WILAYAH DAN PERWILAYAHAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh DRA
WILAYAH DAN PERWILAYAHAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh : DRA. HJ. NOFRIATI
Kompetensi Dasar : 3. 1 Menyusun konsep wilayah dan perwilayahan dalam perencanaan pembangunan. 3. 2 Mengkomunikasikan konsep wilayah dalam perencanaan pembangunan nasional dalam bentuk narasi, tabel, grafik dan atau peta.
Indikator Pencapaian : Setelah membahas topik “Wilayah dan Perwilayahan”, siswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan klasifikasi wilayah berdasarkan fenomena geografi. 2. Menguraikan faktor yang menentukan struktur wilayah. 3. Mendeskripsikan teori kutub dan pusat pertumbuhan. 4. Mengidentifikasi upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan wilayah. 5. Mengidentifikasi potensi pendukung perkembangan dan pertumbuhan wilayah. 6. Mendeskripsikan sistem perencanaan pengembangan wilayah nasional Indonesia.
CONTOH PERWILAYAHAN
Wilayah Pembangunan di Indonesia
A. Pengertian Wilayah Dan Perwilayahan 1. Menurut Bintarto (1983) : Wilayah adalah sebagian permukaan bumi yang dapat dibedakan dalam hal-hal tertentu dengan daerah sekitarnya. 2. Menurut Soefaat (1999) : Wilayah adalah suatu daerah geografis yang mempunyai luas tertentu tanpa atau dengan adanya batas administratif yang ditentukan berdasarkan pertimbangan tujuan rencana tata ruang yang bersangkutan. 3. Menurut Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum (DPU) : Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya, yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan fungsional.
Pengertian Perwilayahan : Perwilayahan merupakan suatu proses penggolongan wilayah berdasarkan potensi yang dimilikinya, bertujuan untuk merencanakan pembangunan suatu wilayah, ditandai dengan munculnya pusat pertumbuhan yang mempengaruhi wilayah-wilayah di sekitarnya.
Perkembangan Konsep Perwilayahan • Pada abad ke 19 ahli geografi mengklasifikasikan wilayah atas wilayah alamiah (natural region) dan wilayah kenampakan tunggal ( single feature region). • Pada tahun 1905 wilayah dibagi atas dasar kenampakan fisik (kenampakan tunggal) seperti iklim dan vegetasi. • Pada tahun 1959 Hartshorne mengemukakan konsep wilayah seragam (uniform region) dan wilayah nodal (nodal region). • Pada tahun 1973 Geographical Association membagi wilayah menurut jenisnya (generic region) dan menurut kekhususannya (specific region).
Ciri-ciri Wilayah : 1. Merupakan daerah geografis yang mempunyai ciri-ciri dan luas tertentu. 2. Dapat dibedakan dengan daerah lainnya. 3. Mempunyai batas dan sistem tertentu. 4. Dapat ditentukan berdasarkan aspek administrasi atau fungsional.
Klasifikasi Wilayah : Bintarto dan Suprapto membagi atas 5 macam wilayah, yaitu ; 1. Wilayah Seragam (uniform region) 2. Wilayah Nodal (nodal region) 3. Wilayah generik (generic region) 4. Wilayah khusus (specific region) 5. Wilayah statistik (satistic region)
a. Wilayah seragam (uniform region) : Wilayah dibagi berdasarkan keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu. Contoh ; wilayah pertanian, wilayah hutan, wilayah peternakan. b. Wilayah nodal (nodal region) : Dalam banyak hal wilayah diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling dihubungkan dengan garis lingkar. Contoh ; Pelabuhan Tanjung Priok dan beberapa pusat kegiatan ekonomi (pasar) di DKI Jakarta dan sekitarnya yang saling dihubungkan oleh jalan raya.
