Takhrij alHadits Dan Penelitian Sanad Tahrij AlHadits Makna
- Slides: 29
Takhrij al-Hadits Dan Penelitian Sanad
Tahrij Al-Hadits Makna istilah TAHRIJ AL-HADITS 1. Menyampaikan hadits lengkap dg sanad 2. Menyampaikan hadis dari kitab tertentu dengan sanad sendiri 3. Menunjukkan letak asal usul hadits lengkap dg sanadnya dan menjelaskan kaadaan sanad, baik dari sisi jumlah /kualitasnya
Tujuan Tahrij al-hadits 4 Mengetahui asal usul riwayat hadits 4 Mengetahui jumlah sanad hadits 4 Mengetahui jumlah perawi yg terlibat 4 Mengetahui ada tidaknya syahid dan muttabi’ sanad hadits 4 Mengetahui kualitas sanad
Metode Tahrij 4 KITAB YG DIPERLUKAN UTK MELACAK HADITS 4 Kitab-kitab hadits 4 Tahrij bil lafdzi 4 Tahrij bil maudlu’ 4 Kamus hadits: 4 a. ﺍﻟﻤﻌﺠﻢ ﺍﻟﻤﻔﻬﺮﺱ ﻷﻠﻔﺎﻅ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ 4 MACAM METODE 4 b. ﻣﻔﺘﺎﺡ ﻛﻨﻮﺯ ﺍﻟﺴﻨﺔ 4 c. Kitab-2 athraf
Cara Melacak Hadis: Dengan perawi teratas/tertinggi Mengetahui lafaz awal matan Mengetahu salah satu kata/kalimat dari matan Mengetahui konten/judul Hadis: Bab Solat, Zakat, Puasa, Haji dll. Mengetahui sifat-sifat sanad & Matan Banyak Hafal Hadis > Sumber Lacakan: Mu’jam al-Fahares, Athraf, Mausu’ah, CD-ROM, dll)
Kitab-Kitab yg diperlukan melakukan Tahrij hadits 1. Kamus Hadits 2. Kitab-Kitab Hadits 3. Kitab Sejarah Para Perawi 4. Kitab Ilmu Dirayah/Musthalah Hadits
Langkah-2 Tahrij &Penl. Sanad 1. Konsultasi Ke Kamus Hadits 2. Melacak Hadits pd kitab Hadits 3. Menulis hadits yg ditemukan lengkap dg sanad 4. Melakukan i’tibar 5. Menyusun skema sanad 6. Meneliti sejarah para perawi 7. Analisa kuantitas dan kualitas sanad 8. Menyimpulkan hasil takhrij dan penelitian 9. Penutup
Contohnya ﻣﺤﺮﻡ ﺫﻱ ﻣﻊ ﺇﻻ ﺍﻟﻤﺮﺃﺔ ﺗﺴﺎﻓﺮ ﻻ . Hadits ini dilacak melalui pendekatan lafadz. Melalui lafadz ﺗﺴﺎﻓﺮ ﺳﺎﻓﺮ > > >ditemukan pada kitab Sunan Abu Dawud Jus II hal. 141, terdapat empat hadits. > Ditemukan pula pada kitab Sunan al-Turmudzi juz II hal. 463 terdapat dua hadits. >Ditemukan juga pada kitab Sunan Ibnu Majah juz II, hal 927, terdapat dua hadits. Sebagai berikut;
Nabi SAW Abu Said Abu Hurairah Sholih Abihi/kaisan Said Al-A’masy Waki’ &Abu Muawiyah Hanad Isman bn Abi Saibah Al. Nifaili Malik bn Anas Bisr Usman Ibn Wahab Nafi’ Ubaidillah Suhail Al-Laits bn. Sa’ad Jarir Abdulla h Ibnu Umar Yusuf bn Musa Qutaibah bn Said Abu Dawud Yahya bn Said Ahmad
Nabi Saw Abu Hurairah Abu Said al-Hudri Abihi/Kaisan Abu Sholih Said bn Abi Said Al-A’masy Malik bn Anas Abu Muawiyah Bisr bn Umar Ahmad bn Mani’ Al-Hasan bn Ali Al-Turmudzi
Dari pernyataan yang dinyatakan hadits-hadits tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Rasulullah “melarang perempuan” melakukan pepergian tanpa disertai muhrimnya. Kata melarang perempuan di sini sengaja dicetak miring dengan tanda kutip, karena redaksi yang dipilih oleh hadits di atas beragam; Redaksi larangan Rasul itu ada yang menggunakan ungkapan ﻳﺤﻞ ﻻ , yang berarti tidak halal, dan ada yang menggunakan ungkapan fi’il nahi ﻓﺮ ﺗﺴﺎ ﻻ , yang artinya jangan melakukan perpergian.
