TOLERANSI DALAM ISLAM BAB V SEMESTER 1 PENGERTIAN
TOLERANSI DALAM ISLAM BAB V SEMESTER 1
PENGERTIAN TOLERANSI • Secara bahasa: – Dalam bahasa asing kata toleransi berasal dari kata “Tolerar” artinya bersikap sabar, menahan diri, dan menghargai pendapat orang lain. – Dalam bahasa Arab kata toleransi dikenal dengan ﻟ ﺍ (at -tasamuh) artinya berlapang hati. – Menurut KBBI: sifat atau sikap toleran: dua kelompok yang berbeda kebudayaan itu saling berhubungan dengan penuh. • Secara istilah: suatu sikap seseorang atau kelompok baik minoritas atau mayoritas untuk menjaga perasaan dan saling menghormati
TOLERANSI DALAM AL QUR’AN • Firman Allah: ﺍﻟ ﺍ ﺍﻟ ﻳ ﻳ ﺍ ﺍ ﺍﻟ ﺍ ﺍ ﺍ ﻯ ﺍ ﻭﺍ ﺍ ﺍﻭﺍ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat [49]: 13)
TOLERANSI DALAM HADITS • ﺍ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺣﺪﺛﻨﻰ ﺃﺒﻰ ﺣﺪﺛﻨﻰ ﻳ ﺍ ﺃﻨﺎ ﺍ ﺍ ﺍ ﻳ ﻭ ﺍﻟ ﻯ ﺍﻟ ﻷﺍ ﻯ ﺍﻟ ﺍ ﺍﻳ ﺍﻟ • Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah? " maka beliau bersabda: "Al. Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran). [HR. Al Bukhari]
JENIS-JENIS TOLERANSI SESAMA MUSLIM KEPADA NON MUSLIM
TOLERANSI KEPADA SESAMA MUSLIM Muslim yang masih saudara Muslim namun orang lain • Menunaikan hak-hak saudara, seperti warisan, wasiat, perwalian. • Tolong menolong dalam kebaikan dan takwa. • Menunaikan hak-hak sebagai muslim secara umum, misal: menjawab salam, menerima tamu, memberi hadiah dll. • Menghormati perbedaan pendapat. • Menunaikan hak-hak mereka sebagai sesama muslim, misal: menjenguk ketika sakit, menjawab salam, membayar hutang dll. • Menghormati perbedaan pandangan dalam perkara cabang dalam agama yang memungkinkan berbeda, selama tidak menyimpang dari ajaran Islam. • Tidak mengganggu atau menyakiti dalam bentuk apapun.
TOLERANSI DENGAN NON MUSLIM AKIDAH MUAMALAH
TOLERANSI DALAM AKIDAH • Menghormati keyakinan agama orang lain yang berbeda. Dalam aspek akidah, islam mengajarkan: – Tidak mengikuti tata cara ibadah mereka – Tidak meniru simbol-simbol keagamaan mereka – Tidak ikut dalam perayaan hari-hari raya – Tidak merusak tempat-tempat ibadah milik agama lain. – Bagimu agamamu dan bagiku agamaku
1. 2. 3. 4. 5. 6. Katakanlah: Hai orang-orang kafir Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku
Bagaimanakah Hukum Mengucapkan Selamat Natal? Majelis Ulama Indonesia pada 7 Maret 1981, mengeluarkan fatwa haramnya seorang mulsim mengucapkan natal dengan dasar-dasar berikut: • Bahwa ummat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan ummat agama-agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan. • Bahwa ummat Islam tidak boleh mencampur-adukkan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain. • Bahwa ummat Islam harus mengakui ke-Nabian dan ke-Rasulan Isa Al-masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi dan Rasul yang lain. • Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Almasih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik. • Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya agar mereka mengakui Isa dan Ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab: Tidak. • Islam mengajarkan bahwa Allah Subhanahu wataala itu hanya satu. • Islam mengajarkan ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah Subhanahu wataala serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan.
Kaidah Ushul Fikih ﺍﺍ ﻯ ﺍﺍ “Mencegah kerusakan lebih didahulukan (diutamakan) daripada menarik kemaslahatan” Untuk kemudian MUI mengeluarkan fatwanya berisi : • Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa as, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas. • Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram. • Agar ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah Subhanahu Wata’ala dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan Natal.
• Ada sebagian kecil ulama yang membolehkan mengucapkan natal dengan kondisi khusus: – Dipaksa untuk mengucapkannya, jika tidak, akan membahayakan keselamatan jiwanya. – Pada wilayah muslim yang minoritas, karena jika tidak mengucapkan, maka akan membahayakan dirinya.