Contoh wilayah nodal (nodal region) Tanjung Priok dan Sekitarnya
Contoh Wilayah Nodal (nodal region) Rencana Tata Ruang Wilayah Prov. Jatim
a. Wilayah generik (generic region) Klasifikasi wilayah yang didasarkan atas jenisnya, bukan fungsinya. Contoh : wilayah iklim, wilayah vegetasi, wilayah fisiografis. d. Wilayah khusus (specific region) : Klasifikasi wilayah menurut kekhususannya. Merupakan daerah tunggal dan mempunyai ciri geogrfafis khusus. Contoh : wilayah asia Tenggara dg ciri khusus sbb ; • Dekat khatulistiwa, beriklim tropis dan sub tropis, merupakan wilayah agraris, penduduknya dari keturunan melayu dan ras Indocina atau Mongol, sebagian berupa wilayah kepulauan dan sebagian merupakan wilayah kontinen,
Contoh Wilayah Generik (Generic region)
e. Wilayah Statistik (statistic region) Klasifikasinya menggunakan metode statistik sebagai faktor analisis. contoh : wilayah berdasarkan tingkat pendapatan penduduk sesuai data statistik kependudukan sesuai mata pencarian.
3. Klasifikasi Perwilyahan Berdasarkan Fenomena Geografi Sistem Perwilayahan didasarkan atas fenomena geografi melalui 3 aspek yaitu ; aspek formal, aspek fungsional dan aspek objek geografi. a. Aspek Formal : Didasarkan atas keseragaman atau kesamaan dalam ciri-ciri tertentu. Kriterianya bisa berupa aspek fisik (ketinggian, bentuk muka bumi, iklim, vegetasi). Misalnya pertanian dg sawah, irigasi dan tanaman. b. Aspek Fungsional : Didasarkan atas fungsi kegiatan suatu wilayah. Wilayah yang dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saaling terhubung dg daerah belakangnya. Misalnya Pelabuhan Tjg. Priok terhubung yg terhubung dg Glodok, Tanah Abang, Blok M, pasar Rebo, Depok, Bekasi dan Tangerang.
c. Aspek Objek Geografi Didasarkan atas objek material (litosfer, pedosfer, atmosfer, biosfer, antroposfer). 1) Berdasarkan Fenomena Litosfer : umur, jenis dan kekompakan batuan ; jenis tanah, morfologi bumi dan kemiringan lereng, 2) Berdasarkan Fenomena Atmosfer : jenis iklim berdasarkan lingkungan alam dan ketinggian tempat. 3) Berdasarkan Fenomena Hidrosfer : rasa air (tawar dan asin), bentuk tubuh air, pola aliran sungai, daerah aliran sungai (DAS), macam-macam air tanah. 4) Berdasarkan Fenomena Biosfer : jenis flora dan fauna, persebran flora dan fauna. 5) Berdasarkan Fenomena Antroposfer : kependudukan (pertumbuhan, kepadatan, mobilitas, mata pencarian, pendapatan, pendidikan, kesehatan), penguasaan teknologi dan pemerintahan.
4. Faktor-Faktor yang Menentukan Struktur Ruang Wilayah Menurut Hillhorst (1975), ada 4 faktor yang mempengaruhi struktur ruang wilayah : a. Distribusi sumber daya yang dieksploitasi : terkonsentrasi atau tersebar. b. Banyaknya sumber daya alam strategis : semacam atau beragam. c. Tingkat sentralisasi pemerintahan : sentralisasi atau desentralisasi. d. Kesuburan tanah : subur atau gersang/tandus.
5. Tipologi Wilayah A. Tipologi wilayah menurut Hillhorst (1975), berdasarkan 4 faktor yang membentuk struktur ruang wilayah di atas, yaitu : 1) Tipe wilayah I (Ranking Small region) : Distribusi kota menyebar secara berjenjang dengan luas wilayah belakangnya sempit. 2) Tipe Wilayah II (Primate Small Region) : Mempunyai kota-kota utama, sedang wilayah belakangnya relatif sempit. 3) Tipe Wilayah III (Ranking Large region) : Kota-kota tersebar secara berjenjang dengan wilayah belakangnya relatif luas. 4) Tipe wilayah IV (Primate Large Region) : Mempunyai kota-kota utama dengan wilayah belakang yang luas.
