PANDANGAN FPI TERHADAP MANUSIA MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN Filsafat

  • Slides: 28
Download presentation
PANDANGAN FPI TERHADAP MANUSIA, MASYARAKAT, DAN LINGKUNGAN Filsafat Pendidikan Islam

PANDANGAN FPI TERHADAP MANUSIA, MASYARAKAT, DAN LINGKUNGAN Filsafat Pendidikan Islam

Kompetensi: Mahasiswa mampu mendeskripsikan pandangan filsafat pendidikan islam terhadap manusia Mahasiswa mampu mendeskripsikan pandangan

Kompetensi: Mahasiswa mampu mendeskripsikan pandangan filsafat pendidikan islam terhadap manusia Mahasiswa mampu mendeskripsikan pandangan filsafat pendidikan islam terhadap masyarakat Mahasiswa mampu mendeskripsikan pandangan filsafat pendidikan islam terhadap lingkungan Mahasiswa mampu mendeskripsikan pandangan filsafat pendidikan islam terhadap ilmu pengetahuan

PROLOG Ketertinggalan pendidikan Islam -salah satunya- juga dikarenakan oleh terjadinya penyempitan terhadap pemahaman pendidikan

PROLOG Ketertinggalan pendidikan Islam -salah satunya- juga dikarenakan oleh terjadinya penyempitan terhadap pemahaman pendidikan Islam yang hanya berkisar pada aspek kehidupan ukhrawi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan rohani yang terpisah dengan kehidupan jasmani. Dengan kata lain pendidikan Islam masih memisahkan antar akal dan wahyu, ayat qouliyah dan ayat kauniyah serta pikir dan zikir. Hal ini menyebabkan adanya ketidakseimbangan paradigmatik, yaitu kurang berkembangnya konsep humanisme religius dalam dunia pendidikan Islam, yang disebabkan karena pendidikan Islam lebih berorientasi pada konsep abdullah (manusia sebagai hamba), ketimbang sebagai konsep khalifatullah (manusia sebagai khalifah Allah).

Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Manusia

Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Manusia

HAKIKAT MANUSIA: (1) Proses Kejadian : Asal kejadian manusia pertama ialah persenyawaan antara Tin

HAKIKAT MANUSIA: (1) Proses Kejadian : Asal kejadian manusia pertama ialah persenyawaan antara Tin (QS. Sajadah (32: 7; Al. Mu’minun (23): 12); Turab (QS. Al-Hajj (22): 5; Ali Imran (3): 59; Shal-shal dan Fakhhar (Ar-Rahman (55): 14; dan Hamain Masnun (QS. Al-Hijr (15): 26); dan al-Ruh. Asal kejadian manusia pasca Adam melalui proses biologik melalui pasangan laki-laki dan perempuan (QS. Al-Mu’minun (23): 12 -14).

HAKIKAT MANUSIA: (2) Perangkat Jati Diri MANUSIA Hakikat Insan dilihat dari dua kata kunci

HAKIKAT MANUSIA: (2) Perangkat Jati Diri MANUSIA Hakikat Insan dilihat dari dua kata kunci dalam Al. Qur’an yakni Al-Insan dan Al-Basyar. � Al-Insan yg btk jamaknya al-nas dpt dilihat dari segi akar katanya dari anasa (melihat, mengetahui dan minta izin). Dari sini manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yg ia lihat, mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, dan terdorong untuk meminta izin menggunakan sesuatu yg bukan miliknya. � Al-Insan dari akar kata : “nasiya” (lupa) menunjukkan adanya kaitan yg erat antara manusia dg kesadaran dirinya. Manusia lupa thd susuatu hal, disebabkan ia kehilangan kesadaran thd sesuatu. �

HAKIKAT MANUSIA: (3) PENGERTIAN MANUSIA Al-Insan dari akar kata : “Al-Uns atau anisa” (jinak),

