THE SELF IDENTITY Oleh Hanafi Tony Suryanto THE

  • Slides: 30
Download presentation
THE SELF & IDENTITY Oleh : Hanafi & Tony Suryanto

THE SELF & IDENTITY Oleh : Hanafi & Tony Suryanto

THE SELF & IDENTITY The Self Identity & Intimacy Self Understanding Erikson’s Idea on

THE SELF & IDENTITY The Self Identity & Intimacy Self Understanding Erikson’s Idea on identity Intimacy Self Esteem and Self Concept The four statuses of identity Lonelines Development changes Family Influences on identity Cultural and ethnic aspect of identity Gender and identity development

The Self 1. Self Understanding 2. Self Esteem & Self Concept

The Self 1. Self Understanding 2. Self Esteem & Self Concept

Self Understanding (Pemahaman diri) Pemahaman diri adalah gambaran diri yang dimiliki oleh remaja, inti

Self Understanding (Pemahaman diri) Pemahaman diri adalah gambaran diri yang dimiliki oleh remaja, inti pemikiran dari gambaran diri remaja.

Self Understanding (Pemahaman diri) Dimensi dari pemahaman diri remaja : a. Abstrak dan idealis

Self Understanding (Pemahaman diri) Dimensi dari pemahaman diri remaja : a. Abstrak dan idealis b. Differentiated (berbeda disetiap situasi) c. Fluctuating (Selalu berubah-ubah setiap saat) d. Contradiction within the self (kontradiksi dalam mendeskripsikan dirinya, misal; jelek dan terkadang menarik) e. Real and Ideal (membayangkan gambaran diri yang ideal atau ingin menjadi seperti apa, meskipun kenyataannya tidak demikian)

Self Understanding (Pemahaman diri) Dimensi dari pemahaman diri remaja : f. Social comparison (khawatir

Self Understanding (Pemahaman diri) Dimensi dari pemahaman diri remaja : f. Social comparison (khawatir dengan perbandingan sosial untuk menilai dirinya) g. Kesadaran diri (membuat remaja lebih instropektif terhadap dirinya. Terkadang membutuhkan penilaian dukungan dari teman 2 nya mengenai gambaran dirinya). h. Self Protective (remaja cenderung ingin dinilai dari karakter positifnya dan menyangkal karakter yang negatif, ingin mempunyai gambaran diri yang ideal)

Self Understanding (Pemahaman diri) Dimensi dari pemahaman diri remaja : i. Unconscious (remaja secara

Self Understanding (Pemahaman diri) Dimensi dari pemahaman diri remaja : i. Unconscious (remaja secara tidak sadar membutuhkan pengakuan) j. Self Integration (karena remaja memiliki konsep diri yang berbeda-beda, maka untuk saling mengintegrasikannya sebagai gambaran dirinya menjadi sulit)

Self Esteem And Self Concept Self Esteem (Harga Diri) Penilaian secara umum tentang dirinya.

Self Esteem And Self Concept Self Esteem (Harga Diri) Penilaian secara umum tentang dirinya. Self esteem mengacu pada keberhargaan diri atau gambaran diri. Self Concept (Konsep diri) Penilaian secara spesifik tentang dirinya.

Self Esteem And Self Concept Hal-hal yang mempengaruhi self esteem pada remaja : a.

Self Esteem And Self Concept Hal-hal yang mempengaruhi self esteem pada remaja : a. Penampilan fisik b. Hubungan dengan orang tua dan; c. Penilaian teman sebaya.

Self Esteem And Self Concept Akibat self esteem yang rendah : Kebanyakan remaja akan

Self Esteem And Self Concept Akibat self esteem yang rendah : Kebanyakan remaja akan mengalami ketidaknyamanan emosi yang bersifat sementara. Namun ada juga yang mengalami masalah lain seperti; depresi, bunuh diri, anorexia nervosa, kejahatan dan sebagainya.

Self Esteem And Self Concept Meningkatkan self esteem remaja : 1. Mencari penyebab yang

Self Esteem And Self Concept Meningkatkan self esteem remaja : 1. Mencari penyebab yang mengakibatkan rendahnya self esteem. 2. Dukungan emosional dan penerimaan sosial 3. Pencapaian dari target yang ditetapkannya 4. Coping (berhasil mengatasi masalah)

IDENTITY 1. 2. 3. 4. 5. 6. Erickson’s Idea on Identity The four statuses

IDENTITY 1. 2. 3. 4. 5. 6. Erickson’s Idea on Identity The four statuses of Identity Developmental Changes Family Influences on Identity Cultural and Ethnic Aspects of Identity Gender and Identity Development

