Kritik Atas Habermas Sejumlah akademisi telah melontarkan berbagai
Kritik Atas Habermas
• Sejumlah akademisi telah melontarkan berbagai kritik terhadap pernyataan Habermas tentang ranah publik. • John B. Thompson, pengajar sosiologi di Universitas Cambridge, menunjukkan bahwa pernyataan Habermas tentang ranah publik itu usang, jika melihat penyebaran komunikasi media massa. • Michael Schudson dari Universitas California, San Diego, menyatakan, ranah publik sebagai tempat perdebatan independen yang murni rasional seperti disebutkan Habermas, tidak akan pernah ada. • Kritikus lain mengatakan, Habermas terlalu mengidealisasi ranah publik borjuis di tahap awal, dengan menjabarkannya sebagai forum diskusi dan debat yang rasional. Padahal, faktanya, kelompok tertentu telah disisihkan dari forum tersebut, dan dengan demikian partisipasi juga dibatasi. • Konsep ranah publik dan demokrasi mengasumsikan adanya perayaan liberal dan populis tentang keanekaragaman (diversitas), toleransi, perdebatan, dan consensus, padahal kenyataannya ranah publik borjuis didominasi oleh kaum pria, pemilik properti, yang berkulit putih. Ranah publik kelas pekerja, kaum perempuan, dan warga kelas bawah lain, disisihkan dari forum ranah publik borjuis tersebut. • Oskar Negt dan Alexander Kluge mengatakan Habermas, mengabaikan ranah-ranah publik kaum proletar dan masyarakat kelas bawah. • Ranah publik telah bergeser dengan bangkitnya gerakan-gerakan sosial baru, teknologi baru, dan ruang-ruang baru bagi interaksi publik, seperti Internet. • Mary Ryan melihat ironi Habermas menandai kemerosotan ranah publik pada momen ketika kaum perempuan mulai mendapatkan kekuasaan politik dan menjadi aktor. Terlihat dengan adanya usaha pengorganisasian oleh Susan B. Anthony, Elizabeth Cary Stanton, dan lain-lain untuk memperoleh hakhak memberi suara dalam pemilu dan hak-hak kaum perempuan.
• Diragukan terjadi politik demokratis yang disemangati oleh norma rasionalitas atau opini publik, yang dibentuk lewat konsensus dan perdebatan rasional, sampai ke tahapan ciri ideal Habermas tentang ranah publik borjuis. Politik di sepanjang era modern selalu menjadi permainan kepentingan dan kekuasaan, serta diskusi dan perdebatan. • Hanya sedikit masyarakat borjuis Barat yang telah mengembangkan ranah publik dalam ciri-ciri ideal yang dinyatakan Haberma • Douglas Kellner beranggapan, pada masyarakat teknologi-tinggi kontemporer, muncul perumusan ulang dan perluasan ranah publik, yang melampaui konsep Habermas. • Ranah publik adalah tempat bagi informasi, diskusi, kontestasi, perjuangan politik, dan organisasi, yang mencakup media siaran dan ruang maya (cyberspace) baru, serta interaksi face-to-face dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan-perkembangan ini berhubungan dengan teknologi multimedia dan komputer, sehingga menuntut perumusan ulang dan perluasan konsep ranah publik. • Meski dengan beberapa kekurangan tersebut, analisis Habermas telah berjasa dalam memfokuskan perhatian kita pada hakikat dan transformasi struktural ranah publik, serta fungsi-fungsinya dalam masyarakat kontemporer. • Analisis Habermas perlu dikembangkan, dengan memperhitungkan revolusi teknologi dan restrukturisasi kapitalisme global, yang terjadi saat ini.
Kritik lainnya: 1. Rasio komunikatif tidak bisa cocok untuk semua lapisan masyarakat. Rasio Komunikatif hanya dapat diterapkan pada kelompok ilmuwan agar bisa menjalankan diskursus. 2. Penekanan pada rasio komunikatif menciptakan suatu kekuasaan baru, kekuasaan rasio komunikatif atas model-model kekuasaan lain. 3. Suatu negara yang luas akan kesulitan dalam diskursus ruang publik, walaupun ada media yang membantu seperti surat kabar. Akan tetapi, surat kabar juga berada dalam suatu kekuasaan penuh dari suatu lembaga informasi. Diskursus bisa berjalan dengan efektif jika terjadi dalam ruang publik yang dapat dijangkau dan dalam lingkup yang tidak terlalu luas. 4. Habermas menyamakan emansipasi individual dengan emansipasi sosial. 5. Terdapat relativisme dalam pemikirannya antara diskursus dan sistem hukum. Pada satu sisi, Habermas mengagungkan diskursus dalam suatu consensus, tetapi di sisi lain, ia memerlukan hukum untuk suatu diskursus. 6. Habermas terlalu menekankan komunikasi sebagai sarana untuk mencapai kemajuan masyarakat.
- Slides: 4