Fatwa MUI No. 56 Tahun 2016 Tentang Penggunaan Atribut Natal • Pertama: Ketentuan Umum Atribut keagamaan adalah sesuatu yang dipakai dan digunakan sebagai identitas, ciri khas atau tanda tertentu dari suatu agama dan/atau umat beragama tertentu, baik terkait dengan keyakinan, ritual ibadah, maupun tradisi dari agama tertentu. • Kedua: Ketentuan Hukum – Menggunakan atribut keagamaan non-muslim adalah haram. – Mengajak dan/atau memerintahkan penggunaan atribut keagamaan nonmuslim adalah haram.
TOLERANSI DALAM MUAMALAH • Dibolehkan berinteraksi dengan non muslim dalam urusan keduniawian, seperti bisnis, kerjasama, sosial dan kemasyarakatan. • Prinsip yang dipegang adalah nilai-nilai dasar manusia, kesamaan hak dan kewajiban, keadilan, keseimbangan dan hukum yang berlaku.
DALIL BERMUAMALAH DENGAN NON MUSLIM • ﻻ ﺍ ﺍﻟ ﺍﻳ ﺍﻭ ﻱ ﺍﻟ ﻳ ﻭﻡ ﻥ ﺍ ﻥ ﻭ ﻭﺍ ﺍﻟ ﺍﻳ • “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. ” (QS. Al Mumtahanah: 8)
JENIS-JENIS ORANG KAFIR • Kafir mu’ahid yaitu orang kafir yang tinggal di negeri mereka sendiri dan di antara mereka dan kaum muslimin terikat perjanjian damai. • Kafir dzimmi yaitu orang kafir yang tinggal di negeri kaum muslimin dan sebagai gantinya mereka mengeluarkan jizyah (semacam upeti) sebagai kompensasi perlindungan kaum muslimin terhadap mereka. • Kafir musta’man yaitu orang kafir masuk ke negeri kaum muslimin dan diberi jaminan keamanan oleh penguasa muslim atau dari salah seorang muslim. • Kafir muharib (orang-orang kafir yang memerangi umat Islam di negeri yang saat itu sedang terjadi konflik antar-pemeluk agama), yaitu orang kafir selain tiga jenis di atas. Kaum muslimin disyariatkan untuk memerangi orang kafir semacam ini sesuai dengan kemampuan mereka.
TOLERANSI DALAM MUAMALAH • Berbuat baik terhadap tetangga meski non muslim. • Boleh berjual beli dan pinjam meminjam • Adil dalam hukum • Boleh memberi hadiah kepada non muslim • Tolong menolong dalam urusan duniawi secara umum.
Fatwa MUI Terkait Doa Bersama Lintas Agama No: 3/MUNAS VII/MUI/7/2005 • Ketentuan Umum Do’a Bersama adalah berdo’a yang dilakukan secara bersama-sama antara umat Islam dengan umat non. Islam dalam acara-acara resmi kenegaraan maupun kemasyarakatan pada waktu dan tempat yang sama, baik dilakukan dalam bentuk satu atau beberapa orang berdo’a sedang yang lain mengamini maupun dalam bentuk setiap orang berdo’a menurut agama masing secara bersama-sama. • Mengamini orang yang berdo’a termasuk do’a. • Do’a dalam bentuk “Setiap orang berdo’a menurut agama masing-masing” hukumnya MUBAH.
Ketentuan Hukum • Do’a bersama yang dilakukan oleh orang Islam dan non-muslim tidak dikenal dalam Islam. Oleh karenanya, termasuk bid’ah. • Do’a bersama dalam bentuk “Setiap pemuka agama berdo’a secara bergiliran” maka orang Islam HARAM mengikuti dan mengamini do’a yang dipimpin oleh non-muslim. • Do’a bersamadalam bentuk “Muslim dan non-muslim berdo’a secara serentak” (misalnya mereka membaca teks do’a bersama) hukumnya HARAM. • Do’a bersama dalam bentuk “Seorang non-Islam memimpin do’a” maka orang Islam HARAM mengikuti dan mengamininya. Do’a bersama dalam bentuk “Seorang tokoh Islam memimpin do’a” hukumnya MUBAH.
Dalil Haramnya Doa Bersama Lintas Agama • ﺍ ﻭﺍ ﺍ ﺍﺍ ﻭﺍ ﺍ ﻭ Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. (QS. al-Baqarah [2]: 42)
Dalil Haramnya Doa Bersama Lintas Agama • ﺍ ﺍ ﺍﺍﻳ ﺍ ﻱ ﺍ …Dan do`a orang-orang kafir itu hanyalah siasia belaka. (QS. Ghafir [40]: 50).