IDENTITY 1. Erickson’s Idea on Identity versus identity confusion : merupakan tahap perkembangan yang

IDENTITY 1. Erickson’s Idea on Identity versus identity confusion : merupakan tahap perkembangan yang ke lima dari Erikson, yang dialami oleh individu selama masa remaja. Remaja mengalami banyak konfrontasi dalam banyak peranan, seperti peranan dalam dunia pendidikan maupun peranan dalam asmara/percintaan. Remaja yang berhasil mengatasi setiap konflik yang ada mendapatkan pengenalan akan dirinya dan sebaliknya remaja yang tidak berhasil mengatasi konflik akan mengalami krisis identitas yang disebut oleh Erikson Identity Confusion.

IDENTITY 2. The Four Statuses of Identity (James Marcia) Krisis : suatu periode dalam

IDENTITY 2. The Four Statuses of Identity (James Marcia) Krisis : suatu periode dalam perkembangan identitas remaja dimana individu memilih diantara berbagai alternatif yang berarti. Komitmen : Suatu periode dalam perkembangan identitas remaja dimana individu menunjukkan komitmen pribadi terhadap apa yang dilakukannya.

IDENTITY 2. The Four Statuses of Identity (James Marcia) Identity Diffusion : ketika individu

IDENTITY 2. The Four Statuses of Identity (James Marcia) Identity Diffusion : ketika individu tidak mengalami krisis atau membuat komitmen Identity Foreclosure : ketika individu membuat komitmen tetapi tidak mengalami krisis. Identity Moratorium : ketika berada ditengah krisis, tetapi tanpa ada komitmen atau menetapkan komitmen secara samar-samar. Identity Achievement : ketika individu mengalami krisis dan membuat komitmen.

IDENTITY 3. Development Changes Setidaknya 3 aspek dalam perkembangan remaja sangat penting dalam membentuk

IDENTITY 3. Development Changes Setidaknya 3 aspek dalam perkembangan remaja sangat penting dalam membentuk identitasnya (identity diffusion, foreclosure dan moratorium). Perubahan secara pribadi, keluarga maupun lingkungan sosial tidak dapat dihindari dan seperti apa yang mereka alami kemampuan serta fleksibilitas untuk menemukan berbagai alternatif dan mengembangkan komitmen akan meningkatkan kemampuan mengatasi masalah bagi masing-masing individu.

IDENTITY 4. Family Influences on Identity Orang tua yang demokratis mendorong remaja untuk berpartisipasi

IDENTITY 4. Family Influences on Identity Orang tua yang demokratis mendorong remaja untuk berpartisipasi di dalam pengambilan keputusan dalam keluarga, membantu pencapaian identitas (Identity Achievement). Orang tua yang otokrasi/otoriter, yang mengendalikan perilaku remaja tanpa memberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat, mengakibatkan identitas tertutup (identity foreclosure). Orang tua yang permisif, yang hanya memberikan sedikit pengarahan kepada remaja dan membiarkan mereka membuat keputusan sendiri, akan mengakibatkan identity diffusion.

IDENTITY 4. Family Influences on Identity Individuality (Kepribadian) terdiri dari 2 dimensi: self assertion

IDENTITY 4. Family Influences on Identity Individuality (Kepribadian) terdiri dari 2 dimensi: self assertion (kemampuan untuk memiliki dan menyampaikan sebuah sudut pandang) dan separateness (menggunakan pola komunikasi untuk mengungkapkan bahwa setiap orang berbeda satu dengan yang lainnya).

IDENTITY 4. Cultural and Ethnic Aspects of Identity Connectedness, terdiri dari dua dimensi: mutuality,

IDENTITY 4. Cultural and Ethnic Aspects of Identity Connectedness, terdiri dari dua dimensi: mutuality, (kepekaan terhadap sesuatu dan menghargai sudut pandang orang lain) dan permeability, keterbukaan terhadap sudut pandang orang lain).

IDENTITY 5. Cultural and Ethnic Aspects of Identity Erikson mengatakan pada umumnya kelompok suku

IDENTITY 5. Cultural and Ethnic Aspects of Identity Erikson mengatakan pada umumnya kelompok suku bangsa minoritas memiliki kekuatan untuk tetap menjaga identitas budaya mereka saat berbaur ke dalam suku bangsa mayoritas. Kebanyakan remaja dari suku bangsa yang minoritas memiliki identitas dua kebudayaan.

