (moralitas) 7

Moral dan Hukum (2) �Sanksi yang berasal dari hukum sebagian terbesar dapat dipaksakan �Norma-norma etis tidak dapat dipaksakan, sebab paksaan hanya mampu menyentuh bagian luar, sedangkan perbuatan-perbuatan etis justru berasal dari dalam �Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara �Moralitas didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi kalangan individu dan masyarakat �Masalah etika tidak bisa diputuskan dengan suara terbanyak �Moral menilai hukum, dan bukan sebaliknya 8

Tugas individu Pilih salah satu Buat makalah tentang: Hedonisme Eudemonisme Utilitarisme Deontologi Etika kewajiban Etika keutamaan Jangan lupa daftar pustaka 9
- Slides: 9