KULIAH AGROFORESTRY 2 SEJARAH DAN DEFINISI AGROFORESTRY ACHMAD

  • Slides: 12
Download presentation
KULIAH AGROFORESTRY (2) SEJARAH DAN DEFINISI AGROFORESTRY ACHMAD KASIYANI INSTITUT PERTANIAN “INTAN” YOGYAKARTA

KULIAH AGROFORESTRY (2) SEJARAH DAN DEFINISI AGROFORESTRY ACHMAD KASIYANI INSTITUT PERTANIAN “INTAN” YOGYAKARTA

� INTRODUCTION Sejarah Agroforestri Definisi dan konsep agroforestri

� INTRODUCTION Sejarah Agroforestri Definisi dan konsep agroforestri

SEJARAH AGROFORESTRY EROPA � Penanaman pohon di lahan tanaman pertanian pangan telah dipraktekkan oleh

SEJARAH AGROFORESTRY EROPA � Penanaman pohon di lahan tanaman pertanian pangan telah dipraktekkan oleh masyarakat luas sejak jaman dahulu di seluruh dunia � King (1987) menyebutkan bahwa di Eropa sampai dengan pertengahan abad ini masih melakukan kegiatan penebangan, perusakan dan pembakaran hutan , untuk penananam tanaman pangan � Periode waktu penanaman tanaman pangan sangat beragam, di atas lahan yang sudah terbuka, � Penanaman pohon dilakukan sebelum atau bersamaan atau sesudah penanaman tanaman pangan

AMERIKA LATIN � Di wilayah Amerika Tropis beberapa kelompok masyarakat telah menstimulasikan berbagai manfaat

AMERIKA LATIN � Di wilayah Amerika Tropis beberapa kelompok masyarakat telah menstimulasikan berbagai manfaat hutan terhadap ekosistem � Petani menanam kelapa atau pepaya bersama dengan tanaman pisang atau jeruk, juga tanaman kopi dan kakao bersama dengan tanaman semusim seperti jagung. Semua spesies tanaman yang ditanam tersebar di atas lahan, menutup secara penuh permukaan tanah. � Beberapa dilakukan penanaman dengan jarak tanam rapat dalam bentuk tanaman campuran, masing tanaman memiliki struktur yang berbeda membentuk tajuk yang berlapis (Wilken, 1977).

ASIA � Di Asia, masyarakat Philippina menerapkan “Hanunoo” suatu cara pertanian yang komplek dari

ASIA � Di Asia, masyarakat Philippina menerapkan “Hanunoo” suatu cara pertanian yang komplek dari sekedar perladangan berpindah. Dalam membuka hutan untuk lahan pertanian, mereka menyisakan tanaman beberapa pohon. , sehingga setelah panen tanaman semusim, pohon tersebut akan tumbuh daunnya sehingga menaungi lahan, tak terlalu terbuka kena sinar matahari langsung � Pohon yang disisakan dari hutan atau yang ditanam kembali , bermanfaat dalam menyediakan makanan, obatan, kayu untuk bangunan, atau kosmetika (Conklin, 1957).

AFRIKA � Di Afrika, di bagian selatan Nigeria, ubi jalar, jagung, labu kuning, serta

AFRIKA � Di Afrika, di bagian selatan Nigeria, ubi jalar, jagung, labu kuning, serta kacangan ditumbuhkan bersama dengan pepohonan yang tumbuhnya jarang dan berpencar (Forde, 1937) � “Yoruba” di bagian barat Nigeria, telah lama dipraktekkan sebagai sistem pertanian intensif dari campuran antara tanaman semusim, perdu, dan pepohonan, mereka menyatakan bahwa cara ini sebagai upaya mengkonservasi energi manusia melalui cara pengelolaan lahan yang terbatas dari hutan � “Yoruba” juga mereka nyatakan sebagai sistem yang murah dalam menjaga lingkungan dan sumberdaya alam, karena mampu mempertahankan kesuburan tanah serta bisa mengendalikan erosi dan kehilangan unsur hara (Ojo, 1966)

FILOSOFI TAUNGYA/TUMPANGSARI (AGROFORESTRY TRADISIONAL) � Menjelang abad ke 19 para pakar pembangunan di bidang

FILOSOFI TAUNGYA/TUMPANGSARI (AGROFORESTRY TRADISIONAL) � Menjelang abad ke 19 para pakar pembangunan di bidang hutan atau pertanian, keduanya sama memandang bahwa agroforestry menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dikembangkan karena manfaat dan peran yang dimiliki oleh semua spesies yang ada di dalamnya terhadap lingkungan dan sumberdaya � Filosofi dari sistem “taungya/tumpangsari” adalah membangun hutan bisa kapan saja, dan sangat dimungkinkan dengan menggunakan tenaga kerja yang kurang terdidik dan buruh tani (landless laborers) � Taungya/tumpangsari mampu mengembalikan upaya maksimal manfaat hutan, dalam sistem ini para tenaga kerja diijinkan untuk menanami tanaman semusim, bahan pangan sesuai dengan kebutuhannya, yang ditanam diantara barisan tanaman pohon. � Dari sudut pandang pertanian taungya/tumpangsari sebagai bentuk usahatani yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kayu secara bersamaan

KENAPA AGROFORESTRY hasil riset tentang “sistem usahatani campuran” diperoleh pengetahuan sebagai berikut : 1.