IDENTITY 6. Gender and Identity Development Menurut Erikson remaja laki-laki memiliki identitas yang kuat

IDENTITY 6. Gender and Identity Development Menurut Erikson remaja laki-laki memiliki identitas yang kuat dalam hal pendidikan, sedangkan remaja perempuan memiliki identitas yang kuat dalam hubungan sosial. Hal yang kontroversi, beberapa peneliti perbedaan gender ini menghilang. Namun perdebatan lainnya menyatakan bahwa identitas sosial merupakan aspek yang kuat dari perkembangan identitas remaja perempuan.

IDENTITY & INTIMACY 1. Intimacy 2. Loneliness

IDENTITY & INTIMACY 1. Intimacy 2. Loneliness

INTIMACY 1. Intimacy Versus Isolation merupakan tahap ke enam dalam perkembangan manusia menurut Erikson,

INTIMACY 1. Intimacy Versus Isolation merupakan tahap ke enam dalam perkembangan manusia menurut Erikson, yang dialami individu pada masa dewasa awal. pada masa ini individu menghadapi tugas perkembangan dalam membentuk suatu hubungan yang intim dengan orang lain.

INTIMACY 2. Orlofsky’s Styles Orlofsky menggambarkan lima gaya dari suatu hubungan intim; a. Intimate

INTIMACY 2. Orlofsky’s Styles Orlofsky menggambarkan lima gaya dari suatu hubungan intim; a. Intimate style : individu membangun sebuah hubungan atau lebih dalam suatu hubungan cinta yang dalam dan bertahan lama. b. Preintimate style : individu memperlihatkan percampuran emosi dalam suatu komitmen, dua perasaan yang saling bertentangan dimana menawarkan cinta tanpa ada kewajiban.

INTIMACY 2. Orlofsky’s Styles. . c. Stereotype style : individu memiliki hubungan yang dangkal

INTIMACY 2. Orlofsky’s Styles. . c. Stereotype style : individu memiliki hubungan yang dangkal yang cenderung didominasi oleh tali persahabatan dengan sesama jenis dibandingkan dengan lawan jenis. d. pseudointimate style : individu memiliki hubungan yang bertahan lama dengan sedikit atau tanpa kedalaman atau kedekatan.

INTIMACY 2. Orlofsky’s Styles. . e. Isolated style : individu menarik diri dari pertemuan

INTIMACY 2. Orlofsky’s Styles. . e. Isolated style : individu menarik diri dari pertemuan sosial dan hanya memiliki sedikit ikatan dengan sesama maupun lawan jenis.

INTIMACY 3. White’s Stages a. Self Focused Level : Level pertama dalam kedewasaan hubungan,

INTIMACY 3. White’s Stages a. Self Focused Level : Level pertama dalam kedewasaan hubungan, dimana perspektif seseorang tentang yang lainnya atau tentang hubungan yang terkait bagaimana hubungan tersebut mempengaruhi dirinya. b. Role Focused Level : Level kedua dalam kedewasaan hubungan, dimana merasa orang lain sebagai individu sebagaimana adanya. Bagaimanapun sudut pandang secara stereotype dan tekanan sosial masih dapat diterima.

INTIMACY 3. White’s Stages c. Individuated-connected level : Level tertinggi dalam kedewasaan hubungan, dimana

INTIMACY 3. White’s Stages c. Individuated-connected level : Level tertinggi dalam kedewasaan hubungan, dimana terdapat suatu pengertian terhadap dirinya, sebaik pertimbangan motivasi dan antipasi orang lain terhadap kebutuhan-kebutuhan mereka. Pada level ini, individu memahami waktu pribadi dan diperlukan pengorbanan untuk membuat sebuah hubungan berjalan.

Loneliness 1. Late Adolescence & Youth Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa tingkat kesepian yang

Loneliness 1. Late Adolescence & Youth Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa tingkat kesepian yang paling tinggi terjadi selama masa remaja akhir atau dewasa awal. 2. Transition to college; Weiss’ View Masa kesepian yang sering muncul adalah pada saat mengalami transisi sosial menuju peralihan ke kampus. Weiss membedakan antara emotional isolation dan social isolation.

Loneliness 1. Emotional ISolation Jenis kesepian yang muncul saat individu mengalami kerenggangan dalam ikatan

Loneliness 1. Emotional ISolation Jenis kesepian yang muncul saat individu mengalami kerenggangan dalam ikatan suatu hubungan; misal status menjadi single, diceraikan, dan terkadang seorang yang janda sering mengalami jenis kesepian ini. 2. Social Isolation Jenis kesepain yang terjadi ketika seseorang mengalami kekurangan rasa berguna dalam suatu hubungan. Menjadi sangat kurang berpartisipasi dalam kelompok atau komunitas, aktivitas organisasi, dan sebagainya.