B. Tipologi Friedman (1960) Berdasarkan atas pola keruangan, yaitu : 1) Wilayah-Wilayah Inti : satu atau beberapa kota terdapat dalam satu wilayah pinggiran dg aktivitas pertanian yang menyuplai penduduk di pusat kota. Contoh : Jakarta. 2) Wilayah transisi Atas : wilayah dengan lokasi menguntungkan karena dekat dengan wilayah inti. SDA kehutanan, pertanian dan peternakan di wilayah transisi dieksploitasi secara intensif untuk menyuplai wilayah inti. Contoh : Bodetabek.
3) Wilayah Tapal batas Sumber Daya : Pemukiman baru yang dihuni penduduk dan lebih produktif dengan aktivitas pertanian dan bersentuhan dengan wilayah yang sudah mapan. 4) Wilayah Transisi Bawah : Wilayah pemukiman yang sudah mapan dan terkait dengan ekonomi desa yang bisa mempunyai struktur industri serta mengekspor sumber daya alam. 5) Wilayang Punya Masalah Khusus : Memerlukan pengembangan khusus karena lokasi atau SDA yang dimilikinya. Misal : wilayah perbatasan negara, wilayah pengembang pariwisata atau SD air.
6) Wilayah Formal dan Wilayah fungsional a. Wilayah Formal : Wilayah formal adalah suatu klasifikasi wilayah yang didasarkan atas keseragaman atau kesamaan dalam ciri-ciri tertentu baik fisikmaupun sosial ekonomi. 1. Keseragaman Bersifat Fisik. Contoh : a) Pegunungan (topografi bervariasi, kemiringan beragam) b) Dataran rendah (kemiringan landai & proses sedimentasi) c) Daerah aliran sungai (pola, sistem jaringan & alur sungai) 2. Keseragaman Bersifat Sosial Ekonomi. Contoh : a) b) c) d) Wilayah pertanian (tanaman pertanian, irigasi, petani, desa) Wilayah industri (pabrik, gudang, buruh, armada angkutan) Wilayah suku bangsa (kesenian, peralatan, adat & budaya) Wilayah kepadatan penduduk (tingkat kepadatan penduduk)
Contoh Keseragaman Bersifat Fisik
Contoh Keseragaman Bersifat Sosial Budaya
b. Wilayah Fungsional (Nodal) – Wilayah funsional (nodal) diatur berdasarkan fungsi kegiatan suatu wilayah. – David Grigg mendefenisikan wilayah nodal sebagai basis hubungan antara bagian-bagian suatu wilayah. – Richard Hugget mendefenisikan wilayah nodal sebagai unit-unit fungsional yang dihubungkan dengan titik fokus oleh garis-garis komunikasi dan transportasi. – Hugget (1972) : Wilayah nodal merupakan sebuah permukiman (desa, kota kecil, kota besar, dan hinterland (daerah belakangnya) yang dihubungkan dipengaruhi oleh gerakan orang, barang, keuangan dan informasi.
– Wilayah nodal membentuk hirearki fungsional dari kumpulan unit-unit yang dimulai dari sebuah dusun sampai kota-koat besar, bahkan level dunia. – Dalam sebuah nodal terdapat unit-unit subsistem dan setiap subsistem mempunyai fungsi masing. Unit-Unit Subsistem pada Wilayah N 0. Tipe Subsistem Wilayah 1 Batas wilayah (dusun, desa, kota) 2 Pintu keluar-masuk Pelabuhan laut/udara, radar, satelit, terminal, stasiun KA 3 Prosessor Industri dan informasi pada konsumen (penerangan) 4 Unit-unit penyimpanan Sumber daya wilayah, kantor pemerintahan (kantor dusun/desa/camat/walikota/bupati/gubernur ), perpustakaan
TEORI KONSENTRIS
TEORI INTI GANDA
TEORI TEMPAT SENTRAL
PETA HASIL BUMI INDONESIA
- Slides: 31