SIAPAKAH AHLUL KITAB? Ahlul kitab dalam Al Qur’an adalah kaum Yahudi dan Nasrani, karena kitab suci telah diturunkan kepada mereka. Penyebutan ahlul kitab yang bermakna kaum Yahudi dan Nasrani juga berlaku secara umum, tanpa ada pengkhususan kelompok tertentu dari mereka. Sedangkan umat Budha, Hindu, Konghucu dan Majusi (penyembah api) tidak termasuk ahlul kitab. Firman Allah: { ﺍﻭ } ﺍ ﺍﺍ ﻧﻭ ﺍ ﻻ آ ﺍ ﺍﻟ ﺍ ﻧ ﺍ ﺍ ﻧ ﻥ Artinya: “Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik? ” (QS. Al Maidah: 59)
AHLUL KITAB ADALAH KAFIR ﺍﻳ ﺍﻭﺍ ﺍﻟ ﺍ ﺍ ﺍ Sungguh telah kafir orang yang mengatakan bahwa Allah adalah satu unsur dari trinitas (Tiga Tuhan). Padahal tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali satu tuhan. (QS. al-Maidah: 73). }ﺍﺗﺨﺬﻭﺍﺃﺤﺒﺎﺭﻫﻢ ﻭﺭﻫﺒﺎﻧﻬﻢ ﺃﺮﺑﺎﺑﺎ ﻣﻦ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﻤﺴﻴﺢ ﺍﺑﻦ ﻣﺮﻳﻢ ﻭﻣﺎ ﺃﻤـﺮﻭﺍ ﺇﻻ ﻟﻴﻌﺒﺪﻭﺍ ﺇﻟﻬﺎﻭﺍﺣﺪﺍ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ { ﻫﻮ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻤﺎ ﻳﺸﺮﻛﻮﻥ Artinya: “Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada. Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (At Taubah : 31)
Hukum Sembelihan Ahlul Kitab • Para ulama menegaskan, bahwa semua yang beragama yahudi dan nasrani, maka mereka ahli kitab. Terlepas dari semua penyimpangan yang mereka lakukan. • Istilah ’ahli kitab’ adalah istilah dalam al-Quran untuk menyebut orang yahudi dan nasrani yang tidak masuk islam. • Karena yang dimaksud dengan al-Kitab di sini adalah Taurat dan Injil, apabila di depannya di tambahkan kata ’ahlu’. ” (Tafsir Ibnu Asyura at-Tahrir wa at-Tanwir, 27/249)
SYARAT SEMBELIHAN AHLI KITAB HALAL • Jika kita tidak tahu bagaimana proses penyembelihannya, dan itu dilakukan di luar ritual ibadah mereka, maka sembelihannya halal. • Jika kita tahu penyembelihannya maka: Cara menyembelih mereka seperti yang dilakukan oleh muslim. Dalam arti, terputus tenggorokan, kerongkongan dan urat leher. Bukan dengan cara dicekik atau ditembak, atau dipukul, disiksa apalagi disetrum. • Disembelih dengan menyebut nama Allah, bukan nama berhala atau yang lain. • Tidak dijadikan sebagai persembahan kepada selain Allah
Hukum Menikahi Wanita Ahlul Kitab BOLEH HARAM
1. Pendapat Yang Membolehkan Ini merupakan pendapat mayoritas Ulama, dalilnya: ﻭﺍﻟﻤﺤﺼﻨﺎﺕ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺆﻤﻨﺎﺕ ﻭﺍﻟﻤﺤﺼﻨﺎﺕ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻳﻨﺄﻮﺗﻮﺍ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻣﻦ ﻗﺒﻠﻜﻢ ﺇﺫﺍ آﺘﻴﺘﻤﻮﻫﻦ ﺃﺠﻮﺭﻫﻦ ﻣﺤﺼﻨﻴﻦ ﻏﻴﺮ ﻣﺴﺎﻓﺤﻴﻦ ﻭﻻ ﻣﺘﺨﺬﻱ { ﺃﺨﺪﺍﻥ Dan dihalalkan menikahi wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik” (QS. Al Maidah: 5) • • • Pendapat ini juga dikuatkan Perilaku para sahabat, karena mereka telah menikahi wanita-wanita yang berstatus Ahli Kitab. Utsman bin Affan telah menikahi Nailah binti Al-Gharamidhah Al-Kalbiyyah, padahal ia seorang wanita Nasrani, lalu masuk Islam. Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu menikah dengan seorang wanita Yahudi dari Al. Madain.
