UANG BEREDAR Jumlah uang beredar ditentukan oleh pemerintah
UANG BEREDAR
• Jumlah uang beredar ditentukan oleh pemerintah melalui otoritas moneter yaitu Bank Sentral. Namun masyarakat dan bank umum suatu saat dapat ikut berperan dalam penentuan jumlah uang beredar. • Dengan mengetahui bagaimana proses penciptaan uang beredar dapat digunakan untuk mengetahui kebijakan Bank Sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar.
UANG BEREDAR DALAM ARTIAN SEMPIT ( NARROW MONEY) • Uang beredar adalah uang kartal dan uang giral yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat. • Uang kartal yang masuk dalam jumlah uang beredar adalah uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan Bank Sentral yang langsung dibawah kekuasaan masyarakat atau uang kartal yang berada di luar bank dan Bank Sentral. • Namun disini uang kartal yang masuk dalam jumlah uang beredar tidak termasuk uang kartal milik pemerintah yang ada di Bank Sentral dan bank umum. • Uang giral : saldo rekening koran / giro yang dimiliki masyarakat di bank umum • Saldo rekening koran bank umum di bank lain tidak termasuk dalam uang beredar.
M = K + D • M : jumlah uang beredar • K : jumlah uang kartal (kertas dan logam) • D : Jumlah uang giral (saldo rekening koran / giro) UANG BEREDAR DALAM ARTI LUAS (BROAD MONEY) • Uang beredar tidak hanya uang tunai dan saldo rekening koran/giro tetapi juga simpanan masyarakat di bank yang tanpa kesulitan dapat diubah menjadi uang tunai. • Deposito dan tabungan disebut juga dengan quasi money, atau Near money
M = K + D + T • T : saldo deposito berjangka dan tabungan masyarakat di bank. • UANG INTI (RESERVE MONEY / BASE MONEY / HIGH POWERED MONEY) Adalah uang yang menjadi inti dalam proses penciptaan uang kartal maupun uang giral.
• Contoh : • Seorang eksportir di Indonesia menerima pembayaran sebesar $ 1 juta. Apabila cek tersebut diuangkan ke bank Indonesia dan menerima uang tunai sebesar Rp 8. 900. 000 (kurs $ 1 = Rp 8900) maka uang inti tersebut berubah dari saldo rekening koran di BI menjadi uang kartal. Ini berarti telah tercipta uang inti sebesar Rp 8. 900. 000 yang bida berbentuk uang kartal maupun saldo rekeing giro di BI. • Apabila eksportir tidak menguangkan cek tersebut ke BI tetapi menyetorkan cek tersebut ke BNI maka saldo rekening giro si eksportir akan bertambah sebesar Rp 8. 900. 000 dan BNI akan menyetor cek tersebut ke BI dan BI akan membukukan senilai cek tersebut pada rekening giro BNI di BI. Dalam kasus ini cek tersbut bukan lagi hak eksportir tetapi milik BNI. Dalam proses inipun tercipta uang ini sebesar RP 8. 900. 000.
• Uang inti adalah : a. Saldo rekening koran milik bank umum atau masyarakat di Bank Sentral b. Uang tunai yang dipegang oleh masyarakat atau bank umum • Dimana (a) dan (b) adalah hutang lancar Bank Sentral kepada sektor perbankan dalam negeri dan masayarakat. H = K + R H: uang inti K : uang kartal R : cadangan bank umum berupa uang tunai dan saldo rekening pada Bank Sentral.
• Saldo rekening koran masyarakat umum dan saldo rekening koran bank pada bank umum tidak termasuk uang inti. • Semua uang kartal yang dicetak oleh bank sentral baik yang ada di masyarakat maupun di lemari besi bank sentral adalah uang inti.
Uang inti bisa tercipta karena : 1. Defisit APBN yang dibiayai dengan pencetakan uang baru. Ini menambah uang tunai di masyarakat. (uang inti tercipta) 2. Kredit langsung Bank Indonesia kepada badan resmi ( Misal BULOG, PERTAMINA) . Ini akan menciptakan saldo rekening koran pada Bank Indonesia ( Uang inti tercipta) 3. Kredit Likuiditas Bank Indonesia kepada bank umum ini akan menciptakan saldo rekening koran di Bank Indonesia ( Uang inti tercipta).
Uang inti bisa berkurang karena : 1. Defisit dalam neraca pembayaran (ekspor lebih kecil dari import) 2. Surplus APBN 3. Pengurangan kredit langsung dan kredit likuiditas Bank Sentral
• ϪH = (X- M) + A + B 1 + B 2 Dimana • Ϫ H = perubahan jumlah uang inti • X = ekspor • M = impor • A = defisit APBN • B 1 = Kedit langsung Bank Sentral • B 2 = Kredit likuiditas Bank Sentral
Penambahan uang inti bisa dalam bentuk • Tambahan uang tunai di tangan masyarakat atau • Tambahan saldo rekening koran di Bank Sentral Tambahan uang ini adalah • ϪH = ϪK + Ϫ R
PELIPAT UANG / MULTIPLIER UANG • Bagaimana uang inti bisa menjadi benih dan meniimbulkan uang kartal dan giral ( atau uang beredar secara keseluruhan ). • Uang inti bisa berbentuk uang kartal dan cadangan bank H = K + R • Jika uang inti berbentuk uang kartal maka langsung menjadi bagian dari uang beredar M = K + D
• Jadi misalkan terjadi defisit APBN yang dibiayai dengan pencetakan uang baru maka uang inti dimasyarakat bertambah dan sebagian akan menjadi uang kartal dan hal ini akan menambah jumlah uang beredar. • Namun tidak seluruh Ϫ H (pertambahan uang inti) akan menjadi Ϫ K (pertambahan uang kartal) tetapi sebagian akan menjadi Ϫ R (kenaikan cadangan/reserve) pada bank dalam bentuk tambahan uang tunai dalam lemari besi bank dan atau tambahan saldo rekening koran milik bank di Bank Sentral. Dalam proses ini uang inti yang menjadi Ϫ R akan “melipatkan diri” dan menjadi uang giral.
Proses Penciptaan Uang Giral • Seorang nasabah A menyimpan uang di Bank A sebesar Rp 10. 000 dalam bentuk rekening giro • Jika ratio cadangan wajib 15 % dan bank tidak mempunyai cadangan berlebih dan bank mampu meminjamkan dana titipan sebagai kredit maka • Nasabah A akan mendapatkan cek atas rekening giro dibank sebesar Rp 10 juta
• Bank A dapat meminjamkan dana titipan sebesar Rp 8. 500. 000 ( cadangan 15%) ke nasabah B • Dan nasabah B tidak memegang uang secara tunai tapi menyimpan di Bank B dan mendapatkan cek untuk transaksi maka
• Bank B mempunyai dana titipan Rp 8, 5 juta yang dapat dijadikan pinjaman Rp 7. 225. 000 misal ke nasabah C yang menyimpan uangnya di Bank C dan mendapatkan cek untuk transaksi maka
• Proses ini akan berlanjut sampai Bank terakhir dalam mata rantai tidak mempunyai cadangan untuk dipinjamkan. • Dengan perhitungan matematika maka jumlah total uang beredar yang tercipta dari uang inti Rp 10 juta dan rasio cadangan 15% adalah • (1/0, 15 ) X Rp 10. 000 = Rp 66. 666
- Slides: 19