COMMUNICATION CLIMATES Dedy Djamaluddin Malik DEFINISI Iklim atau

  • Slides: 12
Download presentation
COMMUNICATION CLIMATES Dedy Djamaluddin Malik

COMMUNICATION CLIMATES Dedy Djamaluddin Malik

DEFINISI �Iklim atau suasana komunikasi dalam konteks hubungan interpersonal sangat menentukan produkitif tidaknya komunikasi.

DEFINISI �Iklim atau suasana komunikasi dalam konteks hubungan interpersonal sangat menentukan produkitif tidaknya komunikasi. �Iklim komunikasi bisa diibaratkan dengan suasana alam dalam kondisi “cerah”, antara “mendung-cerah”, dan “mendung” atau “hujan”. �Indikator iklim komunikasi yang sehat: (1) saling memperhatikan; (2) saling menghargai; (3) saling percaya; (4) saling mendukung; (5) saling terbuka.

TINGKAT KONFIRMASI DAN DISKONFIRMASI �Suasana komunikasi bisa dikonstruksi secara menyenangkan atau tidak menyenangkan, bergantung

TINGKAT KONFIRMASI DAN DISKONFIRMASI �Suasana komunikasi bisa dikonstruksi secara menyenangkan atau tidak menyenangkan, bergantung pada motif dan ekspektasi masing-masing. �Bila seseorang ingin menciptakan, menjaga, dan mengembangkan suasana komunikasi yang sehat, maka teknik yang digunakan ialah: level of confirmation. �Bila seseorang ingin mempercepat, memutuskan dan merusak iklim komunikasi suapa segera berakhir, maka teknik yang digunakan: level of disconfirmation.

LEVEL OF CONFIRMATION �Recognition (pengakuan): yakni mengekspresikan kesadaran atas adanya seseorang di depan atau

LEVEL OF CONFIRMATION �Recognition (pengakuan): yakni mengekspresikan kesadaran atas adanya seseorang di depan atau di sekitar kita. Tanda menyadari orang lain ditunjukkan dengan jabat tangan atau tersenyum. �Acknowledgement: usaha memperhatikan apa yang dipikirkan dirasakan orang lain (empatik dan simpatik). Ini ditandai dengan “anggukan”, “kontak mata”, dan “menyamakan perasaan”. �Endorsement: mendukung dan menyetujui apa yang dipikirkan dan

DISCONFIRMATION �Non recognition: tidak memperhatikan adanya orang lain. “You don’t exist” atau “silence”. �Non

DISCONFIRMATION �Non recognition: tidak memperhatikan adanya orang lain. “You don’t exist” atau “silence”. �Non acknowledgement: perduli apa yang dipikirkan dirasakan pihal lain. Ini ditandai dengan cara: tidak mau mendengarkan atau memberi komentar sekilas: “you’ll get over”. �Non Endorsement: tidak mau mendukung pikiran dan perasaan orang lain. “Kamu salah”, “seharusnya kamu tak punya perasaan begitu”, “apa yang kamu pikirkan tak masuk akal”.

SUPPORTIVE COMMUNICATION � Description: menggambarkan keadaan sebenarnya lewat kata-kata tanpa menyinggung perasaan orang (obyektivikasi).

SUPPORTIVE COMMUNICATION � Description: menggambarkan keadaan sebenarnya lewat kata-kata tanpa menyinggung perasaan orang (obyektivikasi). � Provisionalism: menunjukkan keterbukaan dalam “point of views” bahwa kebenaran itu tidak satu dan banyak perspektif. � Spontaneity: komunikasi yang jujur, tidak disembunyikan, dan apa adanya. � Problem orientation: meskipun ada suasana perbedaan pendapat yang tajam tapi komunikasi terus berjalan dengan cara saling menghargai. � Empathy: empati adalah menempatkan diri kita pada perasaan dan pikiran yang tengah dihadapi orang lain. � Equality: dalam komunikasi masing-masing punya kedudukan yang setara.

DEFENSIVE COMMUNICATION �Evaluation: menilai seseorang dengan kata 2 yang tak menyenangkan. �Certainty: berpendapat secara

DEFENSIVE COMMUNICATION �Evaluation: menilai seseorang dengan kata 2 yang tak menyenangkan. �Certainty: berpendapat secara otoriter, paling benar sendiri dan etnosentrisme. �Strategy: memanipulasi opini untuk kepentingan diri sendiri. �Control: komunikasi bertujuan untuk mendominasi dan mengabaikan pihak lain. �Neutrality: komunikasi yang menunjukkan sikap acuh tak acuh atau masa bodoh pada seseorang. �Superiority: komunikasi yang menunjukkan hubungan asimetris. Merasa lebih tahu, lebih hebat.

KONFLIK KOMUNIKASI �Konflik komunikasi tak bisa dihindari dalam hubungan interpersonal. Konflik bisa “overt” atau

KONFLIK KOMUNIKASI �Konflik komunikasi tak bisa dihindari dalam hubungan interpersonal. Konflik bisa “overt” atau “covert”. �Konflik bisa diselesaikan “baik” atau “tidak baik”. �Ada empat komponen dalam proses konflik: (1) conflict of interest; (2) conflict orientation; (3) conflict responses; (4) conflict outcome.

CONFLICT OF INTEREST �Tiap orang punya tujuan, kepentingan dan pandangan yang saling berbeda dan

CONFLICT OF INTEREST �Tiap orang punya tujuan, kepentingan dan pandangan yang saling berbeda dan sulit dipertemukan. �Sebagian orang memandang bahwa Cirebon harus menjadi salah satu provinsi karena ketidakadilan. Sebagian berpendapat point nya bukan propinsi tapi ketidakadilan. Maka solusinya tak harus propinsi.

CONFLICT ORIENTATION �Bagaimana cara kita memandang konflik: apakah negatif, positif atau bisa positif bisa

CONFLICT ORIENTATION �Bagaimana cara kita memandang konflik: apakah negatif, positif atau bisa positif bisa juga negatif. Bisakah konflik membuahkan unsur positif? . �Konflik bisa dielaborasi ke dalam tiga kemungkinan: (1) lose-lose yakni peserta konflik tak mendapat manfaat apapun; (2) win-lose yakni salah satu pihak yang konflik mendapat kemenangan dan yang lain kalah; (3) win-win yakni para peserta konflik bisa menyelesaikan konflik yang menguntungkan semua pihak.

CONFLICT RESPONSES �Exit responses: yakni menolak untuk membicarakan apa yang tengah dihadapi atau meninggalkan

CONFLICT RESPONSES �Exit responses: yakni menolak untuk membicarakan apa yang tengah dihadapi atau meninggalkan tempat. �Neglect response: yakni kecenderungan seseorang untuk mengurangi dan mengingkari masalah. �Loyalty responses: yakni tetap menghadapi konflik itu meskipun terjadi perbedaan tajam. �Voices responses: yakni berusaha menyelesaikan konflik hingga muncul hasil yang win-win.

CONFLICT OUTCOMES �Konflik bisa diselesaikan secara konstruktif. Bila dilihat dari sisi positif, konflik bisa

CONFLICT OUTCOMES �Konflik bisa diselesaikan secara konstruktif. Bila dilihat dari sisi positif, konflik bisa melahirkan pertumbuhan personal dan kompetensi profesional. �Betapa pun berbeda tujuan, kepentingan dan pendapat di antara peserta komunbikasi, namun bila diciptakan komunikasi suportif, konflik akan tereliminasi dan bahkan bisa diselesaikan dengan “win-win solution”.