Jika larangan ini menggunakan ungkapan ﻳﺤﻞ ﻻ , maka pasangannya selalu berupa ﻣﺮﺃﺔ ﺇ , , isim mufrad Dalam bentuk nakirah. Yang artinya menunjuk kepada satu orang perempuan yang masih bersifat umum. Sedangkan jika larangan ini menggunakan ungkapan ﻓﺮ ﻻﺗﺴﺎ , maka pasangannya selalu berupa kata ﺃﺔ ﺍﻟﻤﺮ , isim mufrad dalam bentuh ma’rifat, yang artinya menunjuk kepada jenis orang
2. Larangan pepergian di atas berlaku bagi suatu perjalanan yang menghabiskan waktu minimal selama sehari/ semalam. Radaksi “lama pepergian” yang digunakan hadits di atas juga beragam; ada yang menggunakan ungkapan ﻟﻴﻠﺔ ﻣﺴﻴﺮﺓ atau ﻭﺍﺣﺪ ﻳﻮﻡ ﻣﺴﻴﺮﺓ dan ada yang diungkapkan dengan redaksi ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻳﻮﻣﺎ . serta ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻳﻮﻡ ﻣﺴﻴﺮﺓ . Disamping itu ada redaksi yang menunjuk selama minimal tiga hari. Ungkapan kata yang digunakan ada yang ﺍ ﻓﺼﺎﻋﺪ ﺃﻴﺎﻡ ﺛﺔ ﺛﻼ dan ada yang diungkapkan dalam redaksi ﺃﻴﺎﻡ ﺛﺔ ﺛﻼ ﻓﻮﻕ . Perbedaan redaksi ini bisa menimbulkan multi interpretasi (tafsir) dalam memahami hadits tersebut. Misalnya antara ungkapan ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻳﻮﻣﺎ dengan ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻳﻮﻡ ﻣﺴﻴﺮﺓ . Kedua kata ini bisa memberikan pemahaman yang berbeda
Melalui kata sehari semalam, makna hadits di atas bisa dipahami bahwa orang perempuan dilarang pepergian selama 24 jam, walaupun jarak tempuh tempat yang dikunjungi tidak memerlukanwaktu selama 24 jam. Sedangkan melalui kata ﻭﻟﻴﻠﺔ ﻳﻮﻡ ﻣﺴﻴﺮﺓ , haditsdi atas bisa memberi pemahaman bahwa orang perempuan dilarang melakukan pepergian yang jeraknya dan waktu tempuhnya memerlukan 24 jam perjalanan.
Format Penulisan Sejarah Perawi ============ 1. Nama lengkap perawi 2. Tahun lahir dan wafat (jika keduanya ada) 3. Tempat tinggal (jika ada) 4. Nama guru dan murid-muridnya 5. Komentar ulama tentang keadilannya
Contoh Penelitian Sejarah Perawi 17 Abi Shalih Nama lengkapnya Dzakwan Abi Shalih al-Sam’an al-Ziyad al -Madini. Wafat pada tahun 101 H. Meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Abu Darda’, Abi Sa’id al-Khudzri, Uqail dan sebagainya. Orang yang meriwayatkan dari padanya antara lain anaknya, Abdullah, Atha’ bin Abi Rabah, Abdullah bin Dinar, al-A’masy, Zaid bin Aslam dan lain-lain. Menurut Abdullah bin Ahmad, dia tsiqat. Menurut Ibnu Sa’ad, Abu Shalih ini tsiqat dan haditsnya dapat digunakan sebagai hujjah. . 40
Abu Sa’id al-Khudhri Nama lengkapnya Sa’ad bin Malik bin Sanan bin Ubed bin Tsa’labah bin Abjar, Khudhrah bin Auf bin Haris bin al-Khazraj al-Anshari Abu Sa’id al. Khudhri. Wafat tahun 74 H. Meriwayatkan hadits dari Nabi saw, dari ayahnya, dari saudaranya, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Zaid bin Tsabit dll. Sedangkan yang meriwayatkan dari padanya antara lain. Anaknya (Abdurrahman), Istrinya, Ibnu Abbas, Abi Rabah dan sebagainya. Dia seorang sahabat Nabi saw yang adil dan tsiqat
Contoh Analisisi Kaadaan Sanad A. Analisa Kuantitas Sanad Sebagaimana dipaparkan pada bab tersebut di atas bahwa hadits tentang pendampingan yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, al. Turmudzi dan Ibnu Majah ini -secara keseluruhan – mulai perawi pertama – kalangan shahabat Nabi - sampai para Mukharrij , melibatkan sekitar 35 orang perawai. Pada thabaqat shabat terdapat tiga orang perawi yaitu Abu Hurairah, Abdullah bin Umar bin al. Khatthab dan Abu Sa’id al-Khudzri. Dari jumlah perawi pada thabaqat pertama ini saja dapat disimpulkan bahwa dari banyak sedikitnya perawi atau sanad, hadits bersangkutan dapat dikategorikan sebagai hadits ahad masyhur. Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang seorang, atau dua orang atau lebih, teapi belum cukup syarat untuk dikategorikan sebagai hadits mutawatir. .
Pada tabaqat tabi’in senior terdapat tiga orang perawi yaitu Nafi’, Kisan, dan Abu Shalih. Demikian pula pada tabaqat tabi’in generasi pertengahan, terdapat al-A’masy, Sa’id dan Ubaidillah. Dengan demikian , maka sejak perawi pertama sampai dengan perawi generasi ke tiga , masing-masing diriwayatkan tiga orang. . Kemudian pada generasi berikutnya hadits bersangkutan diriwayatkan oleh lebih dari tujuh orang perawi. Dengan demikian, maka secara kuantitas, hadits yang sedang dibahas ini memiliki sanad yang masyhur. . Para ulama berbeda pendapat dalam menilai dan mengapresiasi kehujjahan hadits masyhur . Sebagian menempatkan hadits masyhur berada di antara hadits mutawatir dan hadits ahad. Bahkan ada kecenderungan lebih dekat dengan hadits mutawatir di banding hadits ahad. .
B. Analisa Kualitas. Sanad untuk menganalisis kualitas sanad maka diperlukan penjelasan rinci mengenai sanad masing-masing sebagai beriku: Pertama, adalah hadits-hadits riwayat Abu Dawud yang terdapat pada empat tempat yang tersusun dengan sanad di bawah ini : 1. Hadits pada nomor (ﺍ a ) diterima dari Qutaibah bin Sa’id, (150 – 240 H ) dari al-Laits bin Sa’ad, ( 95 – 175 H ) dari Sa’id bin Abi Sa’id, ( w. 123 H ) dari ayahnya (Abi Sa’id/Kisan), ( w. 125 H ) dari Abu Hurairah, ( w. 57 H ) dari Nabi saw. ( w. 11 H )
Dari sisi persambungan sanad , hadits yang diriwayatkan melalui rangkaian perawi di atas dapat disimpulkan sebagai muttashil. Hal ini dapat dibuktikan bahwa masing-masing perawi dengan perawi terdekat sebelumnya pernah hidup satu generasi dan terbukti ada pertemuan, karena mereka memiliki hubungan guru dan murid. [1] Sedangkan dari sisi keadilan dan kedlabitan (tsiqat), terbukti memenuhi persyaratan dan keriteria sebagaimana yang ditetapkan dalam persyaratan hadits yang shahih. Qutaibah adalah seorang yang sangat jujur dan dapat dipercaya. Demikian pula al-Laits bin Sa’ad, Sa’id bin Abi Sa’id dan ayahnya sendiri, Abu Sa’id Kisan al-Maqburi. Kesimpulan sanad Abi Dawud pada hadits nomor ﺃ / a di atas adalah shahih lidzatihi.
Format Laporan Tahrij 1. Pendahuluan 2. Matan hadits lengkap dg sanad 3. Perbandingan redaksi matan 4. Skema sanad per Mukharrij 5. Skema keseluruhan sanad 6. Kesimpulan kuantitas sanad 7. Biografi perawi hadits 8. Kesimpulan kualitas sanad yg diteliti 9. Penutup
TERIMA KASIH
- Fiqih secara etimologi
- Macam macam takhrij hadits
- Contoh atsar lengkap dengan sanad matan dan perawinya
- Imom al buxoriy tugilgan yili
- Tahapan pra penelitian
- Karakteristik tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas
- Pengertian penelitian kuantitatif
- Manfaat empiris
- Tujuan penelitian dan manfaat penelitian
- Penelitian berdasarkan tujuan
- Mengapa penelitian harus menetapkan tujuan penelitian
- Contoh populasi dan sampel dalam penelitian
- Jelaskan makna peristiwa wafat yesus
- Faktor faktor daya ikat konstitusi
- Makna kesederajatan
- Kgk artikel 2334
- Keragaman dan kesetaraan
- Contoh peta konsep iman kepada allah
- Doa tahajud jakim
- Makna sengsara dan wafat yesus
- Wujud peradaban
- Warriors of jesus christ
- Subyek dan obyek penelitian
- Apa itu genre mikro
- Persamaan kuantitatif
- Perbedaan pendekatan ilmiah dan pendekatan non ilmiah
- Tugas ilmu dan penelitian
- Perbedaan paradigma penelitian dan kerangka pemikiran
- Kelebihan dan kekurangan metode penelitian studi kasus
- Memilih masalah penelitian