HAKIKAT MANUSIA: (3) PENGERTIAN MANUSIA Al-Insan dari akar kata : “Al-Uns atau anisa” (jinak), menunjukkan pada dasarnya manusia itu jinak, dapat menyesuaikan diri dg realitas hidup dan lingkungannya. Al-Basyar disebut untuk semua makhluk baik laki-laki maupun perempuan, baik secara individual maupun kolektif. Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah yang artinya permukaan kulit kepala, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Untuk itu kata basyar mengacu kepada manusia dari aspek lahiriyahnya dan mempunyai bentuk tubuh yg sama. Manusia dilihat dari insan maka perkembangan dan pertumbuhannya sangat tergantung pengembangan diri, lingkungan termasuk pendidikan dan kebudayaan. Sedangkan manusia dari kata basyar sangat tergantung pada alam (apa yg dimakan diminumnya).

HAKIKAT MANUSIA: (4) POTENSI MANUSIA Nafs sinonimnya insan atau al-fard mengacu kpd dzat manusiawi

HAKIKAT MANUSIA: (4) POTENSI MANUSIA Nafs sinonimnya insan atau al-fard mengacu kpd dzat manusiawi secara keseluruhan QS. Al-Baqarah (2): 48; Ali Imran (3): 185, Al-Maidah (5): 45). Al-Jism (QS. Al-Baqarah (2): 247; Al-Munafiqun (63): 4). Al-Jism mengacu kepada persyaratan imamah atau menjadi penguasa pemerintahan ialah ilmu dan kekuatan fisik. Akal disebutkan dalam bentuk kata kerja yang mengacu kepada unsur pemikiran manusia dan akal sebagai penopang agama dan tiang agama. Menurut al-Aqqad bhw al-lubbu adalah akal yang mampu mengetahui dan memahami; akal merupakan sumber pengetahuan dan pemahaman yg terdapat di dalam otak manusia. (QS. Al. Baqarah (2): 73, 163 -164).

HAKIKAT MANUSIA: (5) POTENSI MANUSIA Al-Qolb (Al-Fuad, Shadr dan Shudur) yang juga menunjuk kpd

HAKIKAT MANUSIA: (5) POTENSI MANUSIA Al-Qolb (Al-Fuad, Shadr dan Shudur) yang juga menunjuk kpd al-qalb (Al-Hajj (22): 32; Al-Maidah (5): 41). Iman bersemayan di Qalbu. Kata ini digunakan berkaitan dengan emosi dan akal, tidak menunjuk kpd unsur-unsur biologis. Ia merupakan dasar bagi fitrah yg sehat, perasaan, iman, kemauan, kontrol, pemahaman dan alat ma’rifah ke ilmu. Ruh : tidak didapat batasannya dalam al-Qur’an. Ruh dikaitkan dl arti pembawa wahyu yakni Jibril, rahasia Ilahi yg dengannya tanah liat kering menjadi manusia, pemberi hidup, dan Al-Qur’an. (QS. Al-Hajj (22): 29; As. Sajadah (32): 7 -9; As-Syura (42): 52; As-Syu’ara (26): 193; An-Nahl (16): 102, Al-Hijr (15): 28 -29; Al-Isra (17): 85).

HAKIKAT MANUSIA: (6) Potensi Manusia Fitrah: Kata fitrah dan segala bentuk kata jadiannya dalam

HAKIKAT MANUSIA: (6) Potensi Manusia Fitrah: Kata fitrah dan segala bentuk kata jadiannya dalam Alquran tertera pada 19 ayat dalam 17 surat. Dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al-fathr yang bentuk pluralnya fithar yang dapat berarti cara penciptaan, sifat pembawaan sejak lahir, sifat watak manusia, agama dan sunnah.

HAKIKAT MANUSIA: (7) Potensi Manusia Pengertian Fitrah dari segi istilah: sistem aturan atau potensi

HAKIKAT MANUSIA: (7) Potensi Manusia Pengertian Fitrah dari segi istilah: sistem aturan atau potensi yang diciptakan kepada setiap makhluk sejak keberadaannya baik ia makhluk manusia ataupun yang lainnya. Seperti bawaan dasar manusia cenderung kepada agama tauhid, kebenaran, keadilan, wanita, harta benda, anak dan lain-lain.

