Manusia dan Identitas IDENTITAS MANUSIA DASAR IDENTITAS SOSIAL

  • Slides: 9
Download presentation
Manusia dan Identitas ü IDENTITAS MANUSIA ü DASAR IDENTITAS SOSIAL ü EKSISTENSI MANUSIA ü

Manusia dan Identitas ü IDENTITAS MANUSIA ü DASAR IDENTITAS SOSIAL ü EKSISTENSI MANUSIA ü REGULARITAS HUBUNGAN MANUSIA

A. Pengertian Ø Identity : sesuatu yang melekat dlm diri seseorang, jati diri, harga

A. Pengertian Ø Identity : sesuatu yang melekat dlm diri seseorang, jati diri, harga diri. Ø Kesadaran : Quency Kesadaran dikaitkan dengan keadaan atau kualitas dari manusia : a. Kesadaran filosofis merujuk pada : ü keadaan realitas, karakteristiknya adalah kedalaman, subjektivitas, perasaan, pengalaman, agensi diri, makna & maksud. Sehingga yang bukan kesadaran : kehampaan, kosong, dan keseluruhan objektif. b. Kesadaran psikologis merujuk pada : ü keadaan dari kesadaran, misal: terjaga, mimpi, penuh kesenangan, penuh ketakutandan mistis ü diatas ambang kesadaran/awareness.

B. Identitas Manusia 1. Descartes : I think, there for I am. Karena manusia

B. Identitas Manusia 1. Descartes : I think, there for I am. Karena manusia adalah hewan yang berpikir, maka yang menyadari keberadaan sesuatu yang lain dan yang menyadari sesuatu yang lain itu adalah manusia bukan yang lain tersebut. Berpikir adalah proses akan lahirnya kesadaran. 2. Edmund Husserl : Kesadaran berarti sadar akan sesuatu. Kesadaran akan sesuatu maksudnya adalah ada diri selain diri kita yang berada di luar sana atau di luar diri, adanya subjek dan objek. kesadaran menimbulkan juga pemilahan, keraguan, dan pencarian makna. 3. Auguste Comte : Manusia mistis ke manusia ilmiah. ü Tahap teologis. ü Tahap metafisik. ü Tahap positif.

C. Dasar Identitas Sosial ü Dasar identitas Sosial : Ø Henri Tajfel Sebagai Tokoh

C. Dasar Identitas Sosial ü Dasar identitas Sosial : Ø Henri Tajfel Sebagai Tokoh Teori Identitas Sosial : menemukan tiga konsep baru tentang persepsi: o Pertama, bahwa asosiasi nilai dengan objek fisik tidak selalu memberikan persepsi yang berlebihan dalam perbandingannya terhadap stimulus yang netral atau terhadap ukuran yang objektif. o Kedua, distorsi dalam persepsi tidak selalu berasal dari satu arah. o Ketiga, membedakan atara penilaian persepsi interserial dengan intraserial. Dalam hal ini, Tajfel membuat permasalahan penilaian tentang persepsi menjadi lebih mudah dipahami. Bahwa penilaian haruslah dilihat dulu dalam perbandingannya antara stimulus ketimbang hubungan langsung antara satu stimulus dan responnya. ü Dalam teori identitas sosial: Seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam kehidupannya. Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari maupun tidak disadari.

ü Identitas Nasional : ? ? ? (Pikirkan dan kaitkan dengan warga negara Indonesia).

ü Identitas Nasional : ? ? ? (Pikirkan dan kaitkan dengan warga negara Indonesia). ü Identitas Etnis, Ras, dan Agama ? ? ? Kaitkan dengan NKRI. Ø Menurut Sarben & Allen. Identitas sosial berfungsi sebagai pengacu keberadaan posisi seseorang berada di mana dia. Teori identitas sosial melihat bahwa suatu identitas sosial selalu mengklarifikasikan dirinya melalui perbandingan, tapi secara umumnya, perbandigannya adalah antara in-groups dan out-groups. Ingroups biasanya secara stereotype positif sifatnya, selalu lebih baik dibandingkan out-groups.

D. Eksistensi Manusia Asumsi dasar: • Manusia sebagai pribadi tidak dirumuskan sebagai suatu kesatuan

D. Eksistensi Manusia Asumsi dasar: • Manusia sebagai pribadi tidak dirumuskan sebagai suatu kesatuan individu saja tanpa sekaligus menghubungkannya dengan lingkungan sekitarnya. • Suatu kepribadian akan menjadi kepribadian apabila keseluruhan sistem psikofisiknya termasuk bakat kecakapan dan ciri-ciri kegiatannya menyatakan sebagai kekhasan dirinya dalam penyesuaian dirinya dengan lingkungannya.

ü Menurut Kierkergaard : Semua tindakan dan peristiwa manusia tidak semuanya didasarkan pada rasio

ü Menurut Kierkergaard : Semua tindakan dan peristiwa manusia tidak semuanya didasarkan pada rasio tetapi juga pada pilihan bebas dan emosi spontan yang sering irasional. ü 3 tahap eksistensi manusia (Kierkergaard) : 1. Tahap estetis : orientasi sepenuhnya pd kesenangan hidup. 2. 3. (naluri seksual, hedonis, berdasarkan suasana hati). Tahap etis : mengubah estetis ke etis (‘pertobatan’). Menerima kebajikan moral. Tahap religius : ‘aku’ baru akan tercapai ketika individu dengan ‘mata tertutup’, keluar dan melebur diri dlm realitas Tuhan. Jadi ada subjektif dan objektif nilai, yang menimbulkan paradoks.

E. Regulasi Hubungan Manusia ü Setiap individu yang melibatkan diri dalam hubungan pribadi dan

E. Regulasi Hubungan Manusia ü Setiap individu yang melibatkan diri dalam hubungan pribadi dan interaksi bergantung pada keteraturan. ü Manusia melanggar aturan. ü Moral dan aturan sosial. ü Tangan Tuhan : tangan Allah adalah dalam aturan. Dengan menyediakan aturan untuk interaksi pribadi, ia memberikan dasar yang stabil untuk interaksi. Aturan mencakup aturan moral dari Allah dan aturan-aturan sosial yang mungkin memiliki implikasi moral.