2. Pendapat Yang Mengharamkan ﻭ ﻭ ﻯ ﺍﻟ ﺍ ﺍﻟ ﻭ ﻯ ﺍ ﺍ آﺍ ﻟ ﺍ ﻭﺍ ﺍﻳ ﻯ ﻭﺍ ﺍ ﻭﺍ ﺍﺍ ﻯ “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-Nya (perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. ” (QS. al-Baqarah [2]: 221).
FATWA MUI Nomor : 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 Tentang PERKAWINAN BEDA AGAMA 1. Perkawinan wanita muslimah dengan laki-laki non muslim adalah haram hukumnya 2. Seorang laki-laki muslim diharamkan mengawini wanita bukan muslim. Tentang perkawinan antara laki-laki muslim dengan wanita Ahlu Kitab terdapat perbedaan pendapat. Setelah mempertimbangkan bahwa mafsadahnya (kerusakan) lebih besar daripada maslahatnya (kebaikan), Majelis Ulama Indonesia memfatwakan perkawinan tersebut hukumnya HARAM.
Pertimbangan MUI • Akhir-akhir ini disinyalir banyak terjadi perkawinan beda agama. • Perkawinan beda agama ini bukan saja mengundang perdebatan di antara sesama umat Islam, akan tetapi juga sering mengundang keresahan di tengah-tengah masyarakat. • Bahwa di tengah-tengah masyarakat telah muncul pemikiran yang membenarkan perkawinan beda agama dengan dalih hak asasi manusia dan kemaslahatan. • Bahwa untuk mewujudkan dan memelihara ketentraman kehidupan berumah tangga, bahwa mafsadahnya (kerusakan) lebih besar daripada maslahatnya (kebaikan),
HUKUM SHALAT DI GEREJA ATAU TEMPAT IBADAH NON MUSLIM MUBAH MAKRUH HARAM
MUBAH Syaratnya: • Tidak ada gambar yang bernyawa dan patung • Tidak ada najis dan kotoran • Mendapat izin pengelola • Tidak ada masjid terdekat atau tidak ada tempat lain. Ibnu Qudamah berkata, “Tidak mengapa shalat di gereja yang bersih. Yang memberi keringanan hal itu adalah Hasan, Umar bin Abdul Aziz, As-Sya’bi, Al-Auza’i, Said bin Abdul Aziz. Dalilnya sabda Nabi: ﻓﺈﻧﻪ ﻣﺴﺠﺪ , ﻓﺄﻴﻨﻤﺎ ﺃﺪﺭﻛﺘﻚ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﺼﻞ Dimana saja kau dapati shalat maka shalatlah, karena itulah masjid (Al Mughni, 1/407)
MAKRUH • Yang berpendapat Makruh adalah Lajnah Daimah Lembaga Fatwa Saudi Arabia, juga Syekh Utsaimin, larangan shalat pada tempat yang ada gambar, karena menurut mereka gambar hukumnya makruh. Sabda Nabi: ﻻ ﺗﺪﻉ ﺻﻮﺭﺓ ﺇﻻ ﻃﻤﺴﺘﻬﺎ ﻭﻻ ﻗﺒﺮﺍ ﻣﺸﺮﻓﺎ ﺇﻻ ﺳﻮﻳﺘﻪ “Janganlah engkau biarkan gambar, melainkan engkau hapus, dan tidak juga kuburan yang tinggi kecuali engkau ratakan. (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 5/377)
HARAM • Yang berpendapat haram adalah Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah, alasannya adalah karena didalamnya ada gambar, karena beliau berpendapat haramnya gambar.
UMAR BIN KHATTAB TIDAK SHALAT DI GEREJA Ibnu Khaldun rahimahullah mengisahkan Umar bin Khaththab memasuki Baitul Maqdis dan mendatangi gereja al-Qumamah, kemudian beliau duduk di halamannya. Sampai tiba waktu shalat. beliau berkata pada sang pendeta: ‘Aku mau shalat’, sang pendeta berkata kepada beliau: ‘Shalatlah di tempatmu (maksudnya di dalam gereja)’. Beliau menolak, kemudian beliau shalat sendiri di sebuah tempat (semacam balkon yang terletak) di atas pintu gereja. Setelah beliau selesai dari shalat, beliau berkata kepada sang pendeta: ‘Andaikata aku shalat di dalam gereja, kaum muslimin setelahku akan menirunya, mereka akan berkata: ‘di sinilah dulu Umar pernah shalat’. Umar pun memerintahkan agar tempat beliau shalat di balkon gereja tersebut tidak dijadikan tempat berjama’ah dan tempat dikumandangkannya adzan shalat. (Tarikh Ibnu Khaldun: 2/225.
- Slides: 35