PERPORMANCE MANUSIA v Putus asa (Hud: 9) v Tidak berterima kasih (Ibrahim: 34) v

PERPORMANCE MANUSIA v Putus asa (Hud: 9) v Tidak berterima kasih (Ibrahim: 34) v Berkeluh kesah (Al-Ma’arij: 19) v Amat kikir (Al-Ma’arij: 22) v Membantah (Al-Kahfi: 54) v Melampaui batas (Al-Alaq: 6 -7) v Purbasangka (al-Najm: 23) dll

KEDUDUKAN MANUSIA Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam(Al. Jum’at: 10; Al-Baqarah: 60). � Sebagai

KEDUDUKAN MANUSIA Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam(Al. Jum’at: 10; Al-Baqarah: 60). � Sebagai Peneliti alam (Al-Baqarah: 163, Al-An’am: 168). � Sebagai makhluk yg paling tinggi dan paling mulia (At. Tin: 4, Al-Isra: 70). � Sebagai hamba Allah (Adz-Dzariyat: 56, Ali Imran: 83). � Sebagai Khalifah di bumi (Al-Baqarah: 30, Al-An’am: 165). � Sebagai Makhluk educandum dan educandus (Al. Baqarah: 31, Al-Alaq: 1 -5 dan Luqman: 13). �

Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Masyarakat

Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Masyarakat

Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Masyarakat Kata madani sepintas orang mendengar asosiasinya dengan kata

Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Masyarakat Kata madani sepintas orang mendengar asosiasinya dengan kata Madinah, memang demikian karena kata Madani berasal dari dan terjalin erat secara etimologi dan terminologi dengan Madinah yang kemudian menjadi ibukota pertama pemerintahan Muslim. Maka, "Kalangan pemikir muslim mengartikan civil society dengan cara memberi atribut keislaman madani [attributive dari kata al-Madani]. Oleh karena itu, civil society dipandang dengan masyarakat madani yang pada masyarakat idial di [kota] Madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam masyarakat tersebut Nabi berhasil memberlakukan nilai -nilai keadilan, prinsip kesetaraan hukum, jaminan kesejahteraan bagi semua warga, serta perlindungan terhadap kelompok minoritas. Dengan begitu, kalangan pemikir Muslim menganggap masyarakat [kota] Madinah sebagai prototype masyarakat ideal produk Islam yang dapat dipersandingkan dengan masyarakat ideal dalam konsep civil society"[Thoha Hamim, 1999: 4]

Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Lingkungan

Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Lingkungan

menurut Al-Syaibany terdapat beberapa prinsip Filsafat Pendidikan Islam tentang alam, antara lain yakni: q

menurut Al-Syaibany terdapat beberapa prinsip Filsafat Pendidikan Islam tentang alam, antara lain yakni: q Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa pendidikan Islam sebagai proses pembentukan pengalaman dan perubahan tingkah laku, baik individu maupun masyarakat hanya akan berhasil apabila terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan alam sekitarnya tempat mereka hidup. Seluruh makhluk, baik benda ataupun alam sekitar, dipandang sebagai bagian alam semesta. Oleh karena itu, proses pendidikan manusia dan peningkatan mutu akhlaknya, bukan sekedar terjadi dalam lingkungan sosial (sesama manusia) semata, tapi juga dalam lingkungan alam yang bersifat material. q Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta atau universe, baik yang materi maupun bukan, memiliki hukumnya sendiri-sendiri. Hal ini harus diteliti dan dipelajari dalam pendidikan Islam agar peserta didik mampu mengenali hukum-hukum yang mengendalikan alam semesta ini sehinga memiliki keteraturan dan keharmonisan dalam kehidupan.

 Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang terbagi dalam dua kategori (alam

Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang terbagi dalam dua kategori (alam materi dan alam ruh), harus dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu pendidikan Islam harus memperhatikan kedua hal ini secara seimbang, karena kehidupan manusia yang sempurna tidak akan terwujud hanya dengan memperhatikan salah satunya. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang berjalan dengan teratur ini, harus dipahami sebagai keajaiban dan keagungan Sang Pencipta. Olehnya itu, dari sikap ini diharapkan akan menambah iman atau keyakinan bahwa manusia tidak berdaya dihadapan Allah yang telah membuat dan

 Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta ini bukanlah musuh bagi manusia, dan

Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta ini bukanlah musuh bagi manusia, dan bukan penghalang bagi kemajuan peradaban manusia, melainkan alam merupakan teman dan alat bagi kemajuan manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus senantiasa diarahkan agar dapat menanamkan pemahaman kepada peserta didik tentang bagaimana mengelola alam dan memanfaatkannya secara bijaksana demi kepentingan umat manusia. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta dan seisinya ini bersifat baru (tidak kekal). Prinsip ini dapat dijadikan sebagai pegangan pendidikan Islam bahwa hanya Allahlah yang bersifat kekal dan abadi.

Ending sebagai sebuah disiplin ilmu maka Filsafat Pendidikan Islam dapat pula menentukan sikapnya dari

Ending sebagai sebuah disiplin ilmu maka Filsafat Pendidikan Islam dapat pula menentukan sikapnya dari permasalahan-permasalahan seputar alam. Sikap ini pada akhirnya akan melahirkan berbagai prinsip yang dapat dijadikan sebagai landasan filosofis dalam menentukan tujuan, metode, kurikulum, dan berbagai komponen lainnya dalam pendidikan Islam.

Lingkungan Keluarga (Surat al-Tahrim/66 ayat 6): ﺍ ﺍ ﺍﻳ آﻭﺍ ﻭﺍ ﻧ ﻳ ﺍﺭ

Lingkungan Keluarga (Surat al-Tahrim/66 ayat 6): ﺍ ﺍ ﺍﻳ آﻭﺍ ﻭﺍ ﻧ ﻳ ﺍﺭ ﻭﺍ ﺍﻟ ﺍ ﺍﺍ ﺍ ﺍ ﻭ ﺍﻟ ﺍ ﻭ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q. S. ar-Rum/30: 21) Al-Qur’an memperkenalkan konsep kelurga sakinah, mawaddah, wa rahmah: ﻱ آﺍ ﻭ آﺍ ﻡ ﻧ ﺍﺟ ﻭﺍ ﺍ ﻡ Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan -Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Lingkungan Sekolah bahwa di dalam al-Qur’an tidak ada satu pun kata yang secara langsung

Lingkungan Sekolah bahwa di dalam al-Qur’an tidak ada satu pun kata yang secara langsung menunjukkan pada arti sekolah (madrasah). Akar dari kata madrasah, yaitu darasa di dalam al-Qur’an dijumpai sebanyak 6 kali. yang mengandung pengertian yang bermacam-macam, di antaranya berarti mempelajari sesuatu (Q. S. 6: 105); mempelajari Taurat (Q. S. 7: 169); perintah agar mereka (ahli kitab) menyembah Allah lantaran mereka telah membaca al-Kitab (Q. S. 3: 79); pertanyaan kepada kaum Yahudi apakah mereka memiliki kitab yang dapat dipelajari (Q. S. 68: 37); informasi bahwa Allah tidak pernah memberikan kepada mereka suatu kitab yang mereka pelajari (baca) (Q. S. 34: 44); Dari keterangan tersebut jelaslah bahwa kata-kata darasa yang merupakan akar kata dari madrasah terdapat dalam al-Qur’an. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan madrasah (sekolah) sebagai tempat belajar atau lingkungan pendidikan sejalan dengan semangat al-Qur’an yang senantiasa menunjukkan kepada umat manusia agar mempelajari sesuatu.

