OM SWASTY ASTU Mimamsa Darsana Metafisika meliputi Dharma

  • Slides: 9
Download presentation
OM SWASTY ASTU Mimamsa Darsana Metafisika meliputi Dharma Dunia, Atman menurut Mimamsa Dibawakan oleh

OM SWASTY ASTU Mimamsa Darsana Metafisika meliputi Dharma Dunia, Atman menurut Mimamsa Dibawakan oleh : I Wayan Mariadi

PENDAHULUAN • Secara etimologis, kata mimamsa berarti ‘bertanya’atau penyelidikan. bagian pertama dari filsafat ini

PENDAHULUAN • Secara etimologis, kata mimamsa berarti ‘bertanya’atau penyelidikan. bagian pertama dari filsafat ini disebut Purwa-Mimamsa (Mimamsa), sedangkan bagian kedua disebut Uttara-Mimamsa (Vedanta). Mimamsa dan vedanta juga seringkali dijadikan satu pasangan. Sistem Mimamsa-Vedanta adalah dua bagian dari satu filsafat yang mewakili unsur paling ortodoks dari tradisi Weda. Kedua sistem ini menjelaskan perkembangan, tujuan, serta ruang lingkup teks Weda. • Filsafat Mimamsa yang akan dibahas adalah Purwa Mimamsa, yang umum disebut dengan Mimamsa saja. Kata Mimamsa, berarti penyelidikan yang sistematis terhadap Veda. Purwa Mimamsa secara khusus mengkaji bagian Veda, yakni kitab-kitab Brahmana dan Kalpasutra, sedang bagian yang lain (Aranyaka dan Upanisad) dibahas oleh uttara Mimamsa yang dikenal pula dengan nama yang populer, yaitu Vedanta. Purwa Mimamsa sering disebut Karma. Mimamsa, sedang Uttara Mimamsa disebut juga Jnana Mimamsa. • Sebagai tokoh aliran Mimamsa ialah Jaimini yang hidup antara abad 3 -2 SM dengan ajaran pokok yang diuraikan dalam kitab Mimamsa-Sutra.

PEMBAHASAN Metafisika Mimamsa bersifat pluralistis dan realistis, artinya percaya dengan adanya jumlah jiwa yang

PEMBAHASAN Metafisika Mimamsa bersifat pluralistis dan realistis, artinya percaya dengan adanya jumlah jiwa yang tak terhitung dan dunia yang nyata, tetapi keduanya berbeda. Mimamsa percaya dengan hanya realitas seperti kenyataan adanya energi, moral, surga, neraka dan sebagainya yang tidak dapat diketahui melalui pengalaman indriya, (Sudiani, 2012; 36 -37).

Dalam sistem mimamsa yang dimaksud dengan Dharma secara umum ialah upacara-upacara keagamaan yang bersumber

Dalam sistem mimamsa yang dimaksud dengan Dharma secara umum ialah upacara-upacara keagamaan yang bersumber dari Weda atau kebajikan-kebajikan yang bersifat keagamaan yang mengandung tuntutan-tuntutan kesusilaan yang mutlak. Seseorang yang kotor dari kesusilaan tidak dapat disucikan oleh Weda, maka itulah kemurnian kesusilaan adalah merupakan syarat mutlak bagi pelaksanaan upacara-upacara keagamaan yang dapat mendatangkan pahala. Mimamsa Dharma tidak akan mendatangkan pahalanya secara langsung melainkan dengan perantara. Dalam hubungan ini walaupun orang melakukan segala macam upacara keagamaan dengan benar dan berdasarkan kemurnian kesusilaan, ia tidak akan secara langsung memetik buah dari perbuatannya itu. Sebab semua tindakan yang mengenai upacara hanya bersifat sementara, tidak abadi. Oleh karena itu upacara tidak mungkin mempunyai hubungan langsung dengan hasilnya.