KENAPA AGROFORESTRY hasil riset tentang “sistem usahatani campuran” diperoleh pengetahuan sebagai berikut : 1. Memperkecil atau menghilangkan kerusakan yang mungkin terjadi terhadap komoditas tanaman hutan 2. Tingkat pertumbuhan pohon tanaman hutan tidak akan terhambat/terganggu oleh kompetisi dari tanaman pertanian semusim 3. Waktu optimum dan tahapan dari penanaman tanaman pohon hutan atau pertanian bisa dijamin sesuai yang diinginkan, serta adanya jaminan tanaman tetap hidup dan pertumbuhan lebih cepat dari pohon hutan muda yang ditanam 4. Tanaman pohon hutan, yang tetap hidup dalam berkompetisi dengan tanaman pertanian 5. Untuk menjamin ruang tanam untuk kegiatan pertanian berikutnya � Dari

REVOLUSI HIJAU (GREEN REVOLUTION) � Pada pertengahan abad ke 19 muncul lompatan kemajuan sangat

REVOLUSI HIJAU (GREEN REVOLUTION) � Pada pertengahan abad ke 19 muncul lompatan kemajuan sangat jauh dalam pengembangan teknologi di bidang pertanian yang disebut “The Green Revolution” (Revolusi hijau) � Revolusi hijau mampu menjawab tantangan tentang akan terjadinya kekurangan produksi pangan yang dihadapi manusia di abad 20. � Revolusi hijau dengan temuan varitas padi tipe baru yang memiliki kemampuan produksi (produktivitas) hampir dua kali lipat dari sebelumnya, serta paket teknologi produksi yang berupa pemanfatan lahan yang intensif, juga digunakan input teknologi dari luar yang berupa pupuk kimia, dan pestisida, irigasi � Kontradiksi, hampir semua petani miskin tidak bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini. Mereka tidak memiliki kekuatan untuk membeli pestisida, air irigasi, pupuk, atau mungkin juga mereka tidak memiliki lahan hanya menjadi buruh tani, bahkan revolusi hijau malah menghancurkan harapan dan pendapatan menjadi tidak menentu.

AGROFORESTRY ; PENGENDALI LINGKUNGAN � Lahan kering kurang subur dan dibawah tegakan pohon, masih

AGROFORESTRY ; PENGENDALI LINGKUNGAN � Lahan kering kurang subur dan dibawah tegakan pohon, masih bisa ditingkatkan kapasitasnya � Program “social forestry” (perhutanan sosial), yang telah dikembangkan sejak 1980, memiliki tujuan : a) menjaga lingkungan dalam bentuk kegiatan usaha agroforestry, b) membantu masyarakat miskin dan petani kecil serta buruh tani melalui (1) upaya peningkatan produksi pertanian, (2) kayu dan (3) konservasi lingkungan, c) membantu pemangku hutan lokal untuk tetap menghasilkan (1) kayu bakar dan (2) bahan bangunan (Spears, 1987). � Universitas terbaik dunia baik pada negara industri maju maupun negara sedang berkembang, telah mengembangkan mata kuliah agroforestry. � Saat ini, beberapa universitas telah menjadikan dan mempertimbangkan “agroforestry” sebagai bagian dari mata kuliah “forestry- and agriculture”- serta bagian dari gelar kesarjanaan “degree”.

� “Agroforestry”, saat ini dipertimbangkan selain sebagai (1) sistem pembentukan atau pembuatan hutan alami

� “Agroforestry”, saat ini dipertimbangkan selain sebagai (1) sistem pembentukan atau pembuatan hutan alami yang dilakukan oleh para perambah hutan, (2) digunakan sebagai sistem produksi pertanian, khususnya usahatani kecil (small-scale farmers. ) � Potensi manfaat agroforestry untuk pengendalian dan peningkatan kualitas kemampuan tanah dan konservasi secara umum sudah bisa diterima oleh para “foresters” maupun “agriculturers”. � Agrorestry lebih cepat dipahami sebagai sistem pemanfaatan lahan yang dapat memberikan dua keuntungan yaitu produksi kayu dan bahan pangan, dan dalam waktu yang bersamaan bisa mengkonservasi dan merehabilitasi ekosistem

RINGKASAN KULIAH 2 � Sistem agroforestry berdasarkan pola pertanaman, penggunaan waktu dan jenis tanaman

RINGKASAN KULIAH 2 � Sistem agroforestry berdasarkan pola pertanaman, penggunaan waktu dan jenis tanaman telah dipraktekan di seluruh dunia � Agroforestry sebagai ilmu pengatahuan berdasarkan manfaat dan peran spesies terhadap kelestarian sumberdaya dan lingkungan, masih muda. Sebagai ilmu pengetahuan agroforestry mulai berkembang di pertengahan periode abad ke 20 � Sistem pertanian campuran (spesies pohon dan anaman semusim) mampu memberikan keuntungan pada sumberdaya dan lingkungan � Filosofi dari sistem “taungya/tumpangsari” adalah membangun hutan bisa kapan saja, dan sangat dimungkinkan dengan menggunakan tenaga kerja yang kurang terdidik dan buruh tani (landless laborers) � Agrorestry lebih cepat dipahami sebagai sistem pemanfaatan lahan yang dapat memberikan dua keuntungan yaitu produksi kayu dan bahan pangan, dan dalam waktu yang bersamaan bisa mengkonservasi dan merehabilitasi ekosistem