Tokoh Jurnalisme Damai Jake Lynch dan Annabel Mc
Tokoh Jurnalisme Damai: Jake Lynch dan Annabel Mc. Goldrick Dwi Firmansyah M. I. Kom
Mc. Goldrick and Lynch [2000] defined peace journalism as a broader, fairer and more accurate way of framing stories, drawing on the insights of conflict analysis and transformation. jurnalisme damai sebagai langkah yang paling akurat dan adil dalam merangkai kisah, menggambarkan pengetahuan analisis konflik dan transformasi. Annabel Mc. Goldrick dan Jake Lynch.
Mc. Goldrick and Lynch [2000] claimed that the peace journalism approach provides a new road map tracing the connections between journalists, their sources, the stories they cover and the consequences of their reporting – the ethics of journalistic intervention (Mc. Goldrick and Lynch [2000]; p. 3). Pendekatan jurnalisme damai menyediakan peta jalan baru yang mengungkapkan koneksi atau hubungan antara para jurnalis, narasumber mereka, cerita yang mereka liput dan konsekuensi atas laporan mereka- etika intervensi jurnalistik
There are plenty of alternative names: • New Journalism • Post-realist Journalism • Solutions Journalism • Empowerment Journalism • Conflict Analysis Journalism • Change Journalism • Holistic Journalism • Big Picture Journalism • Journalists As Mediators • Open Society Journalism • Development Journalism • Analytical Journalism • Reflective Journalism • Constructive Journalism (Mc. Goldrick and Lynch [2000]; p. 3).
Mc. Goldrick and Jake Lynch [2000] argued that: “…respect to one party, (even if you don’t like them and think they’re to blame) leads to bad and biased journalism. There are countless examples. Acknowledging the suffering of all sides is not a substitute for analyzing the conflict - it is essential to establishing the real formation or map of the conflict” (Mc. Goldrick and Lynch [2000]; p. 24). Berpendapat bahwa menghormati satu pihak (meskipun anda tidak menyukai pihak itu dan berpikir merekalah yang salah)akan menyebabkan jurnalisme yang buruk. Banyak contoh lain’. Mengetahui penderitaan dari berbagai sisi bukanlah pengganti dalam menganalisis konflik – penting untuk membangun formasi nyata atau memetakan konflik.
Peace journalism promotes the role of journalists as 'part of the solution'. Jurnalisme damai mempromosikan peran jurnalis sebagai bagian dari solusi Peace journalism aims to find ways to report on the invisible effects, such as the long-term legacies of conflict like psychological trauma or the likelihood that those affected may be violent in the future. Jurnalisme damai bertujuan untuk menemukan cara untuk melaporkan efek tak terlihat seperti akibat konflik jangka panjang seperti trauma psikologis atau kemungkinan bahwa mereka yang terpengaruh konflik bisa terlibat dalam kekerasan di masa mendatang.
It will try to discover the cause and process of conflict and the effort and initiatives from all sides to encourage peace building. Jurnalisme damai akan mencoba menemukan penyebab dan proses konflik , upaya dan inisiatif dari berbagai sisi untuk mendorong pembangunan perdamaian.
To follow the peace journalism approach, journalists should avoid focusing entirely on what divides the parties involved or certain issues, and on the differences between what they say and want. Untuk mengikuti pendekatan jurnalisme damai, para jurnalis seharusnya menghindari berfokus sepenuhnya pada hal yang membagi pihak yang terlibat atau berfokus pada isu tertentu, dan perbedaan antara apa yang mereka katakan dan inginkan.
In order to have a more positive influence on the situation, journalists could ask statements, which may reveal areas of common ground, for example, and lead their reports with suggestions of shared or even compatible goals (Mc. Goldrick and Lynch [2000]; 24). Untuk mendapatkan pengaruh yang lebih positif dalam situasi tertentu, para jurnalis bisa meminta pernyataan yang bisa mengungkapkan berbagai hal misalnya persamaan dan membuat laporan mereka dengan saran atau bahkan tujuan yang sesuai.
To teach peace- and conflict-journalism, it's essential to focus on the existence of propaganda strategies from the parties involved, avoid simplifying enemy images and suggest alternatives towards a broader, more analytical and history-oriented reporting (Ottosen [2000]). Untuk mengajarkan jurnalisme damai dan konflik, penting untuk fokus pada eksistensi strategi propaganda dari pihak yang terlibat, hindari penyederhanaan imej lawan dan ajukan alternatif pada laporan yang jauh lebih analitis dan berorientasi pada sejarah.
As Jake Lynch defined that: “Peace journalism looks at matters differently. It maps a conflict as a roundtable, consisting of many parties, many issues. A complex, interlocking pattern of fears, inequities and resentments which can only be overcome by seeking, devising, and implementing complex, interlocking solutions (Lynch [2000]). ” Jake lynch : jurnalis damai melihat permasalahan dgn cara yang berbeda. Jurnalisme damai menjjadikan konflik sebagai meja perundingan yang terdiri dari banyak pihak dan banyak isu. Pola kekhawatiran yang kompleks dan saling berkaitan, ketidakadilan, dan kebencian yang hanya bisa dihadapi dengan mencari, menemukan dan menerapkan solusi yang kompleks dan sesuai.
L. Doğan Tılıç [2001] argued that in war period, media should be more careful about ‘disinformation’. According to Tılıç, war period is suitable to false and incorrect L Dogan Tilic berpendapat bahwa dalam periode perang, media seharusnya lebih berhati hari pada informasi yang melenceng. Menurut Tilic, periode perang cocok untuk informasi yang salah dan tidak benar.
Tılıç argues that journalists have to be against war and they must support peace. This is the most prominent universal journalism principle. As Tılıç said, “In war a condition exists forcing journalists to take sides. If their own country enters the war this is unavoidable. However, if journalists try to tell the truth in war period, they are branded as ‘traitor of motherland’” (Tılıç [2001]; p. 172). tilic berpendapat bahwa para jurnalis harus melawan perang dan mereka harus mendukung perdamaian. Inilah prinsi jurnalisme universal yang paling penting. Menurut Tilic, dalam perang, kondisi bisa saja memaksa para jurnalis untuk memihak. Jika negara mereka sendiri dalam peperangan, maka keberpihakkan tak dapat dihindari. Namun, jika jurnalis mencoba memberitahukan kebenaran dalam perang, mereka akan diberi gelar sebagai pengkhianat bangsa.
- Slides: 13