Menurut Rsi Jaimini kitab suci Weda secara praktis hanyalah Tuhan semata dan Weda yang

Menurut Rsi Jaimini kitab suci Weda secara praktis hanyalah Tuhan semata dan Weda yang abadi tersebut tidak memerlukan dasar apapun untuk sandarannya. Tidak ada pewahyu illahi, karena Weda itu sendiri merupakan otoritasnya, yang merupakan satu-satunya sumber pengetahuan Dharma kita. Sutra pertama dari Mimamsa berbunyi “Atthato Dharmajijnasa”, yang menyatakan bahwa keseluruhan tujuan dari sistemnya, yaitu keinginan untuk mengetahui dharma atau kewajiban yang terkandung dalam pelaksanaan upacara-upacara dan kurban-kurban yang diuraikan oleh kitab suci Weda. Dharma itu sendiri memberikan ganjarannya, tujuan purwa Mimamsa adalah untuk menyelidiki kedalam sifat dari dharma.

Mengenai jiwa atau Atman dalam sistem Mimamsa dipandanng sebagai suatu substansi, akan keadaannya berbeda

Mengenai jiwa atau Atman dalam sistem Mimamsa dipandanng sebagai suatu substansi, akan keadaannya berbeda dengan tubuh, indriya dan budhi. Jiwa itu berjumlah sangat banyak dan tak terhitung, tiap tubuh ada suatu jiwa. Semua jiwa memilki kesadaran bersifat kekal, berada dimana dan meliputi segala sesuatu. Walaupun jiwa tidak dapat dihormati, namun senantiasa menjadi pelaksana segala penegetahuan. Disamping menjadi subjek pengetahuan, jiwa juga menjadi objek pengetauan, artinya : Kesadaran akan adanya objek mengandung didalamnya kesadaran akan adanya pribadi.

Atman: Mimamsa bersifat pluralisme yakni mengakui kejamakan jiwa atau atman yang berada disetiap tubuh

Atman: Mimamsa bersifat pluralisme yakni mengakui kejamakan jiwa atau atman yang berada disetiap tubuh mahluk hidup. Jumlah atman tak terhingga, bersifat kekal, berada dimana-mana, dan meliputi segala sesuatu. Jiwa merupakan subyek dan obyek pengetahuan. jiwa itu adalah kesadaran sehingga mampu menjadi sebagai subyek. Dan sebagai obyek pengetahuan jiwa itu perlu dimengerti, dirasakan, dan disadari oleh manusia itu sendiri. Karena jiwa itu adalah kesadaran maka jiwalah yang mengendalikan tubuh manusia untuk mencapai kelepasan. Sebagai jalan untuk mendapatkan kelepasan Mimamsa mengajarkan manusia hendaklah senantiasa melakukan dharma dalam hidupnya, yaitu upacara keagamaan dengan benar yang dilandasi oleh ketentuan Weda, dan sebisa mungkin mejauhkan diri dari segala bentuk tindakan yang bertentangan dengan Weda. Bila ternyata jiwa yang kekal itu mengalami sengsara setelah mennggal dunia maka jalan yang patut ditempuh untuk membebaskan jiwa itu dari kesengsaraan adalah mengadakan upacara korban terhadap jiwa itu. Karna upacara korbanlah yang dapat menbersihkan dan membebaskan jiwa dari kesengsaraan. Sedangkan di lain pihak bila orang tidak melakukan upacara korban keagamaan berarti mereka telah merusak hidupnya dan tidak akan mendapatkan kelepasan. Melainkan sebaliknya hanya nerakalah alam yang akan ditempati oleh jiwanya kelak.

Kesimpulan Secara etimologis, kata mimamsa berarti ‘bertanya’atau penyelidikan. bagian pertama dari filasfat ini disebut

Kesimpulan Secara etimologis, kata mimamsa berarti ‘bertanya’atau penyelidikan. bagian pertama dari filasfat ini disebut Purwa-Mimamsa (Mimamsa), sedangkan bagian kedua disebut Uttara-Mimamsa (Vedanta). Tokoh aliran Mimamsa ialah Jaimini yang hidup antara abad 3 -2 SM Sutra pertama dari Mimamsa berbunyi “Atthato Dharmajijnasa”, yang menyatakan bahwa keseluruhan tujuan dari sistemnya, yaitu keinginan untuk mengetahui dharma atau kewajiban yang terkandung dalam pelaksanaan upacara-upacara dan kurban-kurban yang diuraikan oleh kitab suci Weda. Atman: Mimamsa bersifat pluralisme yakni mengakui kejamakan jiwa atau atman yang berada disetiap tubuh mahluk hidup. Jumlah atman tak terhingga, bersifat kekal, berada dimana-mana, dan meliputi segala sesuatu.