Lingkungan Masyarakat Menurut an-Nahlawi, tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan tersebut hendaknya melakukan beberapa hal,

Lingkungan Masyarakat Menurut an-Nahlawi, tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan tersebut hendaknya melakukan beberapa hal, yaitu: pertama, menyadari bahwa Allah menjadikan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan dan pelarang kemungkaran/amar ma’ruf nahi munkar (Qs. Ali Imran/3: 104); kedua, dalam masyarakat Islam seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga di antara saling perhatian dalam mendidik anak-anak yang ada di lingkungan mereka sebagaimana mereka mendidik ketiga, jika ada orang yang berbuat jahat, maka masyarakat turut menghadapinya dengan menegakkan hukum yang berlaku, termasuk adanya ancaman, hukuman, dan kekerasan lain dengan cara yang terdidik; keempat, masyarakat pun dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikotan, atau pemutusan hubungan kemasyarakatan sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Nabi; dan kelima, pendidikan kemasyarakatan dapat dilakukan melalui kerja sama yang utuh karena masyarakat muslim adalah masyarakat yang padu.

Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan

Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan

Epistemologi Islam dan Barat ISLAM BARAT Asas: Pandangan hidup Islam berdasarkan wahyu, hadith, akal,

Epistemologi Islam dan Barat ISLAM BARAT Asas: Pandangan hidup Islam berdasarkan wahyu, hadith, akal, pengalaman, intuisi Asas: Wordlview Barat berdasarkan Rasio dan spekulasi filosofis. Pendekatan: Tawhidi. Pendekatan: dichotomis Sifat: rasional, metafisis, dan supra-rasional, ada yang permanen ada yang berubah. . Makna Realitas dan Kebenaran: al-Haqq dan al-Haqiqah, berdimensi metafisik dan fisik, rasional. Sifat: rasional, non-metafisis, terbuka & selalu berubah. Objek kajian: invisible & visible. ‘Ālam al-Mulk & ‘Ālam al-Syahādah Makna Realitas & Kebenaran: Truth berdimensi sosial, kultural, empiris, rasional. Objek Kajian: Realitas empiris, non-metafisis

Ilmu Fardu ‘Ayn Ilmu fardu ayn merupakan kewajiban kepada setiap orang Islam. Setiap aqil

Ilmu Fardu ‘Ayn Ilmu fardu ayn merupakan kewajiban kepada setiap orang Islam. Setiap aqil baligh tidak boleh tidak tahu mengenainya. Dalam pandangan al-Khawarizmi, ilmu fardu ‘ayn wajib ke atas semua manusia, baik kalangan masyarakat awam atau golongan terpilih (khawass), pemerintah atau menteri, yang merdeka atau hamba, yang tua dan yang muda, dan seterusnya. Ilmu fardu ‘ayn memiliki tiga dimensi.

q Dimensi pertama ilmu fardu 'ayn adalah i‘tiqad, yaitu, membenarkan segala apa yang sahih

q Dimensi pertama ilmu fardu 'ayn adalah i‘tiqad, yaitu, membenarkan segala apa yang sahih disampaikan Allah kepada Rasulullah dengan i‘tiqad yang tetap dan pasti, yang bebas dari sebarang shakk (keraguan). Dimensi pertama ilmu fardu ‘ayn ini juga terkenal dengan nama ilmu altawhid, karena merangkum pengenalan mengenai Allah Maha Pencipta yang cabang-cabangnya diperincikan dalam rukun iman yang lain. Kewajiban menuntut ilmu ini berkembang menurut getaran keraguan hati yang terjadi akibat pembawaan sendiri atau tantangan pengaruh masyarakat dalam bentuk kemungkaran akidah. Kadar ilmu I‘tiqad yang wajib dituntut adalah secukupnya untuk menghilangkan kesangsian dan kekacauan aqidah yang boleh dialami. Yaitu, mampu mengenal antara aqidah yang haqq dan yang batil sehingga terhindar dari kepercayaan yang batil menurut hawa nafsu atau menafikan 'aqidah yang haqq q Dimensi kedua ilmu fardu 'ayn adalah berkenaan dengan perbuatan yang wajib dilaksanakan.

Al-Hikmah “Ilmu tanpa Iman adalah Buta Iman tanpa Ilmu adalah Lumpuh” “Science without Faith

Al-Hikmah “Ilmu tanpa Iman adalah Buta Iman tanpa Ilmu adalah Lumpuh” “Science without Faith is Blind Fait without Science is Lame” ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺍﻟﺴﻼﻡ (Einstein)