PERTEMUAN ke 10 SOLUTIOLARUTAN Dra Ratih Dyah Pertiwi

  • Slides: 18
Download presentation
PERTEMUAN ke 10 SOLUTIO/LARUTAN Dra Ratih Dyah Pertiwi, M. Farm, Apt NAMA PRODI :

PERTEMUAN ke 10 SOLUTIO/LARUTAN Dra Ratih Dyah Pertiwi, M. Farm, Apt NAMA PRODI : FARMASI Fakultas Ilmu Kesehatan

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN • Mahasiswa mampu memahami larutan • Mahasiswa mampu memahami apa

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN • Mahasiswa mampu memahami larutan • Mahasiswa mampu memahami apa yang termasuk didalam larutan • Mahasiswa mampu memahami formulasi sediaan larutan

Guttae (drop) • Obat tetes : sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila

Guttae (drop) • Obat tetes : sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam. • Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan yang setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia. • Pediatric drop : obat tetes yang diguanakan untuk anak atau bayi.

GARGARISMA LITUS ORIS GUTTAE OPTH LAR. TOPIKAL GUTTAE NASALES COLLYRIUM EPITHEMA OBAT KOMPRES INHALATIONES

GARGARISMA LITUS ORIS GUTTAE OPTH LAR. TOPIKAL GUTTAE NASALES COLLYRIUM EPITHEMA OBAT KOMPRES INHALATIONES

Collyrium • Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis digunakan untuk membersihkan

Collyrium • Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis digunakan untuk membersihkan mata, dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet. • • Catatan : Pada etiket harus tertera : Masa penggunaan setelah tutup dibuka dan ”obat cuci mata”. • Collyrium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan lama 2 jam setelah botol dibuka tutupnya. Yang mengandung pengawet dapat digunakan paling lama 7 hari setelah botol dibuka tutupnya.

Guttae ophthalmicae • Obat tetes mata : larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan

Guttae ophthalmicae • Obat tetes mata : larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. • Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.

Hal-hal yang diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata : – Nilai isotonisitas • Idealnya

Hal-hal yang diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata : – Nilai isotonisitas • Idealnya sama dengan nilai isotonis larutan Na. Cl 0, 9 %b/v. Tetapi mata masih dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan Na. Cl 0, 6 % b/v dan tertinggi 2, 0 % b/v Na. Cl. – Pendaparan • Pendaparan larutan obat tetes mata adalah untuk mencegah kenaikan p. H yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil oleh wadah kaca. Hal tersebut dapat menggangu kelarutan dan stabilitas obat. Selain itu penambahan dapar juga dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya garam-garam alkaloid. • Air mata normal memiliki p. H 7, 4, secara ideal obat tetes mata memiliki p. H seperti air mata, tetapi karena beberapa bahan obat tidak stabil pada p. H tersebut maka sebaiknya obat tetes mata supaya tidak terlalu merangsang mata.

– Pengawet • • Wadah larutan mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin

– Pengawet • • Wadah larutan mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Larutan harus mengandung zat atau campuran zat yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang mungkin masuk pada waktu wadah dibuka pada saat digunakan. Pengawet yang dianjurkan : – – – Nipagin dan nipasol Fenil merkuri nitrat, timerosol Benzalkonium klorid Klorbutanol, fenil etil alkohol Pengental • Ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan. Larutan obat mata yang dikentalkan harus bebas dari partikel yang dapat terlihat. Cth : metil selulosa, hidroksi propil selulosa, polivinil alkohol.

Cara pembuatan obat tetes mata • 1). Obat dilarutkan ke dalam salah satu zat

Cara pembuatan obat tetes mata • 1). Obat dilarutkan ke dalam salah satu zat pembawa yang mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 115 -116 o. C selama 30 menit. • 2). Obat dilarutkan dalam cairan pembawa beriar yang mengandung salah satu zat pengawet dan sterilkan menggunakan bakteri filter, masukkan kedalam wadah secara tehnik aseptis dan tutup rapat. • 3). Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutu rapat dan sterilkan dengan penambahan bakterisid, dipanaskan pada suhu 98 – 100 o. C selama 30 menit.

Gargarisma (Gargle) • Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam

Gargarisma (Gargle) • Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. • Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan. • Penandaan : Petunjuk pengencern sebelum digunakan dan ”hanya untuk kumur, tidak ditelan”

Litus Oris • Oles bibir adalah sediaan cair agak kental dan pemakaiannya secara disapukan

Litus Oris • Oles bibir adalah sediaan cair agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam mulut. • Cth: Lar 10 % borax dalam gliserin

Guttae Nasales • Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan

Guttae Nasales • Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, • Dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet. • Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.

Inhalationes • Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut atau disemprotkan dalam bentuk

Inhalationes • Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut atau disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernafasan. • Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkhioli. • Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas. • Penandaan : Pada etiket ditulis ”Kocok dahulu”

Epithema/Obat Kompres • Cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat yang sakit

Epithema/Obat Kompres • Cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose, digunakan untuk mengeringkan luka bernanah. • Cth : Sol Rivanol, campuran Borwater-revanol

Sirop • Adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, kadar sakarosa tidak kurang

Sirop • Adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, kadar sakarosa tidak kurang dari 64 % dan tidak lebih dari 66% • Contoh-contoh sediaan sirop : ferrosi iodidi sirupus thymi, sirupus simplex • Pada pembuatan sirop dari simplisia yang mengandung glikosida antrakuinon ditambahkan Na 2 CO 3 sejumlah 10% bobot simplisia.

Sirop • Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirop simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben

Sirop • Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirop simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0, 25 % b/v atau pengawet lain yang cocok. • Kadar gula dalam sirop pada suhu kamar maksimum 66% sakarosa, jika lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi jika lebih rendah dari 62% sirop akan membusuk. • BJ sirop kira-kira 1, 3 • Untuk mencegah sirop tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet misalnya nipagin. • Dalam perdagangan ada yang dikenal dengan dry sirup yaitu sirup berbentuk kering yang jika akan dipakai ditambahkan sejumlah pelarut tertentu atau aqua destilata, biasanya berisi zat-zat yang tidak stabil dalam suasana berair

Dalam ilmu farmasi sirop banyak digunakan karena dapat berfungsi sebagai 1. 2. 3. 4.

Dalam ilmu farmasi sirop banyak digunakan karena dapat berfungsi sebagai 1. 2. 3. 4. Obat, misalnya chlorfeniramini maleatis sirupus Corigen saporis, misalnya sirupus simplex Corigen odoris, misalnya sirupus aurantii Corigen coloris, misalnya sirupus rhoedos, sirupus rubi idaei 5. Pengawet, misalnya pada sediaan dengan bahan pembawa sirop karena konsentrasi gula yang tinggi mencegah pertumbuhan bakteri

Pustaka q Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. q Ansel,

Pustaka q Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. q Ansel, H. C. , 1995, The Prescription in : Genaro, A. R. , (Ed. ), Remington The Science and Practice of Pharmacy, Mack Publising Company. q Ansel, H. C. , Popovich, N. G. , Allen, L. V. , 1999 , Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 7 th Ed. , Williams & Wilkins, Philadelphia. q. Banker, G. S. , Siepmann, J. Rhodes, C. , 2002, Modern Pharmaceutics, 4 th ed, Marcel Dekker, Inc. New York q. Jenkins G. L. et al. , 1957, Scoville’s The Art of Compounding, 9 th Ed. , Mc. Graw, Hill Book Co. Inc. , New York, Toronto, London. q. Rowe, R. C. , 2009, Handbook of Pharmaceutical Eksipients, 6 th edition, The Pharmaceutical Press, London